Monday 11 April 2022

Pektin dan Pektin Grade

 

Pektin

Pektin adalah substansi alami yang terdapat pada sebagian besar tanaman pangan. Kata pektin berasal dari bahasa Latin “pectos” yang berarti pengental atau yang membuat sesuatu menjadi gel. Pektin merupakan polisakarida penguat tekstur dalam sel tanaman yang terdapat diantara selulosa dan hemiselulosa. Pektin juga dapat terikat dengan selulosa dan hemiselulosa untuk membentuk jaringan dan memperkuat dinding sel tanaman. Senyawa pektin juga merupakan perekat antara dinding sel yang satu dengan yang lainnya (Hariyati, 2006).

Pektin merupakan asam poligalakturonat dengan rantai linearnya terdiri dari unit asam D-galaktutonat yang dihubungkan dengan ikatan α-1,4 glikosida. Asam galakturonat merupakan turunan dari galaktosa. Selain asam D-galakturonat sebagai komponen utama, pektin juga memiliki D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-rhamnosa dalam jumlah yang bervariasi. Pektin merupakan asam poligalakturonat yang mengandung metil ester. Pektin diekstraksi secara komersial dari kulit buah jeruk dan apel dalam kondisi asam. Pektin yang diproduksi secara komersial mengandung 65% asam galakturonat sementara kandungan metil-esterifikasi berkisar diantara 30 dan 80% (Pigman, 1946).



Gambar 1. Struktur poligalakturonat

Pektin merupakan zat berbentuk serbuk kasar hingga halus yang berwarna putih kekuningan atau kecoklatan dan banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran matang. Tepung pektin komersial ditunjukkan pada Gambar 2. berikut.


 

 

Gambar 2. Tepung pektin

Berdasarkan kandungan metoksilnya, pektin dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pektin berkadar metoksil tinggi (High Metoxyl Pectin) dan pektin berkadar metoksil rendah (Low Metoxyl Pectin). Pektin bermetoksil tinggi mempunyai kandungan metoksil minimal 7%, sedangkan pektin bermetoksil rendah mempunyai kandungan metoksil maksimal 7% (Guichard dkk, 1991). Kandungan metoksil pektin mempengaruhi kelarutan pektin dalam air karena gugus metoksil ini dapat mencegah pengendapan. Kandungan metoksil pada rantai utama molekul pektin bervariasi dan tergantung pada sumber pektinnya. Bagian kulit dan albedo buah jeruk lebih banyak mengandung pektin daripada jaringan parenkimnya (Winarno, 2006).

Pektin dengan kadar metoksil lebih rendah dari 7% dapat membentuk gel bila ada ion-ion logam bivalen seperti ion kalsium. Ion logam bivalen dapat bereaksi dengan gugus-gugus karboksil dari 2 molekul asam pektat. Pektin dengan kadar metoksil lebih tinggi dari 7% dapat membentuk gel dengan penambahan gula dan asam. Pembentukan gel pektin metoksil tinggi terjadi melalui ikatan hidrogen diantara gugus karboksil bebas dan antara gugus hidroksil.

Grade Pektin

Grade pectin didefinisikan sebagai jumlah gula yang dibutuhkan oleh satu bagian pektin untuk membentuk gel yang diinginkan pada kondisi yang sesuai. Pektin yang mempunyai grade pectin 100 berarti dapat membentuk gel yang baik dengan 100 gram gula. Penentuan grade pectin biasanya menggunakan metode International Food Technologist (IFT) yaitu membuat gel dengan konsentrasi gula 65%, gel kemudian disimpan selama 18 jam - 24 jam dan diuji dengan alat Ridgelimeter. Untuk HM-Pektin, standar yang biasa digunakan adalah 150 Grade USA-SAG yang artinya bahwa 1 kg pektin dapat mengubah 150 kg gula menjadi standar gel (konsentrasi gula = 65%, pH =2,2 - 2,4). Sedangkan untuk LM-Pektin standarnya adalah konsentrasi gula 31%, pH = 3,0 dan konsentrasi kalsium 250 mg/kg jelly

Sifat Produk Pektin

Sifat kimia :

 -  Pektin mudah larut dalam air

- Senyawa pektin mempunyai gugus karboksil yang bebas dan bermuatan negatif sehingga menyebabkan larutan mempunyai pH asam

-  Protopektin akan menjadi pektin yang larut dengan adanya hidrolisa asam secara enzimatis dan secara fisis oleh pemanasan

-   Pektin dapat membentuk jeli dengan penambahan gula dan asam

-  Produk Pektin yang dihasilkan termasuk dalam pektin bermetoksil tinggi (HMP) yang memiliki derajat esterifikasi >50%, kandungan metoksil >7% dan membutuhkan 55-85% gula untuk membentuk gel.

Sifat fisika :

-  Salah satu bentuk karbohidrat yang mempunyai berat molekul tinggi sekitar 100.000 sampai 200.000 gram/mol

-  Pektin merupakan koloid yang reversible, yaitu dapat dilarutkan dalam air, diendapkan, dikeringkan, dan dapat dilarutkan kembali tanpa mengubah sifat fisiknya

- Pektin kering berbentuk padatan seperti serbuk kasar atau halus bewarna putih kekuningan atau kecoklatan

-  Density = 1,526 gam/ml

-  Spesific gravity = 0,65    (Myers dkk, 2010)

Kegunaan dan Keunggulan Produk

Kegunaan Produk Menurut Muhidin (2001), secara umum pektin merupakan suatu zat yang banyak digunakan dalam berbagai industri, baik makanan, minuman, farmasi, dan industri lain:

a.)   Industri makanan dan minuman

Pada industri makanan dan minuman, pektin sering digunakan sebagai berikut: 1. Bahan pemberi tekstur yang baik pada roti dan keju

2. Bahan pengental dan stabilizer pada minuman sari buah

3. Bahan pokok pembuatan jelly, jam, dan marmalade

 b.) Industri farmasi Pada industri farmasi, pektin sering digunakan sebagai berikut:

1. Emulsifier bagi preparat cair dan sirup

2. Obat diare pada bayi dan anak-anak

3. Obat penawar racun logam

4. Bahan penyusut kecepatan penyerapan bermacam-macam obat

5. Bahan kombinasi untuk memperpanjang kerja hormon dan antibiotik

c.) Industri lain

Selain untuk makanan, minuman, dan farmasi, pektin juga sering digunkaan pada berbagai industri seperti industri kosmetik (pasta gigi, sabun, lotion, krim, dan pomade), baja dan perunggu, tekstil, plastik, karet, dan sebagainya. Pektin dengan kadar metoksil tinggi (HMP) digunakan untuk pembuatan selai atau jeli dari buah-buahan dan jeli untuk roti, pembuatan kembang gula berkualitas tinggi, pengental untuk minuman, dan sirup buah-buahan berkalori rendah. Pektin dengan kadar metoksil rendah biasanya digunakan dalam pembuatan saus salad, puding, gel buah-buahan di dalam es krim, selai dan jeli berkalori rendah untuk orang-orang yang menghindari kandungan gula yang tinggi (Glicksman,1969).

JENIS DAN TUJUAN PROSES TERMAL

JENIS DAN TUJUAN PROSES TERMAL Ada beberapa jenis proses pemanasan yang umum diterapkan dalam proses pengalengan pangan, seperti blansir...