Sunday, 8 October 2017

Contoh Jobsheet pada pembuatan tempe



JOB SHEET
I.             Acara          ;  Pembuatan Tempe
II.           Tujuan        :  Ingin mengetahui cara pembuatan tempe
III.         Alat            :  Baskom, tampir, pemecah kedelai, kompor, langseng, timbangan, alat pelubang plastic, rak fermentasi
  Bahan         :  Kedelai, ragi tempe, plastic, air
IV.          Dasar Teori :
Tempe yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah tempe yang dibuat dari bahan baku kedelai.  Tempe merupakan produk pangan yang sangat popular di Indonesia yang diolah dengan fermentasi kedelai dalam waktu tertentu menggunakan jamur Rhizopus sp.  Secara umum tempe mempunyai ciri bewana putih karena pertumbuhan miselia-miselia jamur yang menghubungkan antar biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang kompak.  Secara umum pengetahuan bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan tempe adalah;
a.       Mutu bahan baku kedelai
Mutu tempe sangat tergantung dari mutu kedelai yang digunakan, disamping jenisnya, juga yang terpenting adalah umur kedelai, kebersihan kedelai dan umur simpan kedelai.  Satu prinsip dasar yang harus selalu dicamkan adalah bahwa mutu produk akhir tidak penah terlepas dari mutu bahan baku yang digunakan.
Persiapan bahan baku kedelai yang perlu dilakukan adalah;
1.       Jenis kedelai dipilih yang baik (vaietas amerika)
2.       Kedelai harus tua dan baru (tidak terlalu laa digudang)
3.       Dilakukan sortasi dan pemilahan antara lain keelai yang muda dan cacat
4.       Benda asing dibuang ( serangga dan bagian tubuhnya, keikil pecahan  gelas, tanah, biji-bijian asing)
b.      Pemilihan bahan pembungkus dan pengemas
Prinsip dasar dalam memilih bahan pembungkus yang dipakai adalah hendaknya menjamin keberhasilan proses, keamanan pangan dan terjaminnnya mutu pangan.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan;
1.       Pembungkus yang dipakai tidak menurunkan cita rasa, warna dan bau produk, stabil dalam pengolahan dan pemasaran/transportasi.
2.       Dipilih pembungkus yang baru dan hendaknya dihindari adanya penggunaan pembungkus ulang/bekas
3.       Adanya residu kimiawi dan mikrobiologis, disamping bebahaya bagi kesehatan juga dapat menghambat pertumbuhan kapang tempe.
4.       Pembungkus hendaknya yang bersih, jika perlu dibersihkan dengan kain yang dicelupkan air panas terlebih dahulu.
5.       Kain lap yang kotor dapat sebagai sumber kontaminan.
6.       Pemilihan jenis pembungkus tertentu perlu mendapat perlakuan khusus dalam penggunaannya, misalnya daun pisang tidak perlu dilubangi. Namun jika meenggunakan plastic perlu dilubangi.
c.       Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam industry tempe (rata-rata kebutuhan antara kedelai : air = 1:  12), yang berguna untuk perendaman, perebusan, pencucian, dan lain-lain.
Umumnya kapang tempe tumbuh baik pada kondisi air yang sedikit mengandung klorin dan mineral.  Namun perlu diingat bahwa air yang mendapat perlakuan klorinasi terlalu kuat dan juga yang air kesadahannya tinggi dapat menyebabkan kegagalan proses pembuatan tempe, karena klorin merupakan bahan yang tergolong zat anti mikroba/desinfektan.
d.      Pemilihan laru atau inoculum untuk tempe
Laru atau inoculum tempe adalah suatu sediaan yang mengandung mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan tempe. Dipasaran laru tempe dapat dijumpai dalam bentuk tepung dan diproduksi oleh LIPI/KOPTI.
Laru tempe terutama terdiri dari mikroba yang tergolong dalam jenis kapang antara lain Rhizopus oligosporus, R. stolonifer, R. orizae, R. arrichus,  Mucor rouxii, Mucor javanicus.
Karena laru tempe addalah mikroba yang tergolong mahluk hidup, maka laru atau inoculum tersebut juga mengikuti kaidah kehidupan, atinya pertumbuhan dan pekembangbiakan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan lingkungan tempat hidupnya sehingga faktor-faktor seperti kemurnian laru, keaktifan laru, penaburan laru dan kondisi medium laru seperti pH dan suhu bahan.
Laru yang baik adalah laru yang baru dibuat dan terus digunakan dengan sependek mungkin umur simpan.  Laru tempe yang baru umumnya mengandung mikroba tertentu yang murni galurnya dan sedikit mangandung kontaminan, sehingga tempe yang dihasilkan mutunya baik.

V.            Langkah Kerja :
Tahap-tahap proses pembuatan tempe adalah sebagai berikut;
1.       Sortasi bahan baku kedelai
Sortasi dapat dilakukan dengan menggunakan tampah/nyiru atau menggunakan mesin pengayak, yang bertujuan untuk menghilangkan kedelai rusak, kotoran, dan lain-lain.

2.       Pencucian bahan baku
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih kedelai seperti tanah, dan lain-lain serta untuk mengurangi kontaminasi awal pada kedelai.  Pencucian hendaknya menggunakan air bersih.
3.       Perebusan pertama
Perebusan pertama bertujuan untuk melunakkan kulit kedelai dan untuk mematikan enzim penyebab bau langu kedelai.  Perebusan dilakukan sekitar 30 menit. 
4.       Perendaman
Perendaman dimaksudkan untuk mengempukkan kulit kedelai, sehingga memudahkan pada waktu pengupasan kedelai.
5.       Pengupasan kulit
Pengupasan kulit bertujuan untuk membuka kotiledon kedelai karena jika tidak dilakukan pengupasan kulit, maka akar-akar dari kapang ragi tempe sulit menembusnya, sehingga pertumbuhannya terhambat karena kekurangan bahan pangan, sehingga dapat menyebabkan kegagalan proses.
6.              Pemisahan kulit dan pencucian
Kulit kedelai seyogyanya dipisahkan dari kotiledon kedelai.  Kulit kedelai yang tidak dipisahkan dapat memberikan kesan kotor dan mengurangi rasa tempe sehingga menyebabkan tidak dapat kompak melainkan pecah-pecah.
7.       Perebusan kedua atau pengukusan
Perebusan kedua ini bertujuan untuk membunuh bakteri ataupun enzim penyebab keasaman dan juga sekaligus bertujuan untuk lebih melunakkan kedelai. Perebusan kedua biasanya dilakukan sekitar 30 menit sampai 1 jam.
8.       Penirisan
Air perlu ditiriskan untuk mengurangi kadar air pada kedelai, yang akan mempengaruhi aw dari bahan.  Pada aw tinggi kemiungkinan pertumbuhan mikroorganisme termasuk didalamnya adalah bakteri sangat memungkinkan sehingga pertumbuhan kapang tempe akan kalah bersaing.  Akibatnya proses pembuatan tempe akan gagal seperti berasa asam, busuk dan bahkan kapang tidak tumbuh sama sekali.  Kadar air optimum pada saat penaburan laru tempe adalah sekitar 45 – 55% berdassarkan bobot basah.
Suhu yang baik untuk penaburan lau tempe adalah sekitar 30 – 40 oC.
9.       Penaburan laru
Disamping kondisi penaburan laru yang baik, perlu juga diperhatikan jenis dan kemurnian laru yang digunakan, serta ukuran yang pas dari perbandingan laru dengan kedelai sangat menentukan  mutu dai tempe yang diperoleh.
Laru yang digunakan biasanya adalah sekitar 1,5 – 2,5 gr kedelai kering.  Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penaburan laru adalah hendaknya lau dicampur secara merata, baik dengan tangan maupun dengan alat. 
10.   Pembungkusan tempe
Laru atau ragi tempe adalah makhluk hidup yang tergolong aerob, artinya untuk pertumbuhannya memerlukan udara atau oksigen, sehhingga kebutuhan tersebut harus dipenuhi agar proses pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan.  Jika digunakan plastic harus dilubangi terlebih dahulu.  Ukuran diameter lubang sekitar antara 0,6 – 1,2 mm dan jarak antar lubang 1-2 cm.
11.   Pemeraman tempe
Dalam prakteknya suhu yang dipakai adalah suhu ruang yaitu suhu yang optimum bagi pertumbuhan kapang.  Suhu ruang yang sering digunakan para perajin tempe adalah pada suhu 31 oC yang menghasilkan tempe yang putih, kompak dan rasa serta aroma yang khas dan kuat.
Tempe yang umum yang ada di Indonesia umumnya difermentasi pada suhu ruang yaitu sekitar 25 oC selama 44 – 52 jam.  Satu faktor lain yang penting aalah kelembapan udara.  Kelembapan udara yang optimum adalah antara 75 – 85 %.
a.       Pemanenan tempe
1.        Ciri tempe yang baik
Tempe yang baik dicirikan oleh permukaan tempe yang ditutupi oleh misellium kapang (benang-benang halus ) secara merata, kompak dan berwarna putih.  Antar butiran kacang kedelai dipenuhi oleh misellium dengan ikatan yang kuat dan merata sehingga bila diiris tempe tersebut tidak hancur.
Tempe yang masih baik warnanya putih, spora kapang yang berwarna abu-abu kehitaman belum terbentuk, dan aroma yang kurang enak yang kadang –kadang bau amoniak belum terbentuk.

VI.          Hasil dan Pembahasan

Table pengamatan
Hari ke
suhu
Ada/tidak ada jamur
aroma
Tekstur
1




2




3





VII.        Pembahasan :
























VIII.      Kesimpulan:
















Daftar Pustaka:

Marliyati, Sri Anna, Ahmad Sulaeman, Faizal Anwar.  1992.  Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga.  Depdikbud, Ditjen Dikti, PAU Pangan dan Gizi –IPB.
Pusbangtepa. 1982.  Pengolahan Pangan Tradisional. Institut Pertanian Bogor
Syarief, Rizal, dkk.1999.  wacana Tempe Indonesia.  Penerbit Universitas Katolik Widya Mandala.  Surabaya.

No comments:

Post a Comment

Komentar

JENIS DAN TUJUAN PROSES TERMAL

JENIS DAN TUJUAN PROSES TERMAL Ada beberapa jenis proses pemanasan yang umum diterapkan dalam proses pengalengan pangan, seperti blansir...