PENGAWETAN
DENGAN PENGGUNAAN SUHU RENDAH
Pendahuluan
Pada umumnya bahan hasil
pertanian segar maupun hasil olahannya mudah mengalami kerusakan baik
kerusakan secara mekanis, fisis, enzimatis atau mikrobiologis. Kerusakan mekanis merupakan kerusakan yang
disebabkan oleh adanya benturan antara bahan dengan bahan, antara bahan dengan
alat atau antara bahan dengan wadah.
Kerusakan fisis disebabkan karena perlakuan perlakuan fisik seperti
pendinginan dan pemanasan. Kerusakan
enzimatis yaitu kerusakan bahan pangan atau olahannya karena aktivitas enzim.
Sedangkan kerusakan mikrobiologis adalah kerusakan yang disebabkan oleh
aktivitas mikrobiologi baik kapang, yeast atau bakteri.
Salah satu upaya untuk
mengendalikan bahan agar tidak rusak, yaitu dengan menghambat kegiatan
metabolisme bahan, seperti respirasi, atau reaksi-reaksi kimia lain yang dapat
merusak bahan, melalui pengaturan suhu bahan.
Prinsip dasar
penyimpanan pada suhu rendah
Prinsip Pengawetan dengan menggunakan suhu rendah adalah bahwa pada suhu
rendah mikroorganisme tidak dapat berkembang atau hidup, dan reaksi-reaksi
kimia dan enzimatis serta biokomiawi yang dapat merusak bahan dapat dihambat.
Pada proses
penggunaan suhu rendah ini perlakuan terhadap bahan pangan meliputi :
·
proses
pengeringan dengan suhu rendah.
·
proses
pendinginanan bahan pangan.
·
proses
pembekuan bahan
Pendinginan atau refrigerasi
merupakan penyimpanan dengan
suhu rata-rata yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang
digunakan biasanya antara - 1oC sampai + 4oC. Pada kisaran suhu ini pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan
terhambat.
Pendinginan biasanya akan
mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung
kepada jenis bahan pangannya. Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah-rumah
tangga adalah dalam lemari es yang mempunyai suhu –2oC sampai + 16oC.
Pembekuan atau freezing adalah penyimpanan di bawah titik beku bahan sehingga
bahan disimpan dalam keadaan beku. Pembekuan
yang baik dapat dilakukan pada suhu kira-kira –17 oC atau lebih
rendah lagi. Pada suhu tersebut pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti.
Pembekuan yang baik biasanya
dilakukan pada suhu antara - 12 oC sampai – 24 OC
. Dengan pembekuan, bahan akan tahan
sampai bebarapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun.
Teknik pendinginan
a. Pendinginan alami (Natural cooling)
Hydro coolling, yaitu pencelupan atau perendaman bahan kedalam air dingin.
Ice toping, yaitu pendinginan dengan cara menimbun bahan
menggunakan kristal es.
Spray Coolling, yaitu pendinginan dengan cara menghembuskan
udara dingin pada bahan yang didinginkan
b. Pendinginan secara mekanis (mechanical
coolling)
Pendinginan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan cairan
pendingin (refrigerant) untuk menyerap panas bahan. Penyerapan panas terjadi pada saat cairan
refrigerant tersebut menguap
Refrigerant
yang sering digunakan dalam proses pendinginan dan pembekuan, yaitu:
·
Ammoniak
(NH3)
·
Ethyl
khlorida
·
Belerang
dioksida
·
Propanol
·
Methyl
chlorida
·
Karbon
dioksida
·
Freon-12a,
sekarang mulai dilarang
·
Freon-22
a, sekarang mulai dilarang
Teknik pembekuan
a. Pembekuan dengan penghembusan udara dingin (air blast freezing).
Teknik ini menggunakan udara dingin yang bersuhu –10oC
sampai –40oC dilewatkan secara cepat diatas permukaan bahan yang
didinginkan sehingga membawa panas yang dikeluarkan oleh bahan.
b. Pembekuan
kontak/plat (contact freezing/plat freezing). Pada teknik
pembekuan ini bahan-bahan yang akan
dibekukan diletakan pada plat atau lempengan yang telah didinginkan lebih dahulu.
c. Pembekuan
kontak tidak langsung. Pada cara
ini proses pembekuan dilakukan dua tahap yaitu;
Pertama, bahan dibekukan secara cepat (beberapa detik), selanjutnya
bahan segera dipak. Tahap kedua, bahan yang telah dipak, kemudian dibekukan
lagi dengan cara menghembuskan udara dingin dengan pembekuan emersi (dicelupkan
atau disemprot dengan medium pendingin).
d. Perendaman
langsung dengan cara pendinginan
Perendaman produk secara langsung pada cairan pendingin atau dengan
menyemprotkan cairan pendingin di atas produk.
Contoh
media pendingin yang digunakan adalah nitrogen cair dan CO2 cair
Faktor-faktor
yang mempengaruhi penggunaan suhu rendah
1.
Suhu
Suhu penyimpanan dan masa
simpan beberapa bahan
KOMODITAS
|
SUHU OC
|
MASA SIMPAN
|
Wortel
|
-1 – 1
|
4 – 6 bulan
|
Bunga kol
|
0 – 1,5
|
3 – 7 minggu
|
Seledri
|
0 – 1
|
0,5 – 2,5 bulan
|
Tomat matang
|
0 – 7
|
1 – 4 minggu
|
Buahstrawberry
|
-12
|
< 2 minggu
|
Ayam mentah
|
-12
|
8 minggu
|
Daging sapi
|
-12
|
4,6 minggu
|
Ikan
|
-12
|
1,5 minggu
|
2.
Kualitas bahan mentah
Bahan mentah yang berkualitas baik jika dibekukan atau didinginkan hasilnya juga akan baik, namun jika bahan
sudah terkontaminasi oleh mikroba (rusak) jika mikroba tersebut jenis psikrofil (tahan pada suhu rendah) maka bahan
akan tetap mengalami kerusakan walaupun didinginkan.
3.
Perlakuan pendahuluan
Perlakua
pendahuluan seperti sterilisasi, blanshing atau pasteurisasi mempengaruhi
jumlah mikroba yang ada dalam bahan yang akan dibekukan.
4.
Kelembapan
Kelembapan tempat penyimpanan suhu rendah besar artinya dalam mengurangi
dan mencegah pembusukan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Pada umumnya berbagai jenis makanan sebaiknya
disimpan pada suhu dingin dan kelembapan antara 80-95%. Kelembapan tidak boleh terlalu rendah, hal
ini akan menyebabkan terjadinya penguapan air dari produk.
5.
Aliran udara yang optimum
Aliran udara
yang baik akan menjamin terdapatnya suhu yang merata diseluruh tempat
pendingin.
Kerusakan Dalam Pendinginan Dan Pembekuan
1.
Kerusakan
karena suhu dingin (chilling Injury)
Kerusakan karena suhu dingin dapat berupa perubahan warna
(discoloration), burik-burik bopeng (pitting), pertukaran bau dan aroma antar
bahan yang disimpan, daya tahan dinding sel menurun, daya tahan simpan bahan
menurun.
2.
Kerusakan
oleh bahan pendingin/refrigerant
Apabila terjadi kebocoran pada pipa, maka bahan pendingin (amonia) akan
mengakibatkan perubahan warna pada bagian luar bahan makanan yang didinginkan
berupa warna coklat atau hitam kehijauan, yang diikuti oleh pelunakan jaringan
–jaringan buah.
3.
Kehiangan
berat bahan
Kehilangan berat ini terutama karena hilangnya sebagian air pada
bahan. Hal ini mengakibatkan bahan
menjadi kering dan keriput.
4.
Denaturasi
protein
Air memegang peran penting dalam mempertahan kan sifat alami dari
protein. Proses denaturasi protein dipengaruhi
oleh perlakuan pendahuluan, sifat protein dan jenis bahan/hewan. Semakin tinggi suhu, proses denaturasi
semakin cepat. Proses denaturasi protein
menimbulkan perubahan rasa dan bau serta perubahan konsistensi.
No comments:
Post a Comment
Komentar