JENIS
–JENIS KERUSAKAN BAHAN PANGAN DAN CARA
PENCEGAHANNYA
Suatu
bahan pangan atau bahan hasil pertanian dan olahannya seringkali mengalami
kerusakan, apalagi jika bahan pangan tersebut setelah panen tidak segera
dilakukan penanganan dengan baik dan tepat.
Suatu
bahan pangan yang mempunyai nilai gizi yang baik akan baik juga untuk tumbuh
dan berkembangnya mikroba sehingga bahan tersebut akan mudah rusak. Nilai gizi suatu bahan pangan meliputi
kandungan karbohidrat, protein, lemak, kadar air, mineral, dan vitamin. Semakin tinggi nilai gizi bahan makanan
tersebut maka akan semakin cepat rusak, sehingga makanan jens ini perlu
penanganan yang segera.
Ditinjau
dari faktor-faktor penyebab kerusakan suatu bahan pangan maka dikenal beberapa
macam kerusakan, yaitu;
1.
Kerusakan
Mikrobiologis
Kerusakan
mikrobiologis adalah kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas mikrobia seperti
bakteri, kapang dan yeast. Kerusakan
oleh mikrobia secara fisik umumnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan
kerusakan oleh serangga, namun merupakan bentuk kerusakan yang paling banyak
merugikan hasil pertanian dan secara luas mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini karena mikrobia dapat memproduksi
racun serta cara penularan dan penjalaran kerusakan yang cepat.
Cara
pengrusakan mikroba terhadap bahan pangan dapat dengan cara menghidrolisa atau
menguraikan makromolekul-makromolekul menjadi fraksi-fraksi yang lebih
kecil. Karbohidrat dipecah menjadi gula
sederhana dan kemudian menjadi asam-asam.
Sehingga bahan menjadi lunak dan rasanya asam. Protein dapat dipecah menjadi
peptida-peptida, senyawa amida dan gas amoniak sehingga aroma dan cita rasa
bahan pangan akan berubah. Sedangkan lemak akan dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol yang selanjutnya akan mengakibatkan ketengikan pada bahan pangan.
Akibat
buruk yang terutama ditimbulkan oleh kerusakan mikrobiologis adalah timbulnya
keracunan yang dikenal dengan ‘mycotoxin’, misalnya aflatixin yang dihasilkan
oleh Aspergilus flavus, Citrinin dihasilkan oleh Penicillium citrinum, Islanditoxin yang dihasilkan oleh Penicillium islandicum.
Cara
pencegahan kerusakan mikrobiologis adalah diantaranya dengan cara menggunakan
bahan pengawet anti mikroba seperti asam benzoat, asam sorbat, natrium benzoat,
garam nitrit, sulfit dan sebagainya.
Selain
itu dapat juga dilakukan dengan cara sterilisasi baik secara komersial maupun
secara biologis. Sterilisasi komersial
adalah sterilisasi yang tujuannya untuk membunuh mikroba penghasil racun dan
mikroba perusak. Sedangkan sterilisasi biologis adalah sterilisasi yang tujuannya
untuk membunuh semua mikroba yang ada pada bahan pangan.
Pasteurisasi
dan irradiasi juga dapat dilakukan sebagai cara untuk mencegah kerusakan akibat
mikrobia
2.
Kerusakan
mekanis
Kerusakan
mekanis terjadi karena benturan, himpitan, regangan atau gesekan mekanis pada
waktu panen, penanganan, penyimpanan ataupun pengangkutan. Misalnya buah saat
dipanen jatuh ke tanah sehingga memar, sayuran saat diangkut rusak karena
himpitan atau benturan.
Kerusakan
mekanis ada yang kentara (visible injury)
misalnya robek, memar, retak , pecah dan kerusakan tidak kentara (internal injury) misalnya buah durian
yang sudah retak kulitnya biasanya rasanya sudah berubah.
Kerusakan
mekanis dapat dicegah atau dikurangi dengan melakukan panen yang hati-hati, melakukan
sortasi, grading, triming, saat pengangkutan menggunakan cara yang aman.
3.
Kerusakan
fisik
Kerusakan
fisik terjadi karena perlakuan-perlakuan fisik seperti karena proses pemanasan
dan pendinginan. Kerusakan fisik dapat
berupa “casehardening”, “chilling injury” atau “freezing injury”, retak pada
biji-bijian dan perubahan- perubahan kimia.
Pencegahan
kerusakan fisik dapat dilakukan dengan menguasai betul pengetahuan tentang
pengaruh suhu tinggi dan suhu rendah terhadap komponen bahan dalam pangan, menguasai
pengetahuan fisiologi pasca panen, melakukan pembungkusan, melakukan pembekuan
dengan cepat, saat awal pengeringan
gunakan suhu tidak terlalu tinggi, penambahan zat antioksidan, penambahan zat
kimia pencegah browning.
4.
Kerusakan
biologis
Kerusakan
biologis adalah kerussakan fisiologis dan kerusakan yang disebabkan oleh
serangga dan binatang pengerat.
Kerusakan
fisiologis meliputi kerusakan yang disebabkan oleh reaksi metabolisme dan
reaksi oleh enzim-enzim yang terdapat dalam bahan pangan. Kerusakan ini ditandai dengan peningkatan
suhu, kelembapan dan timbulnya gas-gas lain.
Enzim dalam bahan bisa merusak karbohidrat, protein ataupun lemak.
Kerusakan
oleh serangga atau binatang pengerat
sering dimulai dari lapangan sampai bahan ada digudang.
Cara
pencegahan kerusakan biologis antara lain dapat dilakukan dengan cara;
penyimpanan dan penggudangan yang baik dan hihienis, melakukan fumigasi secara
teratur dan berkala, penggunaan zat anti serangga pada pembungkus, penggunaan
bahan-bahan pengawet.
5.
Kerusakan
kimia
Kerusakan
kimia terjadi karena adanya kerusakan lainseperti kerusakan fisik, biologis,
mikrobiologis dan sebagainya.
Reaksi
browning pada umbi-umbian dan pisang sering tidak dikehendaki, hal ini bisa
terjadi secara enzimatis maupun non enzimatis.
Terjadinya
bau tengik dan apek, perubahan warna serta perubahan pH terjadi akibat
kerusakan kimia pada bahan pangan. Bau
tengik karena oksidasi lemak dan minyak, perubahan pH pada daging dapat merubah
warna dan dapat terjadinya denaturasi protein.
Adanya
noda hitam pada makanan yang dikalengkan terjadi adanya senyawa FeS.
Cara
pencegahan kerusakan kimia dapat dilakukan dengan menguasai betul pengetahuan
tentang pengaruh suhu tinggi dan suhu rendah terhadap komponen bahan dalam
pangan, menguasai pengetahuan fisiologi pasca panen, melakukan pembungkusan,
melakukan pembekuan dengan cepat, saat
awal pengeringan gunakan suhu tidak terlalu tinggi, penambahan zat antioksidan,
penambahan zat kimia pencegah browning.
Demikian jenis-jenis
kerusakan pada bahan pangan dan cara pencegahannya, semoga dapat
bermanfaat.