Tuesday, 26 November 2019

Contoh JObsheet


JOB SHEET 1
I.             Acara          ;  pembuatan telor asin 
II.           Tujuan        :  Ingin mengetahui cara pembuatan telor asin
III.         Alat            :  timbangan, baskom, keranjang dari bamboo, alat penggosok
Bahan :  telor bebek, garam kasar, bubuk bata merah/ abu gosok, air
IV.          Dasar Teori :
Garam (NaCl) tidak hanya member kenikmatan pada lidah, tapi juga dapat membawa bencana pada manusia.  Setiap makanan selalu ditambahkan garam untuk meningktkan cita rasa dan gurih pada produk, namun jika garam yang ditambahkan diatas 15% maka garam akan berfungsi sebagai pengawet.  Peran garam sebagai pengawet sangat dipengaruhi oleh kualitas garam yang digunakan dan konsentrasi yang diinginkan.
Garam yang diberikan pada bahan pangan akan membunuh mikroorganisme jika konsentrasinya antara 10 – 26,6 %.  Pada konsentrasi ini garam membunuh mikroorganisme karena adanya proses plasmolisa, kareolisa dan keracunan pada mikroorganisme.
Plasmolisa terjadi akibat perbedaan tekanan osmosa yang menyebabkan cairan sel mikroorganisme tertarik keluar .  Kareolisa merupakan kelanjutan plasmolisa, sehngga inti sel menjadi pecah yang menyebabkan mikroorganisme menjadi mati.  Keracunan mikroorganisme dapat terjadi kaarena ion Cl- dapat mengganggu metabolism ikroorganisme.
Teknik penggaraman yang dilakukan dapat dengan :
1.     Cara kering, umumnya untuk ikan kecil dan telur
2.    Cara basah, umumnya untuk produk sayur / buah seperti sayur asin dan pikel
3.    Kombinasi cara kering  dan basah, umum dijumpai pada pembuatan kubis asin (sauer Kraut).

V.            Langkah Kerja :

1.    Bersihkan telur bebek, gosok dengan alat pencuci piring kasar sampai bersih
2.    Siapkan adonan abu gosok dan garan dengan perbandingan 1:2
3.    Aduk aduk sampai rata, tambahkan air secukupnya
4.    Bungkus telur dengan adonan abu gosok
5.    Diamkan selama 7-14 hari
6.    Kupas abu gosok yang membungkus telur
7.    Cuci bersih, kemudian kukus dengan api kecil sampai matang


VI.          Hasil dan Pembahasan

Table pengamatan
Hari ke
Tingkat keasinan
Tekstur
Keadaan kuning telur
7



8



9



10



11



12



13



14




VII.        Pembahasan :























VIII.      Kesimpulan:













Daftar Pustaka:

Anonym, 2012.  Modul dasar dasar pengawetan.  Departemen agroindustri.  P4TK Cianjur




JOB SHEET 2

PEMBUATAN TAPE SINGKONG

Standar Kompetensi        :
          Menggunakan Mikroorganisme dalam Proses Pengolahan (Fermentasi)
Kompetensi Dasar  :
          Mengendalikan lingkungan proses fermentasi

Tujuan           ;
          Setelah melakukan praktikum siswa diharapkan dapat;
1.    Mengidentifikasi mikroorganisme yang aktif dalam fermentasi tape singkong
2.    Mengkondisikan singkong sebagai media fermentasi tape singkong
3.    Menginokulasikan ragi tape ke dalam media dengan benar
4.    Mengendalikan lingkungan dalam proses fementasi tape singkong
5.    Memanen tape singkong dengan tepat


Teori
          Tape singkong merupakan makanan hasil fermentasi ubi kayu menggunakan mikroorganisme jenis kapang yaitu Rhizopus sp, Aspergillus sp dan khamir, yang diinkubasi selama 3 hari.  Selama proses fermentasi pada ubi kayu akan mengalami perubahan pada rasa, tekstur, aroma dan warna serta nilai gizi.
          Prinsip pembuatan tape singkong meliputi pencucian, pengecilan ukuran, pemanasan, peragian dan inkubasi.
          Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan tape singkong diantaranya adalah suhu, pH, jenis ragi/starter, kadar air (Aw), oksigen.

Alat dan Bahan
a.    Alat
Dandang, baskom, kompor, nyiru,
b.    Bahan
Singkong, ragi tape, daun pisang

Langkah kerja
1.    Siapkan singkong sebanyak 1 kg
2.    Kupas singkong kemudian cuci bersih
3.    Potong-potong dengan ukuran 2 x 3  cm
4.    Kukus singkong sampai matang
5.    Dingingkan di atas nyiru
6.    Taburi ragi sebanyak  3-5 % berat
7.    Inkubasi selama 3 hari
8.    Buka dan kemas
9.    Lakukan pemasaran

Hasil pengamatan
1.    Catat berat awal singkong sebelum dikupas
2.    Catat berat singkong setelah dikupas
3.    Catat berat tape yang dihasilkan
4.    Amati tape singkong pada parameter warna, rasa, aroma, dan tekstur.
Warna           :
Rasa             :
Aroma          :
Tekstur         :

Kesimpulan : ……………………………………………………




JOBSHEET 3

Standar Kompetensi: Menerapkan proses pengolahan hasil pertanian
Kompetensi Dasar:  Membuat kue kering
Kelas/Semester :  XII/I
Alokasi waktu ;6 x  45 mnit

Judul Acara    ;  Membuat kue kering
Tujuan          ; Siswa dapat menentukan alat untuk membuat kue kering dengan benar
                     Siswa dapat menentukan bahan untuk membuat kue kering dengan benar
                     Siswa dapat membuat kue kering dengan benar
Indicator        ; Alat-alat untuk pembuatan kue kering disiapkan dengan benar
                     Bahan-bahan untuk pembuatan kue kering dipilih dengan baik
                     Kue kering yang dihasilkan kering dan renyah

Dasar teori
          Kue kering adalah salah satu jenis makanan ringan dari sekian banyak jenis makanan ringan.  Secara umum bahan kue kering adalah tepung terigu, gula dan telur yang dipanggang/open. Namun untuk memperbaiki aroma seringkali ditambahkan fanili.
          Kue kering yang baik adalah kue kering yang memiliki warna kuning kecoklatan sebagai akibat dari gula yang terkena panas sehingga terjadi reaksi browning, dan tekstur yang renyah. Untuk menghasilkan kue kering yang baik diperlukan bahan-bahan yang baik dan peralatan yang tepat.

Alat dan Bahan
Alat              ; oven, mixer, Loyang, cetakan kue, baskom, kuas, dsb
Bahan           ;tepung terigu 5 kg, telur 4 kg, fanili 5 bks, gula 5 kg, minyak goring secukupnya

Cara kerja
1.    Aduk telur dan gula sampai mengembang (warna putih)
2.    Masukan vanili
3.    Tambahnkan terigu sedikit demi sedikit sambil diaduk rata
4.    Masukan ke dalam cetakan yang sudah dilumasi minyak dan dipanaskan
5.    Jika sudah setengah matang, Loyang dibalik-balik selama 5 menit
6.    Panggang selama 15 menit (sampai warna kuning)
7.    Angkat dan tiriskan
8.    Kemas

No
Nama kegiatan
Nilai
1
Persiapan


a.    Persiapan alat


b.    Persiapan bahan

2
Pelaksanaan
a.    Pengadukan telur dan gula dilakukan dengan sempurna
b.    Penambahan terigu dan vanili dilakukan dengan baik
c.     Pemasukan bahan ke dalam cetakan dilakukan dengan benar
d.    Pemanggangan dilakukan dengan benar
e.    Pemanggangan diakhiri dengan benar
f.     Penirisan dilakukan dengan baik
g.    Pengemasan dilakukan dengan benar

3
Sikap


Jumlah nilai


LEMBAR KERJA
Standar Kompetensi  :  Menggunakan mikrooganisme dalam pengolahan
Kompetensi dasar     : Memanen hasil fermentasi
Pembuatan Kecap
Tujuan
Setelah Praktek diharapkan siswa dapat memahami dalam memanen hasil fermentasi kecap kedelai
Dasar Teori
Kedelai meupakan komoditas hasil pertanian yang banyak mengandung protein nabati. Selain kadungan proteinnya yang tinggi, kedelai juga mengandung kalori dan lemak serta mineral yang tinggi.
Selain dapat dikonsumsi dalam bentuk rebusan kedelai, kedelai juga dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan seperti tempe, tahu, taucho, kecap dan lain sebagainya,
Kecap adalah produk olahan kedelai secara fermentasi menggunakan kapang Aspergillus sp. Kecap yang baik berupa cairan berwarna hitam dan kental. Prinsip proses pembuatan kecap meliputi pencucian, perebusan, fementasi, penambahan larutan garam, pemasakan dan penyaringan.
Alat dan bahan
  1. Alat
Panci, tampah, kain saring, sendok pengaduk,botol /wadah yang sudah disterilkan
  1. Bahan 
Kedelai 1 kg, jamur tempe 3 gram, daun usar 1 lembar, daun salam 2 lembar, sereh 1 batang pendek, daun jeruk 1 lembar, laos ¼ potong, gula merah 6 kg, air untuk melarutkan gula  1½  liter, garam dapur 800 gr untuk 4 liter air.
  1. Langkah kerja
1.    Cuci kedelai dan rendam dalam 3 liter air selama satu malam.
2.    Rebus kedelai smpai lunak dan empuk
3.    Angkat rebusan kedelai dan tuangkan pada tampah
4.    Jemur kedelai agar tiris dan kadar air hilang.
5.    Kedelai disimpan beberapa hari sampai tumbuh kapang. Kedelai ditutup dengan kain atau plastic agar tetap lembab
6.    Jemur kedelai sampai benar-benar kering di bawah sinar matahari.
7.    Buat larutan garam dengan kadar 20-30%
8.    Tuangkan kedelai kering ke dalam wadah fermentasi
9.    Campurkan larutan garam dengan kedelai pada wadah fermentasi dalam keadaan panas
10.  Simpan selama 3-4 minggu
11.  Lakukan pemasakan dan penyaringan kedelai hasil fementasi
12.  Tambahkan bumbu-bumbu kecap
13.  Lakukan pemasakan kemabali agar  bumbu merata dan matang
14.  Lakukan penyaringan sehingga dihasilkan kecap.

  1. Pengamatan  
1.    Timbang berat kedelai awal :
2.    Catat purubahan yang terjadi selama fermentasi kedelai:
3.    Timbang berat kecap yang dihasilkan:
4.    Amati secara sensoris warna, rasa, aroma dan kekentalan kecap.






JOB SHEET 4
I.             Acara          ;  Pembuatan Tempe
II.           Tujuan        :  Ingin mengetahui cara pembuatan tempe
III.         Alat            :  Baskom, tampir, pemecah kedelai, kompor, langseng, timbangan, alat pelubang plastic, rak fermentasi
  Bahan         :  Kedelai, ragi tempe, plastic, air
IV.          Dasar Teori :
Tempe yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah tempe yang dibuat dari bahan baku kedelai.  Tempe merupakan produk pangan yang sangat popular di Indonesia yang diolah dengan fermentasi kedelai dalam waktu tertentu menggunakan jamur Rhizopus sp.  Secara umum tempe mempunyai ciri bewana putih karena pertumbuhan miselia-miselia jamur yang menghubungkan antar biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang kompak.  Secara umum pengetahuan bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan tempe adalah;
a.       Mutu bahan baku kedelai
Mutu tempe sangat tergantung dari mutu kedelai yang digunakan, disamping jenisnya, juga yang terpenting adalah umur kedelai, kebersihan kedelai dan umur simpan kedelai.  Satu prinsip dasar yang harus selalu dicamkan adalah bahwa mutu produk akhir tidak penah terlepas dari mutu bahan baku yang digunakan.
Persiapan bahan baku kedelai yang perlu dilakukan adalah;
1.       Jenis kedelai dipilih yang baik (vaietas amerika)
2.       Kedelai harus tua dan baru (tidak terlalu laa digudang)
3.       Dilakukan sortasi dan pemilahan antara lain keelai yang muda dan cacat
4.       Benda asing dibuang ( serangga dan bagian tubuhnya, keikil pecahan  gelas, tanah, biji-bijian asing)
b.       Pemilihan bahan pembungkus dan pengemas
Prinsip dasar dalam memilih bahan pembungkus yang dipakai adalah hendaknya menjamin keberhasilan proses, keamanan pangan dan terjaminnnya mutu pangan.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan;
1.       Pembungkus yang dipakai tidak menurunkan cita rasa, warna dan bau produk, stabil dalam pengolahan dan pemasaran/transportasi.
2.       Dipilih pembungkus yang baru dan hendaknya dihindari adanya penggunaan pembungkus ulang/bekas
3.       Adanya residu kimiawi dan mikrobiologis, disamping bebahaya bagi kesehatan juga dapat menghambat pertumbuhan kapang tempe.
4.       Pembungkus hendaknya yang bersih, jika perlu dibersihkan dengan kain yang dicelupkan air panas terlebih dahulu.
5.       Kain lap yang kotor dapat sebagai sumber kontaminan.
6.       Pemilihan jenis pembungkus tertentu perlu mendapat perlakuan khusus dalam penggunaannya, misalnya daun pisang tidak perlu dilubangi. Namun jika meenggunakan plastic perlu dilubangi.
c.       Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam industry tempe (rata-rata kebutuhan antara kedelai : air = 1:  12), yang berguna untuk perendaman, perebusan, pencucian, dan lain-lain.
Umumnya kapang tempe tumbuh baik pada kondisi air yang sedikit mengandung klorin dan mineral.  Namun perlu diingat bahwa air yang mendapat perlakuan klorinasi terlalu kuat dan juga yang air kesadahannya tinggi dapat menyebabkan kegagalan proses pembuatan tempe, karena klorin merupakan bahan yang tergolong zat anti mikroba/desinfektan.
d.       Pemilihan laru atau inoculum untuk tempe
Laru atau inoculum tempe adalah suatu sediaan yang mengandung mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan tempe. Dipasaran laru tempe dapat dijumpai dalam bentuk tepung dan diproduksi oleh LIPI/KOPTI.
Laru tempe terutama terdiri dari mikroba yang tergolong dalam jenis kapang antara lain Rhizopus oligosporus, R. stolonifer, R. orizae, R. arrichus,  Mucor rouxii, Mucor javanicus.
Karena laru tempe addalah mikroba yang tergolong mahluk hidup, maka laru atau inoculum tersebut juga mengikuti kaidah kehidupan, atinya pertumbuhan dan pekembangbiakan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan lingkungan tempat hidupnya sehingga faktor-faktor seperti kemurnian laru, keaktifan laru, penaburan laru dan kondisi medium laru seperti pH dan suhu bahan.
Laru yang baik adalah laru yang baru dibuat dan terus digunakan dengan sependek mungkin umur simpan.  Laru tempe yang baru umumnya mengandung mikroba tertentu yang murni galurnya dan sedikit mangandung kontaminan, sehingga tempe yang dihasilkan mutunya baik.

V.            Langkah Kerja :
Tahap-tahap proses pembuatan tempe adalah sebagai berikut;
1.       Sortasi bahan baku kedelai
Sortasi dapat dilakukan dengan menggunakan tampah/nyiru atau menggunakan mesin pengayak, yang bertujuan untuk menghilangkan kedelai rusak, kotoran, dan lain-lain.

2.       Pencucian bahan baku
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih kedelai seperti tanah, dan lain-lain serta untuk mengurangi kontaminasi awal pada kedelai.  Pencucian hendaknya menggunakan air bersih.
3.       Perebusan pertama
Perebusan pertama bertujuan untuk melunakkan kulit kedelai dan untuk mematikan enzim penyebab bau langu kedelai.  Perebusan dilakukan sekitar 30 menit. 
4.       Perendaman
Perendaman dimaksudkan untuk mengempukkan kulit kedelai, sehingga memudahkan pada waktu pengupasan kedelai.
5.       Pengupasan kulit
Pengupasan kulit bertujuan untuk membuka kotiledon kedelai karena jika tidak dilakukan pengupasan kulit, maka akar-akar dari kapang ragi tempe sulit menembusnya, sehingga pertumbuhannya terhambat karena kekurangan bahan pangan, sehingga dapat menyebabkan kegagalan proses.
6.              Pemisahan kulit dan pencucian
Kulit kedelai seyogyanya dipisahkan dari kotiledon kedelai.  Kulit kedelai yang tidak dipisahkan dapat memberikan kesan kotor dan mengurangi rasa tempe sehingga menyebabkan tidak dapat kompak melainkan pecah-pecah.
7.       Perebusan kedua atau pengukusan
Perebusan kedua ini bertujuan untuk membunuh bakteri ataupun enzim penyebab keasaman dan juga sekaligus bertujuan untuk lebih melunakkan kedelai. Perebusan kedua biasanya dilakukan sekitar 30 menit sampai 1 jam.
8.       Penirisan
Air perlu ditiriskan untuk mengurangi kadar air pada kedelai, yang akan mempengaruhi aw dari bahan.  Pada aw tinggi kemiungkinan pertumbuhan mikroorganisme termasuk didalamnya adalah bakteri sangat memungkinkan sehingga pertumbuhan kapang tempe akan kalah bersaing.  Akibatnya proses pembuatan tempe akan gagal seperti berasa asam, busuk dan bahkan kapang tidak tumbuh sama sekali.  Kadar air optimum pada saat penaburan laru tempe adalah sekitar 45 – 55% berdassarkan bobot basah.
Suhu yang baik untuk penaburan lau tempe adalah sekitar 30 – 40 oC.
9.       Penaburan laru
Disamping kondisi penaburan laru yang baik, perlu juga diperhatikan jenis dan kemurnian laru yang digunakan, serta ukuran yang pas dari perbandingan laru dengan kedelai sangat menentukan  mutu dai tempe yang diperoleh.
Laru yang digunakan biasanya adalah sekitar 1,5 – 2,5 gr kedelai kering.  Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penaburan laru adalah hendaknya lau dicampur secara merata, baik dengan tangan maupun dengan alat. 
10.   Pembungkusan tempe
Laru atau ragi tempe adalah makhluk hidup yang tergolong aerob, artinya untuk pertumbuhannya memerlukan udara atau oksigen, sehhingga kebutuhan tersebut harus dipenuhi agar proses pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan.  Jika digunakan plastic harus dilubangi terlebih dahulu.  Ukuran diameter lubang sekitar antara 0,6 – 1,2 mm dan jarak antar lubang 1-2 cm.
11.   Pemeraman tempe
Dalam prakteknya suhu yang dipakai adalah suhu ruang yaitu suhu yang optimum bagi pertumbuhan kapang.  Suhu ruang yang sering digunakan para perajin tempe adalah pada suhu 31 oC yang menghasilkan tempe yang putih, kompak dan rasa serta aroma yang khas dan kuat.
Tempe yang umum yang ada di Indonesia umumnya difermentasi pada suhu ruang yaitu sekitar 25 oC selama 44 – 52 jam.  Satu faktor lain yang penting aalah kelembapan udara.  Kelembapan udara yang optimum adalah antara 75 – 85 %.
a.       Pemanenan tempe
1.        Ciri tempe yang baik
Tempe yang baik dicirikan oleh permukaan tempe yang ditutupi oleh misellium kapang (benang-benang halus ) secara merata, kompak dan berwarna putih.  Antar butiran kacang kedelai dipenuhi oleh misellium dengan ikatan yang kuat dan merata sehingga bila diiris tempe tersebut tidak hancur.
Tempe yang masih baik warnanya putih, spora kapang yang berwarna abu-abu kehitaman belum terbentuk, dan aroma yang kurang enak yang kadang –kadang bau amoniak belum terbentuk.

VI.          Hasil dan Pembahasan

Table pengamatan
Hari ke
suhu
Ada/tidak ada jamur
aroma
Tekstur
1




2




3





VII.        Pembahasan :
























VIII.      Kesimpulan:





 JOB SHEET 5
I.             Acara          ; pembuatan Tepung dan Pati
II.           Tujuan        :  Ingin mengetahui cara pembuatan tepung dan pati
III.         Alat            :  Pisau, baskom, alat penjemur, slicer, blendr, saringan, timbangan
Bahan :  ubi kayu
IV.          Dasar Teori :
Ubi kayu (Manihot esculenta crantz) atau ketela pohon merupakan sumber karbohidrat yang penting setelah padi, jagung dan sagu.  Ubi kayu menjadi bahan pokok setelah beras dan jagung.  Dalam perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan bahan dasar pada industry makanan dan makan. 
Tepung ubi kayu adalah tepung yang dibuat dari bagian umbi ubi kayu yang dapat dimakan  melalui penepungan.  Ubi kayu diiris, di parut ataupun bubur kering yang mengindahkan ketentuan-ketentuan kebersihan.
Tepung ubi kayu telah banyak digunakan dalam pembuatan produk-produk pangan antara lain roti, biscuit, mie instan, dan lain-lain.
Pati, Amilosa dan amilopektin
Pati merupakan cadangan karbohidrat yang banyak terdapat pada tanaman, memiliki homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik.  Pada tanaman pati terdapat dalam bentuk butiran-butiran kecil yang disebut granula.
Granula pati tersusun atas tiga komponen utama yaitu amilosa, amilopektin dan bahan antara lipid dan protein.
Amilosa merupakan rantai lurus yang terdiri dari molekul-molekul glukosa yang berikatan  D-glukosa dengan ikatan α- (1,4) glikosidik.  Amilosa seringkali dikatakan sebagai struktur linear dari pati.  Amilosa tidak dapat larut dalam air, kecuali pada kondisi drastic seperti suhu yang tinggi.
Amilopektin adalah polimer dengan ikatan α- (1,4) pada rantai lurusnya serta ikatan α- (1,6) pada titik  percabangannya.  Pada dasarnya struktur amilopektin sama seperti amilosa yaitu terdiri dari rantai pendek α- (1,4) D-glukosa dalam jumlah yang besar.  Amilopektin dapat larut dalam air dan tidak mempunyai kecenderungan untuk mengendap kembali.

V.            Langkah Kerja :
a.    Pembuatan tepung
1.    Bersihkan ubi kayu dari tanah yang menempel dan kotoran lain, kemudian timbang
2.    Kupas ubi kayu kemudian cuci sampai bersih
3.    Iris tipis kira-kira 1-2 mm
4.    Jemur dibawah sinar matahari sampai kering
5.    Blender/tumbuk kemudian ayak
6.    Timbang tepung yang dihasilkan
7.    Hitung persentase tepung yang dihasilkan (rendemen tepung)
Rendemen = berat tepung  x  100 %
                  Berat ubi kayu

b.    Pembuatan pati
1.    Bersihkan ubi kayu dari tanah yang menempel dan kotoran lain, kemudian timbang
2.    Kupas ubi kayu kemudian cuci sampai bersih
3.    Parut ubi kayu kemudian tambahkan air secukupnya
4.    Remas-remas kemudian saring, hasil saringan di endapkan, kemudian buang airnya
5.    Jemur sampai kering
6.    Blender/tumbuk kemudian ayak
7.    Timbang pati yang dihasilkan
8.    Hitung persentase pati yang dihasilkan (rendemen tepung)
Rendemen = berat pati    x  100 %
                  Berat ubi kayu

VI.          Hasil dan Pembahasan

Table pengamatan
No
Berat awal
Berat tepung/ pati
Rendemen tepung/ pati
1



2




VII.        Pembahasan :

















VIII.      Kesimpulan:













Daftar Pustaka:

Anonym, 2012.  Diklat peningkatan kompetensi guru Produktif Bidang Agroindustri  (Pengolahan Umbi-umbian).  P4TK Cianjur
google.com, pub-3820159132606455, DIRECT, f08c47fec0942fa0


JENIS DAN TUJUAN PROSES TERMAL

JENIS DAN TUJUAN PROSES TERMAL Ada beberapa jenis proses pemanasan yang umum diterapkan dalam proses pengalengan pangan, seperti blansir...