BUKU INFORMASI
|
THP.OO03.095.01
|
MEMPRODUKSI
SELAI BUAH (JAM)
|
Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Tahun 2018
|
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI............................................................................................ 1
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................ 3
A.
Tujuan Umum.......................................................................... 3
B.
Tujuan Khusus......................................................................... 3
BAB II Memilihdanmenanganibahanuntukproses produksiselaibuah................... 3
A.
Menentukan Jenisdanjumlahkebutuhanbahanbakudan
bahan pembantu
……………………………………………………………… 6
B.
Keterampilaan yang diperlukan dalam memilih dan
menangani
bahan untuk proses produksi selain buah
……………………………….. 19
C.
Sikap kerja yang dperlukan dalam memilih dan menangani
bahan
Untuk
Proses produksi selai buah ……………………………………………. 19
BAB III Memilihdanmenyiapkanperalatanproduksiselai buah......................... 20
A.
Pengetahuan yang diperlukan dalam memilih dan
menyiapkan
Peralatan
Produksi selai buah ................................................... 20
B.
Keterampilan yang diperlukan dalam memilih dan
menyiapkan
Peralatan Produksi
selai buah.................................................... 41
C.
Sikap kerja
yang diperlukan dalam memilih dan menyiapkan
Peralatan
Produksi selai buah………………………………………………….
41
BAB IV Mengendalikanprosesdanmenilaimutuhasil....................................... 42
A.
Pengetahuan
yang diperlukan dalam mengendalikan proses dan
menilaiMutu
hasil ……………………………………….………………………… 42
B.
Keterampilan
yang diperlukan dalam mengendalikan proses dan
menilaiMutu hasil ………………………………………………………………… 58
C.
Keterampilan
yang diperlukan dalam mengendalikan proses dan
MenilaiMutu hasil..................................................................... 58
BAB V Mengemashasilproduksi.................................................................. 59
A.
Pengetahuan
yang diperlukan dalam mengemas hasil produksi
Sesuai Spesifikasi yang ditentukan............................................. 59
B.
Keterampilan
yang diperlukan dalam mengendalikan proses dan
Menilai Hasil mutu.................................................................... 61
C.
Sikap yang diperlukan dalam mengendalikan proses
dan menilai
Hasil mutu............................................................................... 61
BAB VI MenghitungBiaya Produksi ............................................................ 62
A.
Pengetahuan
yang diperlukan dalam menghitung biaya produksi .. 62
B.
Keterampilan
yang diperlukan dalam menghitung biaya produksi... 66
C.
Sikap
kerja yang diperlukan dalam
mengendalikan proses dan
Menilai Mutu hasil ................................................................... 66
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................... 67
A.
Buku Referensi......................................................................... 67
B.
Referensi Lainnya .................................................................... 68
DAFTAR
ALAT DAN BAHAN...................................................................... 69
A.
Daftar Peralatan/Mesin............................................................. 69
B.
Daftar Bahan........................................................................... 69
DAFTAR
PENYUSUN................................................................................ 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu memproduksi
selai/jam buah untuk kapasitas tertentu sesuai dengan persyaratan produksi.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi memproduksi
selai/jam buah ini untuk memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat
diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.
Memilihdan menanganibahanuntukproses produksiselaibuah
2.
Memilihdanmenyiapkanperalatanproduksiselai buah
3.
Mengendalikanprosesdanmenilaimutuhasil
4.
Mengemashasilproduksisesuaispesifikasiyang ditentukan
5.
Menghitungbiaya
BAB II
MEMILIH DAN MENANGANI
BAHAN UNTUK
PROSES PRODUKSI SELAI BUAH
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam memilih
dan menangani bahan untuk proses produksi selai buah
Sesuai dengan judul pada bab ini, pada bab 1 inikita akan membahas materi tentang
buah sebagai bahan baku pembuatan selai/jam.Dalam konteks ini pembahasan akan dibatasi
pada jenis buah yang baik/sesuai untuk dibuat selai/jam. Buah yang baik di sini
dilihat dari faktor internal dan eksternal yang memenuhi persyaratan dalam produksi
selai/jam buah. Selain bahan baku, pembahasan juga akan dilakukan terhadap
bahan bantu yang dibutuhkan untuk membuat selai/jam buah. Untuk keperluan
produksi selai/jam tentu saja perlu dihitung jumlah kebutuhan bahan baku dan
bahan bantu untuk satu periode proses. Karena itu, di akhir bab ini akan
dijelaskan bagaimana menghitung kebutuhan bahan baku dan bahan bantu tersebut.
1. Jenis dan karakteristik bahan baku buah
Pepaya, mangga, pisang,
jambu....dibawa dari Pasar Minggu ...;
Lagu itu menggambarkan betapa kayanya bumi Indonesia dengan berbagai jenis buah-buahan.
Dalam kehidupan sehari-hari, uah memiliki nilai ekonomis. Buah dalam bentuk
segar banyak diminati masyarakat sebagai makanan sehat. Dalam bentuk olahan,
buah merupakan variasi makanan yang secara alami dibutuhkan manusia.
Buah secara keilmuan adalah bagian
tumbuhan yang berasal dari bunga atau putik (biasanya berbiji), (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Buah secara umum mengandung air, karbohidrat, vitamin, dan
mineral, di samping kandungan protein dan lemak yang terdapat pada beberapa
jenis buah, artinya tidak semua buah mengandung lemak dan protein.
Buah
merupakan
makanan yang kaya kandungan gizi.
Setiap jenis buah mempunyai komposisi
kimia yang berbeda-beda. Komposisi buah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
perbedaan varietas, keadaan iklim tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara
pemanenan, tingkat kematangan waktu dipanen, kondisi selama pemeraman dan
kondisi penyimpanan. Umumnya buah memiliki kadar air yang tinggi yaitu 65 – 90%,danmemiliki
kadar lemak dan protein yang rendah, kecuali alpukat (kadar lemak ± 4%).
Karena kadar air yang tinggi, maka buah dikelompokkan hasil pertanian yang
mudah rusak.
Kandungan kimia buah,
meliputi:
a.
Karbohidrat
1)
Pati
Buah-buahan mengandung pati sebagai hasil fotosintesa. Pada buah yang masih
muda banyak mengandung pati, seperti apel, pisang dan mangga. Kandungan pati beberapa jenis buah-buahan
akan terus bertambah selama pendewasaan sel, sedang beberapa jenis buah-buahan
yang lain kandungan pati mula-mula meningkat kemudian menurun lagi.
Kandungan pati akan optimal pada fase tua optmal (mature).
2)
Gula
Kandungan gula buah dapat meningkat selama proses pendewasaan sel (misalnya
mangga, pepaya, pisang), namun ada juga yang pada saat pendewasaan sel kenaikan
kandungan gulanya sangat sedikit atau tidak ada sama sekali (misalnya tomat).
Namun ada juga yang kandungan gulanya mula-mula tinggi kemudian mengalami
penurunan selama pendewasaan sel (misalnya jeruk).
3)
Pektin
Pektin dalam buah terdapat dalam bentuk zat pektin yang mudah dihidrolisa.
Kandungan pektin dalam buah berpengaruh terhadap tingkat kekerasan (tekstur)
buah. Selama proses pematangan, zat pektin akan terhidrolisa
menjadi komponen-komponen yang larut air
sehingga jumlah kandungan pektin akan menurun dan komponen yang larut air
akan meningkat jumlahnya. Hal ini yang mengakibatkan buah menjadi lunak.
b.
Vitamin dan
Mineral
Buah-buahan merupakan salah satu makanan sumber vitamin C, provitamin A
(karoten), dan B1 serta beberapa jenis mineral seperti kalsium dan besi.
Buah-buahan juga sebagai sumber antioksidan yang berfungsi untuk melawan
radikal bebas yang terdapat pada tubuh, misalnya Anthosianin,
flavonoid,likopen, dll.
c.
Pigmen
Pigmen pada buah, yaitu: (1) Khlorofil, terdapat pada buah-buahan yang
masih muda, jumlah khlorofil relatif lebih banyak dibandingkan dengan
karotenoid atau pigmen-pigmen lainnya. Selama proses pematangan buah, khlorofil
akan terdegradasi sehingga menimbulkan warna dari pigmen-pigmen lain menjadi,
kuning, orange, atau merah. (2) Karotenoid, terdapat pada buah misalnya likopen
yang memberikan warna merah pada buah tomat, jambu biji, semangka, dan pepaya.
Karoten yang terdapat pada jagung dan peach memberikan warna orange. Dan
xantofil yang memberikan warna kuning-orange pada jagung, peach dan squash. (3)
Flavonoid, terbagi menjadi: (a) Antosianin. Memiliki warna ungu, biru, dan
merah. Faktor penentu warna tersebut adalah konsentrasi pigmen, pH, dan pigmen
yang lain. Jika kadar antosianin tinggi, maka akan terbentuk warna ungu
kehitam-hitaman. Jika kadar antosianin rendah maka akan terbentuk warna ungu. Kadar
pH tinggiakan menimbulkan warna putih. Dan bila kadar pH netral, maka akan
terbentuk warna biru. Sedangkan kadar pH rendah, akan terbentuk warna merah. (b)
Antoxantin,warna yang terbentuk dari antoxantin adalah kuning dan putih. Biasanya
terdapat pada bawang dan kentang. Jika pH>=8 maka akan terbentuk warna
kuning. Jika pH<6, maka akan terbentuk warna putih atau tidak berwarna. (3) Tanin.
Pigmen tidak berwarna dan terdiri atas kathekin dan leukoantosianin. Tanin
banyak terdapat pada buah seperti apel, salak, dan pisang.
d.
Asam Organik
Buah-buahan yang masih muda umumnya banyak megandung asam-asam organik.
Konsentrasi asam akan menurun selama proses pematangan buah.
e.
Kandungan Lain
Kandungan lain dalam buah, diantaranya yaitu selulosa, heksosan pentosan,
gum, asam-asam amino, enzim-enzim dan zat pembentuk aroma seperti ester,
alkohol, karbonil, eter, hidrokarbon dan senyawa aromatik lain.
Perubahan Fisiologi
Buah setelah Panen
Buah setelah dipanen akan mengalami berbagai perubahan, seperti perubahan
fisik, kandungan kimia, fisiologis dan lain-lain. Berikut ini akan dijelaskan
proses perubahan fisiologis pada buah.
a.
Proses pertumbuhan
dan respirasi
Tahapan proses pertumbuhan atau kehidupan buah meliputi: pembelahan sel – pembesaran sel –
pendewasaan sel (maturation) – pematangan (ripening) – kelayuan (senescene) –
dan pembusukan (deterioration). Proses pembelahan sel terjadisegera setelah
proses pembuahan.
Selanjunya diikuti proses pembesaran atau pengembangan sel sampai mencapai
volume maksimum. Perbedaan antara buah tua (mature).Buah
yang tua (mature) biasa disebut
dengan ranum (‘gemading”). Buah pada fase matang (ripe) adalah buah yang sudah tua dengan keadaan selnya telah dewasa. Buah yang matang,
warna, citarasa dan kekerasannya sudah berkembang sampai tingkat maksimum.
b. Perubahan fisik dan
kimia selama pematangan
Perubahan buah selama pematangan dapat dilihat dalam hal warna, kekerasan (tekstur),
citarasa dan flavor, yang menunjukan terjadinya perubahan komposisi, terjadinya
kenaikan kadar gula sederhana yang menyebabkan rasa manis, penurunan kadar asam
organik , kenaikan kadar zat-zat volatil.
2. Persyaratan buah sebagai bahan baku produksi selai/jam
Kegiatan produksi selai/jam buah dilakukan melalui beberapa tahapan,
biasanya diawali dengan memilih dan menangani bahan baku yaitu buah. Dalam
proses pengolahan buah, pemilihan bahan menjadi salah satu faktor penentu
kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, kita perlu tahu bagaimana
memilih dan menangani buah yang akan diolah menjadi selai/jam buah.
Karakteristik buah secara umum yaitu memiliki kadar air tinggi sehingga
memiliki daya simpan yang pendek. Buah hanya tahan disimpan beberapa hari saja.
Setelah itu buah akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimia.
Tekstur buah akan melunak dan dan akhirnya membusuk. Buah-buahan termasuk peka
terhadap perlakuan mekanis. Kerusakan mekanis dapat terjadi akibat gesekan,
penumpukan ataupun kesalahan pemanenan, sehingga terjadi memar dan luka pada
buah. Buah setelah dipanen masih mengalami proses fisiologis, sehingga terjadi
penguraian zat-zat kimia yang ada di dalamnya yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula, perubahan warna, tekstur dll. Berdasarkan karakteristik tersebut,
buah-buahan setelah dipanen perlu ditangani, bila tidak, maka akan terbuang begitu
saja. Oleh karena itu penanganan atau pengolahan buah sangat diperlukan.
Buah dapat diolah menjadi berbagai produk olahan. Jenis dan tingkat
kematangan buah yang dibutuhkan dalam pengolahan sangat tergantung dari jenis
produk yang diinginkan.
Pada pengolahan buah menjadi
selai/jam, proses pembentukan gel sangat ditentukan dari kombinasi gula, pektin
dan asam. Atas dasar itu pada pembuatan selai/jam dibutuhkan buah dengan
karakteristik tertentu. Buah untuk pembuatan selai/jam dan jelly dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 1.
Klasifikasi Buah untuk pembuatan Jam/Jelly
Buah-buahan mengandung pektin dan asam tinggi
|
Buah-buahan mengandung pektin tinggi dan asam rendah
|
Buah-buahan mengandung pektin rendah dan asam tinggi
|
Jambu biji
|
Pepaya masak
|
Anggur
|
Apel
|
Semangka
|
Nanas
|
Jeruk
|
Pisang
|
Mangga
|
Sumber: Rosalinda dkk. 1977 dalam Saripah Hudaya dkk
(19880)
Kandungan pektin, gula dan asam
pada setiap buah berbeda-beda. Bila dalam pembuatan jam menggunakan buah yang
kandungan pektin dan asamnya tinggi, maka dibutuhkan jumlah penambahan gula
yang lebih banyak. Selanjutnya, bila menggunakan buah yang kandungan pektinnya
tinggi dan asamnya rendah, maka dalam proses pengolahannya perlu ditambahkan
asam. Asam yang biasa digunakan adalah asam sitrat atau ekstrak lemon. Bila
menggunakan buah yang kandungan asamnya tinggi namun pektinnya rendah, maka
dalam proses pengolahannya dapat ditambahkan pektin buatan, baik dalam bentuk
tepung pektin atau pektin konsentrat. Semakin rendah penggunaan bahan bantu,
maka rasa yang muncul pada selai/jam semakin mendekati rasa buah aslinya.
Selain kandung pektin, gula dan asam, tidak kalah penting adalah aroma dan
warna buah. Buah dengan warna yang kuat dan aroma yang tajam akan
memberikan cita rasa yang segar dan penampakan yang baik pada selai/jam. Berkurangnya
aroma pada dan warna akibat pemansan pada saat pengolahan bisa diperbaiki
dengan menambahkan esense dan pewarna buatan.
Di dalam konsep pertumbuhan dan respirasi, telah dijelaskan
bahwa buah matang (ripe) mengandung pektin, gula dan asam
yang maksimal.
Buah yang matang secara fisik
ditandai dengan warna, citarasa dan kekerasannya sudah mencapai tingkat
maksimum. Buah-buahan matang akan lebih empuk bila dibanding dengan buah yang masih
pada fase tua. Keempukan setelah matang disebabkan oleh adanya perubahan
komposisi dinding sel, yaitu dari keras (firmness)
berubah menjadi lunak. Perubahan tingkat keempukan disebabkan karena pektin
yang tidak larut (protopektin) menurun jumlahnya berubah menjadi pektin yang
larut.
Telah dijelaskan pula bahwa banyak jenis buah-buahan dapat diolah menjadi
selai/jam. Untuk keperluan penguasaan kompetensi produksi selai/jam buah, maka
akan digunakan komoditas buah nanas sebagai bahan bakunya. Sebagai pertimbangan
adalah (1) buah nanas cukup banyak dibudidayakan di Indonesia, (2) buah nanas
memenuhi kriteria sebagai bahan baku pembuatan selai/jam, (3) memberikan nilai
tambah secara ekonomi, (4) masyarakat menyukai selai/jam nanas karena praktis
dan enak untuk dikonsumsi. Atas dasar itu, pembahasan bahan baku selanjutnya
akan kita fokuskan pada buah nanas.
Nanas (Ananas comosusL. Merr) merupakan tanaman buah yang banyak
dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Buah nanasmempunyai banyakmanfaat.
Berdasarkan bentuk daun dan buahnya dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu (1) Cayene
(daun halus, tidak berduri, buah besar), (2) Queen (daun pendekberduri tajam,
buah lonjong mirip kerucut), (3) Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri
halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) yang biasanya dikembangkan
dikepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. (4) Abacaxi (daun
panjang berduri kasar, buah silindris atau sepertipiramida).
Varietas yang dikembangkan di Indonesiaadalah nanas queen. Nanas jenis ini
banyak ditanam di daerah Bogor dan Palembang. Nanas queen memiliki rasa yang
lebih manis dan memiliki daun yang berduri.
Nanas cayeneditanam luas di dataran tinggi. Prihatman (2000) mengungkapkan bahwa ciri-ciri buah yang siap dipanen
adalah mahkota buah terbuka, tangkai buah mengkerut, mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya
bulat, bagian
dasar buah berwarna kuning, dan timbul aroma nanas yang harum dan khas. Menurut Barus
(2008) komposisi kimia tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 2)
Tabel 2. Komposisi buah nana segar dalam 100 gr
Daya simpan buah nanas segar antara 1–7 hari pada suhu 21.11oC.
Oleh karena itu, buah nanas mudah sekali busuk (Winarno dan Laksmi, 1974). Penanganan pascapanen nanas, meliputi pengumpulan
hasil panen, sortasi dengan memisahkan buah (kerusakan buah, kematangan buah, bentuk, dan ukuran),
penyimpanan dilakukan untuk mengumpulkan buah nanas
sebelum
diangkut untuk
dipasarkan. Buah nanas biasanya disimpan dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 5 oC
(Prihatman,
2000).
Pembuatan selai/jam merupakan salah satu cara pengawetan nanas setelah
dipanen.
Berdasarkan uraian di atas, maka
pemilihan buah nanas untuk produksi selai/jam mengikuti kriteria: (1) Matang,
ditandai dengan mahkota buah terbuka, tangkai buah mengkerut, mata buah lebih
mendatar, besar dan bentuknya bulat, bagian dasar buah berwarna kuning, dan
aroma nanas yang
harum dan khas. (2) Nanas dalam
keadaan segar, tidak layu dan tidak rusak. (3) Ukuran nanas relatif besar untuk
memudahkan dalam pengkulitan dan meningkatkan rendemen bubur buah. Jumlah nanas
yang dibutuhkan sangat tergantung dari jumlah produksi jam.
3. Persyaratan bahan bantu produksi selai/jam buah
Telah dijelaskan di atas, bahwa untuk mendapatkan gel yang baik dalam proses pembuatan selai/jam buah dibutuhkan
bahan bantu. Jenis dan jumlah bahan bantu sangat ditentukan oleh komponen utama
yang diperlukan dalam pembentukan gel
pada selai/jam. Mengacu pada tabel 1 klasifikasi buah untuk pembuatan
jam/jelly, buah nanas termasuk dalam kelompok buah yang kandungan asamnya
tinggi dan pektinnya rendah. Dari Tabel
2. Komposisi buah nanas segar dalam 100 grterlihat bahwa kandungan gula pada
nanas relatif rendah, yaitu 13%. Total padatan yang diperoleh dari pektin dan
gula dalam nanas kurang lebih 12,82 %. Sementara itu,
persyaratan total padatan untuk produk selai/jam adalah 62%. Untuk
mencapai total padatan selai/jam 62 % diperlukan penambahan bahan
bantu sebagai berikut.
a.
Gula
Gula yang ditambahankan dalam pembuatan selai/jam buah umumnya dalam bentuk
sukrosa dan glokosa. Gula yang sudah dimurnikan mengandung sukrosa 99,9%. Gula
mempunyai rasa manis, berwarna putih dan bersih. Sifat fisik dan kimia gula,
diantaranya mudah mengalami hidrolisa, memiliki kelarutan dalam air tinggi,
dalam kondisi jenuh mengkristal dengan pemanasan yang berlebihan dapat
menimbulkan karamelisasi. Dalam pembuatan
selai/jam buah, fungsi gula sebagai pembentuk gel, pemanis dan pengawet. Dalam
konsentrasi tinggi, gula dapat menurunkan water activity (Aw) dalam
bahan makanan sampai batas dimana mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Gula juga
menaikkan tekanan osmosa larutan sehingga terjadi plasmolisa sel mikroba.
Sukrosa dapat bersifat mengawetkan bahan pada konsentrasi 50-60 %,
sedangkan glukosa mampu menghambat pertumbuhan khamir pada konsentrasi 40%. Selain sebagai pengawet, penambahan gula
dilakukan untuk meningkatkan total padatan selai/jam buah yang dihasilkan dari
proses pengolahan. Jumlah gula yang ditambahkan tergantung dari kandungan
pektin dalam buah. Apabila digunakan buah yang kandungan pektin tinggi, maka
kebutuhan gulanya lebih rendah bila dibanding dengan penggunaan buah yang
kandungan pektinnya rendah. Umumnya untuk buah yang kandungan pektinnya tinggi
digunakan 1 bagian gula untuk satu bagian buah (dalam berat).
b.
Pektin
Pektin merupakan
karbohidrat kompleks alami yang ditemukan pada dinding sel semua tumbuhan
dengan jumlah bervariasi. Pektin ditemukan dalam dinding sel tumbuhan. Pektin berfungsi
mengatur aliran air antara sel dan memberikan kekakuan pada sel. Sifat pektin
mudah terhidrolisa menjadi komponen-komponen yang larut air. Kandungan pektin sangat berhubungan erat dengan
kekentalan selai/jam buah. Penambahan pektin dapat dilakukan dalam pure pectin atau apple concentrate. Masing-masing bentuk pektin tersebut memiliki cara
penghitungan jumlah kebutuhan yang berbeda.
c.
Asam
Telah dijelaskan bahwa pembentukan gel tergantung dari kombinasi penambahan
pektin, gula dan asam. PH masing-masing buah perlu diukur untuk menentukan pH dasar. PH kemudian bisa dikurangi
dengan menambahkan jus lemon. Efek pH terjadi pada formasi gel pada selai/jam yang dihasilkan. Larutan pektin paling stabil pada pH 3-4. (Voragen,
1995 dalam Jason A. Frey).
d.
Zat penambah aroma
Zat penambah aroma (flavoring agent)
kadang-kadang ditambahkan untuk mengembalikan atau memperkuat aroma. Selama
proses pemanasan, senyawa-senyawa volatile pada nanas menguap sehingga dapat
mengurangi citara rasa dan aroma buah asli yang terkandung dalam selai/jam
nanas. Zat penambah aroma yang digunakan biasanya berupa esense (zat yang
mengandung aroma buatan). Jumlah bahan yang ditambahkan tergantung pada kondisi
awal bahan/produk yang dihasilkan. Bahan baku nanas yang aromanya kurang kuat
maka penambahan esense akan lebih banyak bila dibanding dengan nanas yang
memiliki aroma lebih kuat.
e. Bahan Pengawet
Selai/jam buah yang diolah secara higienis biasanya bisa tahan disimpan
selama beberapa hari. Namun untuk tujuan komersial, biasanya membutuhkan waktu distribusi
dan pemasaran produk lebih panjang, Untuk itu, selai/jam buah perlu diberikan
perlakukan tambahan guna memperpanjang masa simpan bahan. Salah satu cara
pengawetan selai/jam buah yang sering dilakukan, yaitu dengan menambahkan bahan
pengawet kimia kedalam produk. Fungsi bahan pengawet adalah untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme yang
tidak dikehendaki dalam bahan pangan sehingga memiliki
masasimpan tertentu yang lebih panjang.Ada beberapa keuntungan
dalam penggunaan bahan pengawet,diantaranyaproduk menjadi lebih awet,
pengerjaannya lebih mudah dan praktis, dan lebih murah bila dibanding dengan
cara pengawetan yang lain, seperti pemanasan dan pendinginan.
Bahan pengawet yang paling umum digunakan untuk jam/selai ialah natrium
benzoat. Natrium benzoat memiliki bentuk
kristal putih, berasa manis dan
kadang-kadang sepet. Garam natrium
benzoat ini Iebih mudah
larut dalam air daripada
asam benzoat. Natrium benzoat efektif digunakan pada pH 2,5-4.0 (asam). Oleh
karena, itu, semakin tinggi tingkat
keasaman jam/selai, semakin sedikit natrium benzoat yang dibutuhkan.
Dalam pembuatan jam/selai, natrium
benzoat digunakan dengan dosis antara 0,05-0,1%. Penggunaan natrium benzoat pada kadar tersebut relatif tidak mempengaruhi rasa dan aroma
jam/selai. Penggunaan bahan pengawet kimia harus taat aturan, karena
bila berlebihan akan berpengaruh negatif terhadap tubuh.
f. Pewarna
Proses pemanasan terhadap buah selama pengolahan dapat menimbulkan
perubahan warna pada buah. Warna buah menjadi pudar dan bahkan kadang-kadang
bisa dapat berubah dari warna aslinya. Untuk mengembalikan warna buah seperti
aslinya biasanya ditambahkan pewarna buatan atau pewarna sintetis. Penambahan
pewarna sintetis dimaksudkan juga untuk
memperoleh warna standar, dan menambah daya tarik
konsumen. Pewarna sintetik yang banyak digunakan antara
lain adalah tartrazine, sunset yellow FCF, carmoisine indigotin, green S, dan
karamel.
Beberapa jenis pewarna sintetik yang
diizinkan untuk digunakan, dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 3. Jenis dan Aturan
Penggunaan Beberapa Pewarna Sintetis
Nama
BTM
|
Janis
Bahan
|
Dosis Maksimal
|
Indigotin
CI
|
Jam, jelly, dan
marmalade
|
70 mg/kg produksiap
konsumsi
|
Ponceau
4R
|
Jam, jelly, dan
marmalade
|
70 mg/kg produksiap
konsumsi
|
Sunset
yellow
FCF
|
Jam, jelly, dan
marmalade
|
300 mg/kg
produksiap konsumsi
|
Tartrazine
|
Jam, jelly, dan
marmalade
|
70 mg/kg produksiap
konsumsi
|
Sumber: Peraturan KBPOM No. 37 Tahun 2013dalamModul
Diklat Keahliah Ganda (Lily Mariana, 2017)
4. Faktor penentu mutu bahan baku dan bahan bantu
Kualitas didefinisikan sebagai tidak adanya cacat atau tingkat keunggulan
dan mencakup penampilan, warna, bentuk, luka, rasa, aroma, nilai gizi dan aman
bagi konsumen (Abbott, 1999). Karena adanya urgensi pasar yang lebih tinggi
seperti produk berkualitas tinggi, maka industri pengolahan buah (jus dan
selai/jam buah) mencari buah dengan kualitas internal dan eksternal yang lebih
baik, termasuk panjang dan lebar buah; berat buah; persentase pulp, biji dan
kulit per buah; jumlah biji per buah; ukuran biji dan diameter kupas; padatan
terlarut (ºBrix); keasaman (%); kandungan vitamin C (mg / 100g buah segar); pH
pulp dan kelarutan rasio keasaman. Kualitas buah (baik internal dan eksternal)
menuntut penanganan pasca panen, seperti: mencegah kerusakan mekanis, kehilangan
air dan berkembang biaknya penyakit, membatasi perubahan fisiologis yang tidak
diinginkan dan mencegah zat kimia dan kontaminasi mikroba (Cook, 1999). Paull
& Duarte (2011) menjelaskan bahwa kualitas buah berhubungan dengan beberapa
sifat yang ada di dalam buah (penampilan, warna, asam, gula, dll) karena sifat
tersebut berubah selama penanganan. Permintaan kualitas buah, secara fisik dan
kimia, oleh industri, tergantung pada jenis buah dan produk yang diproses oleh
masing-masing industri.
Dari uraian tersebut dapat diketahui
bahwa faktor penentu mutu buah sebagai bahan baku dalam pembuatan selai/jam,
meliputi: vitamin, kandungan mineral, dietari fiber, karbohidrat, protein,
antioxidan phytochemical (carotenoid, flavonoid, dan senyawa fenol lainnya).
Sedangkan faktor
ekternal terdiri atas: bentuk, ukuran, warna, bau, tingkat kematangan, tingkat
kesegaran, keutuhan, ada/tidaknya kerusakan dan luka pada buah. Untuk
mendapatkan kualitas bahan baku buah yang baik, industri perlu memilih dan
memilah buah sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan. Untuk buah nanas,
perlu dipilih buah yang matang optimal, aromanya kuat, warnanya kuning tajam,
tekstur keras, kondisi segar dan tidak rusak.
Faktor-faktor keamanan yang juga
mempengaruhi kualitas buah segar adalah residu dari pestisida, keberadaan logam
berat, mikotoxin yang diproduksi oleh berbagai spesies fungi dan kontaminasi
dari mikroba. (Winarno, 2004).
Pemilihan buah untuk produksi selai/jam biasanya diatur dalam SOP produksi,
sebagai langkah yang tidak boleh terlewatkan.
Kualitas bahan
bantu juga berpengaruh terhadap produk selai/jam. Bogasari (industri pengguna
gula pasir) menjelaskan pengalamannya dalam memilih gula pasir. Menurut Bogasari gula pasir dalam kondisi baik untuk industri makanan mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Gula pasir berwarna kekuningan/tidak putih.
Gula dengan ciri-ciri ini tidak terkandung bahan
pewarna dan rasanya lebih manis alami
b. Tekstur kasar
Gula pasir yang halus dan berwarna putih bersih
pada umumnya adalah gula rafinasi yang diperuntukan untuk membuat produk-produk
olahan, tidak dianjurkan untuk konsumsi harian.
c. Tidak berair/basah
Gula pasir curahyang berair/basah tidak bagus dan
mengalami penurunan kualitas.
d. Mudah larut
Gula pasir yang sulit larut dalam air, menandakan
bahwa kualitas gula sudah tidak baik. Gula gula yang baik adalah yang cepat
larut.
e. Tidak menggumpal
Gula yang baik adalah yang mengkristal. Gula yang
menggumpal berarti ada bagian yang mencair. Gula yang menggumpal kualitasnya
tidak baik.
Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan
kemampuannya membentuk gel (jendalan) pada saat direhidrasi. Pektin dapat
membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat
molekul, kadar metoksil, dan kadar poligalakturonat yang relatif tinggi.
Pektin yang mempunyai kandungan metoksil tinggi dapat membentuk gel dengan gula
dan asam. Sedangkan pektin yang memiliki kadar metoksil rendah, untuk membentuk
gel diperlukan keberadaan ion-ion polivalen. Semakin rendah kadar metoksil pada
pektin maka pektin akan sukar larut dalam air, demikian pula sebaliknya semakin tinggi kadar metoksil pada pektin,
pektin akan mudah larut dalam air (Perpustakaan Unika).
5. Jumlah kebutuhan bahan baku dan bahan bantu untuk
produksi
selai/jam
Penghitungan jumlah kebutuhan bahan baku berupa buah nanas dan bahan bantu
berupa gula dan pektin untuk produksi selai/jam buah dilakukan dengan menggunakan
formula sebagai berikut.
Buah
nanas
|
Gula
|
|
%
|
376
gram nanas kupas
|
376
g gula
|
DM
|
12,82
% =
12,82
% x 376 g = 48,2 g
|
98
% =
98
% x 376 = 367,5 g
|
DM
selai/jam
nanas yang dikehendaki 62 % maka
|
48,2
g + 367,5 g = 415,7 g
(100
: 62) x 415,7 = 670,5 g jam/selai nanas yang dihasilkan
|
|
Pektin yang diperlukan
|
•
Bila
menggunakan pure pectin = (415,7 : 150 ) = 2,77 g
•
Bila
menggunakan apple concentrate =
(376 : 1000) x 150 = 56,4 g
|
Sumber: Modul Diklat Keahliah Ganda (LilyMariana, 2017)
Keterangan:
DM : Dry Matter (Bahan kering)
Untuk pengaturan pH bubur buah dilakukan dengan penambahan jus lemon atau
asam sitrat. Jumlah kebutuhannya tergantung dari pH awal bahan.
B.
Keterampilan
yang diperlukan dalammemilihdanmenanganibahanuntukproses
produksiselaibuah
1.
Menentukan jenis bahan
baku dan bahan bantu sesuai dengan persyaratan produksi selai/jam buah.
2.
Menghitung kebutuhan bahan
baku dan bahan bantu sesuai dengan formula untuk satu periode proses.
3.
Melaksanakan penyiapan
bahan baku dan bahan bantu berdasarkan faktor penentu mutu untuk satu periode
proses pembuatan selai/jam.
4.
Melakukan pemilihan dan penanganan
bahan baku (buah) sesuai dengan SOP.
C.
Sikap
kerja yang diperlukan dalam memilihdanmenanganibahanuntukproses
produksiselaibua
Harus bersikap secara:
1.
Teliti dalam menentukan bahan baku dan bahan bantu;
2.
Hati-hati dalam menggunakan bahan pengawet kimia;
3.
Cermat dalam menghitung kebutuhan bahan baku dan bahan
bantu;
4.
Taat asas dalam menerapkan SOP produksi.
BAB III
MEMILIHDANMENYIAPKANPERALATANPRODUKSISELAI BUAH
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam memilihdanmenyiapkanperalatanproduksiselai buah
Dalam proses produksi selai/jam buah tidak diharuskan
menggunakan peralatan dengan teknologi tinggi. Alat-alat dapur yang ada di
rumah tangga pun bisa digunakan. Oleh karena itu produksi selai/jam buah dapat
dilakukan oleh industri rumah tangga.Industri skala sedangdanindustri skala besar
umumnya menggunakan peralatan khusus yang lebih praktis dan tidak memerlukan
banyak tenaga. Proses produksi selai/jam dalam kapasitas sedang-besar, peralatan
yang digunakan biasanya sudah menerapkan teknologi yang telah dirancang secara
khusus. Peralatan tersebut umumnya digerakkan menggunakan mesin dengan sumber
tenaga listrik. Untuk mengoperasikan peralatan jenis ini dibutuhkan pengetahuan
dan keterampilan tentang penggunaan dan perawatan peralatan. Hal ini penting
agar alat tidak mudah rusak.
1. Peralatanproduksiselai/jambuahsesuaidengankapasitasyangdiperlukan
Jenis peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi
selai/jamuntuk kapasitas kecil (rumah tangga) terdiri atas: panci, kompor, pengaduk, parutan, sendok,
pisau,talenan,toples
kecil/botol jam,
baskom. Sedangkan untuk produksi dalam kapasitas sedang – besar,industri
biasanya menggunakan peralatan dengan teknologi yang lebih tinggi, yaitu:blender, autoclave, timbangan,
refraktometer, termometer, pH meter, dan alat pengemas (pasta
botling machine). Alat-alat ini dibutuhkan diantaranya untuk menjaga
keajegan mutu produk yang dihasilkan.
2. Jenis, fungsi dan pengoperasian peralatan produksi
selai/jam buah
Setiap peralatan mempunyai fungsi yang berbeda, demikian
pula cara pengoperasiannya. Hampir semua alat memiliki banyak jenis dan bentuk,
ada yang bersifat manual dan ada yang sudah digital (otomatis).Untuk alat-alat
yang sehari-hari kita gunakan (alat dapur) seperti: kompor, sendok, panci,
pisau dan sejenisnya tidak lagi perlu dijelaskan secara detail. Sedangkan
alat-alat yang menerapkan teknologi tinggi akan dibahas lebih mendalam agar
tidak salah dalam penggunaannya dan untuk menjaga agar alat tersebut tidak
mudah rusak. Berikut ini jenis dan fungsi masing-masing alat untuk produksi
selai/jam buah.
a. Blender
Nama alat :Blender
(penghancur)
Fungsi alat:
untuk
menghancurkan buah sehingga diperoleh bubur buah.
Alat tradisional:
Parut
|
Prinsip kerja
blender:
Sebelum blender digunakan, terlebih dahulu bacalah
buku/brosur yang disertakan pada saat anda membeli blender untuk menghidari
kerusakan alat dan kecelakaan yang mungkin ditimbulkan. Pada umumnya prosedure
kerja blender adalah sebagai berikut:
1)
Pastikan bahwa saklah ON-OFF blender berada pada posisi
OFF.
2)
Persiapkan semua bahan yang hendak diblender.
3)
Gunakan mangkok yang sesuai keperluan pemblenderan.
Bangkok kecil untuk menghaluskan bahan keras dan kering, sedangkan bahan yang
lembut dan basah gunakan mangkok besar.
4)
Pasang mangkok adonan di atas dudukan mangkok dengan
tepat, lalu putar hingga mangkok tidak dapat ditarik ke atas meninggalkan
dudukan. Ada juga blender yang tidak perlu diputar, tetapi mangkok tetap
dipegang dengan tangan. Mangkok kecil terlebih dahulu diisi dengan bahan yang
akan diblender, lalu ditutup dengan dudukan pisau penghancur, kemudian
didudukkan di atas dudukan blender. Sementara untuk mangkok besar tidak
demikian. Mangkon adonan terlebih dahulu didudukkan di atas dudukan mangkok
lalu diisi bahan yang akan diblender.
5)
Setelah langkah kerja berlangsung baik dan aman, tekan
saklar ON-OFF untuk memindahkan saklar dari posisi OFF ke posisi ON. Saat itu
motor blender akan berputar dan memutar pisau blender yang berada di dalam
mongkok blender. Penghalusan atau penghancuran bahan mulai berlangsung.
Perhatian! Jangan mengangkat mangkok dari dudukan mangkok pada saat motor
blender sedang berputar. Berbahaya!
6)
Setelah tekstur bahan terasa halus (bunyi putaran motor
dan pisau terdengar halus), matikan motor (posisikan saklar ON-OFF pada posisi
OFF).
7)
Angkat mangkok dari dudukannya. Perhatian! Jangan terlalu
lama mengoperasikan motor melebihi satu jam tanpa istirahat untuk pendinginan.
Berbahaya! Dapat menghanguskan belitan motor blender.
8)
Pada saat selesai menggunakan blender, segera
dibersihkan. Cuci bersih dengan air, kecuali bodinya. Hanya bodi blender yang
tidak boleh dibersihkan atau dicuci dengan air cukup dilap dengan kain bersih,
karena di dalamnya ada motor dan rangkaian listrikannya. Mencuci dengan air
dapat menyebabkan motor dan rangkaian kelistrikan yang ada di dalamnya korsleting
atau hubung singkat dan terbakar.
9)
Simpan blender pada tempat yang aman, tidak lembab, tidak
terjemur matahari, tidak tertetesi air atau cairan tertentu atau tidak
dihujani, tidah mudah jatuh, tidak mudah dijangkau anak-anak yang belum
mengerti penggunaan blender.
b. Steam Jacketed Kettle
Nama alat:
Steam Jacketed
Kettle (pemasak)
Fungsi Alat:
Untuk memasak/mengentalkan bubur buah
Alat tradisional: Panci
|
Prinsip Kerja
Pan Evaporating (Steam Jacket Kettle):
Ketel uap atau panci penguapan adalah evaporator yang
bisa digunakan untuk penguapan air dalam jumlah besar dari cairan berair, misal
bubur buah. Panci ini dibuat dalam bentuk lapisan (kulit) yang biasanya terbuat dari baja tahan karat. Alat ini
terdiri dari bagian panci dalam atau 'ketel' dan panci bagian luar atau
'jaket'. Uap mengalir melalui ruang antara panci luar dan panci bagian dalam
pada tekanan yang agak tinggi. Uap panas menyebabkan panas melewati panci
bagian dalam, dengan konduksi, ke larutan yang akan diuapkan. Bersamaan dengan
suhu larutan naik, molekul pelarut (air) diuapkan. Panci dapat dipasang
permanen dan produk dikosongkan melalui stopkontak di bagian bawah wajan, atau
panci dapat dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dimiringkan agar produk
dapat dicurahkan.
Tembaga, memiliki konduktivitas termal yang baik dapat
digunakan untuk pembuatan panci evaporating atau ketel uap berjaket. Tinned
copper lebih disukai karena bahan asam cenderung bereaksi dengan tembaga.
Demikian pula zat besi dapat digunakan dalam pembuatan ketel luar yang melapisi
permukaan dalam dengan enamel atau logam pelindung. Baja tahan karat adalah
bahan pilihan untuk konstruksi evaporator yang digunakan di industri farmasi
karena fleksibilitasnya dengan berbagai larutan berair dan tidak berair.
Saluran masuk untuk uap dan saluran keluar atau ventilasi
untuk gas yang tidak dikondensasi disediakan di dekat bagian atas jaket. Uap
terkondensasi terakumulasi di bagian bawah jaket di mana tersedia saluran untuk
kondensat. Pelarut (air) yang diuapkan keluar dari bagian atas evaporator.
Dalam kasus larutan berair, bahan yang diuapkan hanyalah
uap yang mungkin diizinkan masuk ke ruangan. Untuk mencegah pembentukan kabut
uap kental, maka ventilasi yang baik penting untuk membantu menghilangkan uap.
Untuk pelarut organik, evaporator disegel dengan tutup yang menggabungkan
lubang ventilasi yang dilewati pelarutnya ke tempat yang aman. Lubang yang
terpasang disediakan di bagian bawah evaporator untuk pelepasan produk.
Sejumlah kecil bahan berair dapat diaduk secara manual
sedangkan volume besar atau larutan non-air memerlukan pemberian pengaduk
otomatis. Pada tahap awal, tingkat penguapannya cepat. Steam jacket kettle/pan
bagian pancinya dapat dibuat untuk sistembatchdari
volume kecil sampai besar, mudah dioperasikan, dirawat dan memiliki konstruksi
sederhana, beragam bahan konstruksi (misalnya Tembaga, aluminium, stainless
steel), dan dapat dilakukan pengadukan secara manual dan penghapusan produk
cepat dan mudah
c. Autoclave
Nama alat: Autoclave (pensteril)
Fungsi alat:
Untuk sterilisasi/pasteurisasi alat dan produk
Alat tradisional: Soblok
|
Autoclave adalah salah satu alat sterilisasi yang
dirancang untuk memberikan panas di bawah tekanan, dengan tujuan dekontaminasi
atau sterilisasi.Dekontaminasi adalah pengurangan pencemaran ke tingkat di mana
ia tidak lagi bahaya untuk orang atau lingkungan. Sementara sterilisasi adalah
penghancuran total mikroorganisme ini.Hal ini hanya akan terjadi jika material
dipanaskan sampai suhu tertentu untuk periode waktu tertentu pula. Parameternya
akan bervariasi tergantung pada sifat mikroorganisme dan karakteristik benda
yang akan disterilisasi itu sendiri.
Autoclave merupakan alat yang berfungsi untuk
mensterilkan bahan dengan media uap air yang bertekanan. Autoclave umumnya
digunakan untuk mensterilkan bahan atau peralatan pada suhu 134º – 160ºC atau
249º – 367ºf dengan waktu kurang lebih 0 – 15 menit, atau lebih sesuai dengan
bahan yang disterilkan.Metode sterilisasi uap bertekanan dinilai efektif karena
2 alasan yaitu:Pertama,uap pekat adalah sebuah penghantar energi thermal yang
sangat efektif.Kedua,uap adalah sterilan yang efektif karena lapisan luar
mikroorganisme bersifat protektif dan resistan dapat dilemahkan oleh
uap,sehingga terjadi koagulasi pada bagian mikroorganisme yang sensitif.
Dalam produksi selai/jam, autoclave digunakan untuk
mensterilkan botol dan produk. Botol jam setelah dicuci bersih, kemudian
distrerilkan pada suhu 121 ºC selama 30 menit. Sebelum disterilkan, cek
terlebih ketahanan botol terhadap suhu tinggi. Sterilisai produk selai/jam
dilakukan terutama untuk mematikan mikroba penyebab penyakit dan jenis khamir
yang menyebabkan bahan mengalami fermentasi. Selai/jam merupakantermasukproduk
makanan awetan yang berkadar gula tinggi sehingga tidak
tahan bila diberikan pemanasan dengan suhu tinggi. Sterilisasi produk selai/jam
biasanya dilakukan pada suhu 70-80 ºC selama 15 menit.
d. Refraktometer
Nama alat: Refraktometer (penguji mutu)
Fungsi alat:
Untuk mengukur kadar gula dan total padatan yang
sifatnya larut air.
Pada pembuatan selai/jam digunakan untuk memperkirakan kadar
gula dan total padatanselai/jam.
|
Prinsip Kerja
Refractometer
Refraktometer ABBE adalah pengukur indeks bias suatu zat
cair yang mempunyai indeks bias antara 1,3 sampai 1,7. Refractometer Abbe
pertama kali ditemukan oleh Ernst Abbe (1840-1905) yang bekerja untuk
perusahaan zeiss di Jena, Jerman pada akhir 1800. Refractometer Abbe merupakan alat
untuk determinasi secara cepat konsentrasi, kemurnian, kualitas-kualitas
dispersi dari sampel cair, padat dan pasta.Contohsampel uji makanan sari buah, syrup, larutan
gula, selai/jam, jelly dll.
Gambar. Prinsip kerja Refraktometer.
Pringsip
Kerja Refractometer ABBE
1)
Pringsip
kerja Refractometer adalah pembiasan, Dasar pembiasan adalah penyinaran yang
menembus dua macam media dengan kerapatan yang berbeda, karena perbedaan kerapatan tersebut
akan terjadi perubahan arah sinar.
2)
Pringsip
pengukuran dengan sinar yang ditransmisikan sinar kasa/sumber sinar prisma
sampel telescope
3)
Pringsip
Kerja refractometer terdapat 3 bagian yaitu: Sampel, Prisma dan Papan Skala. Refractive index
prisma jauh lebih besar dibandingkan dengan sample.
4)
Jika
sampel adalah larutan berkonsentrasi rendah, maka sudut refraksi akan lebar.
Sehingga di papan skala sinar “a” akan jatuh pada skala rendah.
5)
Jika
larutan sampel pekat, maka sudut refraksi akan kecil. Sehingga di papan skala
sinar “b” jatuh pada skala besar.
Pada pembuatan selai/jam, refraktometer digunakan untuk
mengukur kadar gula dan total padatan bahan atau produk.
e. Timbangan
Nama alat: Timbangan (kasar dan halus)
Fungsi alat:
Untuk mengukur berat bahan
|
Timbang dalam proses produksi dibedakan berdasarkan pada
jenis bahan yang ditimbang dan tingkat akurasi yang diperlukan. Untuk menimbang
bahan kimia seperti bahan pengawet makanan diperlukan tingkat akurasi yang
tinggi karena jumlah bahan yang ditimbang jumlahnya tidak banyak dan apabila
kelibihan dapat membahayakan kesehatan konsumen. Timbangan jenis ini dikenal
dengan timbangan halus, dengan faktor koreksi 0,00. Lain halnya dengan
timbangan yang digunakan untuk menimbangan bahan baku dan bahan bantu yang
jumlahnya banyak, seperti nanas dan gula, Untuk bahan baku ditimbang dengan
timbangan kasar yang tingkat akurasinya cukup 0,0. Penimbangan bahan bahan baku
tidak diperlukan presisi yang tepat seperti penimbangan terhadap bahan kimia.
Apabila terjadi kelebihan atau kekurangan dalam batas toleransi terhadap mutu
produk tidak menjadikan masalah terhadap kesehatan konsumen.
f.
Thermometer
Nama alat: Termometer
Fungsi alat:
Untuk mengukur suhu bahan
|
g. pH meter
Nama alat: pH meter
Fungsi alat:
Untuk mengukur tingkat keasaman bahan
Alternatif cara lain: menggunakan kertas pH.
|
Prinsip kerja pH meter
Prinsip kerja pH meter didasarkan pada
potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat di dalam
elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat di luar
elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal
ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion
hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif.
Elektroda
gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau di
istilahkan dengan potential of hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik
dibutuhkan suatu elektroda pembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak
mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan.
Skema
elektroda pH meter akan mengukur potensial listrik
antara Merkuri Klorid (HgCl) pada elektroda pembanding dan potassium chloride
(KCl) yang merupakan larutan didalam gelas elektroda serta petensial antara
larutan dan elektroda perak. Tetapi potensial antarasampel yang tidak diketahui
dengan elektroda gelas dapat berubah tergantung sampelnya. Oleh karena itu,
perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan yang equivalent yang
lainnya untuk menetapkan nilai pH.
Elektroda
pembanding calomel terdiri dari tabung gelas yang berisi potassium kloride
(KCl) yang merupakan elektrolit yang berinteraksi dengan HgCl diujung larutan
KCl. Tabung gelas ini mudah pecah sehingga untuk menghubung-kannya digunakan keramik berpori atau
bahan sejenisnya.
Elektroda
semacam ini tidak mudah terkontaminasi oleh logam dan unsur natrium.Elektroda
gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh dan tersambung dengan gelembung
kacayang tipis. Di dalamnnya terdapat larutan KCl yang buffer pH 7. Elektroda perak yang ujungnya
merupakan perak kloride (AgCl2) dihubungkan ke dalam larutan tersebut.
Untuk
meminimalisir pengaruh elektrik yang tidak diinginkan, alat tersebut dilindungi
oleh suatu lapisan kertas pelindung yang biasanya terdapat di bagian dalam
elektroda gelas. Pada kebanyakan pH meter modern sudah dilengkapi dengan
thermistor temperature, yakni suatu alat untuk mengkoreksi pengaruh
temperature. Antara elektroda pembanding dengan elektroda gelas sudah
disusun dalam satu kesatuan.
h. Pisau pengupas nanas
Bila dibanding dengan buah apel, mangga, jeruk dan yang sejenisnya,
nanas termasuk buah yang mempunyai kulit keras dan bermata sehingga sedikit
agak sulit dalam pengkulitannya.
Dengan berkembangnya teknologi, telah muncul berbagai
jenis pisau yang dirancang secara khusus untuk mengupas/menguliti nanas. Ada
jenis pisau khusus untuk membuang kulit, mata dan hati (bagian tengah nanas).
i.
Paste
bottling Machine/Paste Filling Machine
Paste Bottling Machine/Paste Filling Machine memiliki
beberapa tipe, yaitu manual, semi manual dan otomatis. Prinsip kerja alat ini,
yaitu: bahan pasta selai/jam dimasukkan ke dalam corong stainlessteel. Botol ditempatkan tepat dibawah corong, kemudian selai/jam
dikeluarkan dengan cara mengatur lubang pengeluaran tersebut dan masuk ke dalam
botol. Botol yang telah terisi, selanjutnya dilakukan exhausting untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam botol.
Setelah itu botol ditutup rapat dan dipasterurisasi atau sterilisasi. Proses
exhausting dapat dilakukan menggunakan panci.
j.
Botol
jam
Botol jar (botol bermulut lebar)bisadikategorikan alat,
namun juga bisa dikategorikanbahan, yaitu sebagai bahan pengemas. Botol jar digunakan
untuk menempatkan/mewadahi produk yang telah jadi. Menurut Muchtadi (1995) dalam
Rima Aprilila Wijaya (Skripsi, 2010) menjelaskan bahwa wadah gelas untuk bahan
pangan dapat dibedakan ke dalam 2bentuk, yaitu gelas bermulut lebar (wide mouth) dan gelas bermulutsempit (narrow neck). Wadah gelas bermulut lebar
kebanyakan digunakanuntuk produk makanan bayi, susu bubuk, buah-buahan,
mentega, kacang,kopi, teh, jam, jelly, acar, manisan, mayonis, sedangkan wadah
gelasberleher sempit kebanyakan digunakan untuk produk-produk cair seperti
kecap, sari buah, sirup, bumbu cair, saus dan cuka.
3. Persayaratan kebersihan dan status peralatan
Dalam industri makanan dan minuman, kebersihan peralatan,
lingkungan, tempat dan pekerja sudah menjadi persyaratan mutlak, karena bila kondisinya
kotor dapat menjadi sumber kontaminan makanan yang diproduksi.
Pentingnya kebersihan peralatan produksijuga dijelaskan dalam
higiene dan sanitasi (modul terpisah). Peralatan perlu dijaga kebersihannya
setiap saat dipergunakan.Peralatan produksi seperti alat pengupas, penghancur,
pemasak dan pengemas, serta alat-alat kecil lain seperti sendok, lap/serbet,
talenandll dilakukan sanitasi dengan cara menyesuaikan sifat dari masing-masing
alat. Peralatan yangterbuat dari kaca tentu saja akan berbeda cara
membersihkannya dengan alat dari logam atau bahan lain. Membersihkan alat yang
bermesin dengan alat yang manual juga berbeda. Peralatan yang digunakan
sebaiknya dalam kondisi utuh,baik, kuat dan aman. Peralatan yang sudah tidak
layak pakai seperti retak, komponen alat tidak lengkap sebaiknya tidak
digunakan lagi, karena selain dapat menimbulkan kecelakaan juga sulit dibersihkan
sehingga bisa menjadi sumber kontaminasi.
Kotoran pada
alat tidak hanya diklasifikasikan dalam salah satu kelompok, namun ada
di dua atau tiga kelompok sekaligus. Karena itu perlu untuk memilih metode dan
bahan pembersihan yang tepat. Karakteristik
kelarutan berbagai kotoran dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel
1. Karakteristik Kelarutan Berbagai Jenis
Kotoran*
Jenis kotoran
|
Kelarutan
|
Kemudahan dihilangkan
|
Perubahan karena panas
|
Garam-garam monovalent
|
Larut air dan asam
|
Mudah hingga sulit
|
Berinteraksi dengan bahan lain sehingga
sulit dihilangkan
|
Gula
|
Larut air
|
Mudah
|
Karamelisasi dan sulit dihilangkan
|
Lemak
|
Tidak larut air, larut dalam alkali
|
Sulit
|
Polimerisasi dan sulit dihilangkan
|
Protein
|
Larut air dan alkali, sedikit larut dalam
asam
|
Sangat sulit
|
Denaturasi dan sangat sulit dihilngkan
|
* Sumber: Marriott,1985: 68dalam Satrio Widodo 2004
Menurut Depkes RI, persyaratan peralatan makanan
adalah sebagai berikut
a.
Peralatan
yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat beracun yang
melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan.
b.
Peralatan
tidak rusak, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap makanan.
c.
Permukaan
yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati, rata halus dan
mudah dibersihkan.
d.
Peralatan
harus dalam
keadaan bersih sebelum digunakan.
e.
Peralatan
yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung
angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung E.coli.
f.
Cara
pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan: (1)Pencucian peralatan harus
menggunakan sabun atau deterjen air dingin, air panas, sampai bersih, (2)Dibebas hamakan sedikitnya dengan
larutan kaporit 50 ppm, air panas 80o C selama 2 menit.
g.
Peralatan
yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai kering
sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan dan tidak boleh dilap dengan
kain.
h.
Semua
peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan kering dan
bersih, ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber
pengotoran / kontaminasi dan binatang perusak.
Menghilangkan kotoran dari permukaan alat.dipengaruhi oleh berbagai
karakteristik permukaan, antara lain kehalusan, porositas, kekerasan, dan
kemudahan untuk dibasahi (wettability).
Proses penghilangan kotoran dari permukaan alat umumnya terdiri dari tiga
sub-proses berikut.Perlu diperhatikan bahwa kotoran dan permukaan alat yang
akan dibersihkan sebaiknya dalam keadaan basah untuk memudahkan bahan pembersih
bekerja dengan baik. Fungsi
bahan pembersih adalah mengurangi energi ikatan antara kotoran dengan permukaan
alat/ruang, sehingga ikatannya menjadi lemah mudah dilepas. Efektivitas
pengurangan enegi dan kekuatan ikatan dapat ditingkatkan dengan peningkatan
suhu, pengerokan, pengadukan, dan penyemprotan.
Karakteristik
permukaan perlu pula diperhatikan ketika memilih metode pembersihan dan bahan
pembersih. Hubungan antara karakteristik permukaan alat dengan penghilangan kotoran
dapat dilihat dalam tabel 2.
Informasi dalam tabel ini menyarankan agar dalam penghilangan kotoran, kita
harus memperhatikan permukaan peralatan terbuat dari bahan apa.
Tabel 2. Karkateristik
Berbagai Permukaan Alat dalam Pabrik Pengolahan Makanan*
Bahan
|
Karakteristik
|
Saran/hal yang perlu diperhatikan
|
Kayu
|
Dapat ditembus air, lemak, dan minyak;
sulit dirawat, lunak oleh alkali, rusak oleh soda (NaOH)
|
Sebaiknya tidak digunakan karena kurang
saniter. Untuk alasan sanitasi, stainless steel, polyethylene,
dan karet sebaiknya diunakan untuk menggantikan kayu.
|
Besi
|
Dapat berkarat oleh deterjen berasam dan
berkhlorin
|
Karena mudah berkarat, biasanya logam ini
dilapisi dengan timah atau digalvanis. Untuk membersih-kannya, sebaiknya
digunakan deterjen netral
|
Timah
|
Dapat korosi oleh pembersih alkali dan asam
|
Sebaiknya tidak kontak dengan makanan
|
Beton
|
Dapat tergerus oleh makanan dan pembersih
asam
|
Beton yang baik adalah yang padat, tahan
asam, dan tidak berdebu.
|
Gelas
|
Halus dan tidak tembus; dapat tergerus oleh
pembersih beralkali kuat
|
Sebaiknya dibersihkan dengan deterjen
berakali sedang atau netral
|
Cat
|
Kualitas permukaan bergantung kepada metode
penggunaan; tergerus oleh pembersih berakali kuat
|
Beberapa jenis cat aman dan baik untuk
industri pangan
|
Karet
|
Sebaiknya
tidak porus dan berongga-rongga (sponge); tidak terpengaruh
oleh deterjen beralkali; dapat rusak oleh pelarut organik dan asam kuat.
|
Potongan karet dapat digunakan untuk
pelapis, permukaannya dapat menumpulkan pisau
|
Stainless
steel
|
Umumnya tahan terhadap korosi; permukaan
halus dan tidak tembus (kecuali karena korosi); tahan terhadap oksidasi pada
suhutinggi; mudah dibersihkan; tidak magnetis.
|
Bahan ini mahal dan mungkin kurang
digunakan pada masa mendatang. Beberapa jenis darinya mudah rusak oleh
halogen (khlorida, iodida, bromida, dan fluorida)
|
* Sumber: Marriott,1985: 71 dalam Satrio Widodo
2004
Menurut
Depkes RI (2004), peralatan makan dan ruangan (berhubungan dengan pangan/makanan) yang kita gunakan harus bersih, agar
kita terhindar dari kemungkinan penularan penyakit. Oleh karena itu perlu
dilakukan uji sanitasi alat makan. Cara sederhana untuk memastikan alat makan
kita bersih atau tidak, bisa dilakukan dengan uji kebersihan alat, salah
satunya dengan menguji kebersihan secara bakteriologis dilakukan dengan cara:
1)
Pengambilan
usapan kapas steril (swab) pada peralatan yang disimpan. Nilai kebersihan
dihitung dengan angka sebagai berikut: (1)Angka kuman sebanyak-banyaknya 100/cm dari permukaan
alat yang diperiksa, (2)Angka
kuman E.coli harus 0/cm2.
2)
Pengambilan
usapan kapas steril pada peralatan dilakukan segera setelah pencucian. Hal ini
untuk menguji proses pencucian karena semakin lama akan semakin banyak terjadi
pencemaran bakteri yang berasal dari udara dan akan memberikan penyimpangan
lebih tinggi dari keadaan yang sebenarnya.
Cara
yang dapat dilakukan untuk menguji kebersihan alat lainnya adalah secara fisik.
Menurut Depkes RI adalah sebagai berikut.
1)
Menaburkan
tepung pada piring yang sudah dicuci dalam keadaan kering. Bila tepungnya
lengket, pertanda pencucian belum bersih.
2)
Menaburkan
garam pada piring yang kering, pertanda pencucian belum bersih.
3)
Penetesan
air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring ternyata menumpuk/atau
tidak pecah pertanda pencucian belum bersih.
4)
Penetesan
dengan alkohol, jika terjadi endapan pertanda pencucian belum bersih.
5)
Penciuman
aroma, bila tercium bau “amis” pertanda pencucian belum bersih.
6)
Penyiraman.
Bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang berarti pencucian belum
bersih.
Status peralatan harus selalu dalam kondisi baik dan siap
pakai. Untuk itu jenis peralatan terutama yang menggunakan tenaga mesin/motor
perlu dilakukan pengecekan dan perawatan secara periodik. Pengecekan pre start
perlu dilakukan apakah alat tersebut dalam kondisi baik atau rusak.
4.
Perawatan/pemeliharaan tempat kerja
Yang dimaksud tempat kerja untuk produksi selai/jam nanas dalam konteks ini
adalah ruang pengolahan. Beberapa persyaratan mengenai disain layout dan infrastruktur bangunan
industri pangan berdasarkan beberapa Sistem Manajemen Keamanan Pangan seperti
BRC,SQF, IFS, ISO 22000 (dengan PRP berdasarkan ISO/TS 22002-1, PAS223) dan
juga best practice beberapa
multinasional food company. (https://andyafood.wordpress.com/2012/12/24/
persyaratan-bangunan-industri-pengolahan-pangan), yaitu:
a.
Lantai, saluran air, dan perangkap limbah
Lantai harus dibuat halus, padat, dapat dikeringkan,
tahan terhadap cairan dan mudah dibersihkan. Lantai harus mempunyai kemiringan
yang sesuai ke saluran pembuangan untuk memungkinkan pergerakan yang efektif
dari aliran air atau limbah air dalam kondisi kerja normal. Saluran air harus
dibuat dan ditempatkan sedemikian agar dapat dibersihkan dengan mudah dan tidak
menimbulkan bahaya. Sistem perangkap limbah harus terletak jauh dari area
penanganan makanan atau pintu masuk ke lokasi pengolahan.
b.
Dinding, Partisi, Pintu, dan Langit-langit
Konstruksi dinding, partisi, langit-langit dan pintu
harus tahan lama. Permukaan dalam harus halus dan tahan terhadap cahaya dan
harus dijaga tetap bersih. Pertemuan dinding dengan dinding dan dinding dengan
lantai harus dirancang agar mudah dibersihkan dan tertutup untuk mencegah
terjadinya akumulasi dari sisa-sisa produk makanan.
Konstruksi pintu, jendela dan kusen (frame) harus terbuat dari bahan yang memenuhi persyaratan
fungsional yang sama untuk dinding internal dan partisi. Konstruksi pintu harus
padat. Jendela harus terbuat dari kaca tahan pecah atau materi yang serupa.
Makanan harus diproses dan ditangani di area yang dilengkapi dengan
langit-langit atau struktur lainnya yang dibangun dan dijaga untuk mencegah
kontaminasi produk.
Konstruksi langit-langit harus dapat dipantau terkait
aktivitas hama, memudahkan pembersihan dan menyediakan akses ke utilitas.
c.
Tangga, Titian dan Platform
Tangga, titian dan platform di area pengolahan dan
penanganan makanan harus dirancang dan dibangun agar tidak menimbulkan risiko
kontaminasi ke produk dan harus dalam keadaan selalu bersih.
d.
Pencahayaan dan Perlengkapannya
Pencahayaan di area pengolahan dan penanganan makanan dan
di tempat inspeksi harus sesuai intensitasnya agar memungkinkan staf untuk melaksanakan
tugas-tugas mereka secara efisien dan efektif. Perlengkapan pencahayaan di area
pengolahan, tempat inspeksi, gudang bahan baku dan kemasan, dan semua area
dimana produk ter-expose langsung harus tahan pecah, dibuat dengan penutup
tahan pecah atau dilengkapi dengan penutup (pelindung) yang tersembunyi ke
dalam bagian langit-langit atau dipasang sejajar dengan langit-langit.
Jika perlengkapan tidak dapat tersembunyi, struktur harus dilindungi dari
kerusakan yang disengaja, dan terbuat dari bahan-bahan yang mudah dibersihkan
dan dimasukkan dalam program pembersihan dan sanitasi. Perlengkapan pencahayaan
di gudang dan area lain dimana produk sudah dikemas harus dirancang agar
mencegah kerusakan dan kontaminasi produk.
e.
Area inspeksi
Area inspeksi harus disediakan dengan fasilitas yang
sesuai untuk pemeriksaan produk. Area inspeksi harus memiliki akses yang mudah
ke fasilitas cuci tangan dan intensitas pencahayaan cukup untuk dapat melakukan
pemeriksaan menyeluruh terhadap produk sebagaimana yang diperlukan.
f.
Pencegahan debu, lalat dan hama
Semua jendela luar, celah ventilasi, pintu dan bukaan
lainnya harus secara efektif tertutup ketika ditutup dan kedap terhadap debu,
hama dan lalat. Pintu akses personil harus disediakan. Pintu tersebut harus
efektif mencegah lalat dan dilengkapi dengan perangkat menutup dengan
sendirinya (self-closing). Pintu luar, termasuk overhead door di area penanganan makanan, yang digunakan untuk produk, pejalan
kaki atau akses truk harus kedap lalat dengan menggunakan setidaknya satu atau kombinasi dari metode berikut:
1) Perangkat self-closing
2) Air curtain
3) Screen kedap
lalat
4) Ruang tambahan kedap lalat
5) Penutup tambahan di sekitar area dock
Perangkat listrik untuk
pengendalian serangga, feromon atau perangkap lain dan umpan harus ditempatkan
agar tidak menimbulkan risiko kontaminasi untuk produk, kemasan, wadah atau
peralatan pengolahan. Umpan tidak boleh digunakan di dalam area penyimpanan
bahan atau makanan dan area pengolahan.
g. Ventilasi
Ventilasi yang memadai harus disediakan di area
pengolahan dan penanganan yang tertutup. Kipas extractor dan kanopi harus disediakan di area dimana kegiatan
memasak dilakukan, menghasilkan jumlah besar uap dan harus memiliki beberapa
fitur berikut:Kipas dan ventilasi keluaran harus kedap lalat dan ditempatkan
agar tidak menimbulkan risiko kontaminasi dan sistem
tekanan udara positif harus diinstal untuk mencegah kontaminasi udara.https://andyafood.wordpress.
com/2012/12/24/persyaratan-bangunan-industri-pengolahan-pangan/
Untuk perawatan dan pemeliharaan tempat kerja (ruang
pengolahan) perlu memperhatikan faktor-faktor yang berpotensi sebagai sumber
kontaminan terhadap makanan yang diolah, dan mengusahakan agar tempat kerja
tetap memenuhi persyaratan pemeliharaan tempat kerja. Persyaratan dalam
pemeliharaan tempat kerja (ruang pengolahan) sebagai berikut:
1)
Di dalam ruang pengolahan tidak terdapat tempat yang menggenang
2)
Terdapat tempat sampah tertutup dan dikeluarkan tiap hari
3)
Saluran pembuangan tertutup kawat sehingga serangga &
pengerat tidak dapat masuk
4)
Dalam ruang pengolahan tidak ada serangga
5)
Tidak ada kontaminasi dan hewan lain
6)
Ruangan bebas dari asap/uap/aroma yang tidak dikehendaki
7)
Selama proses pembersihan dan disinfeksi tidak terjadi
kontaminasi makanan
8)
Deterjen/sanitizer yang digunakan untuk sanitasi ruangan sesuai
9)
Lingkungan dalam kondisi bersih
10)
Tersedia ruang ganti pakaian
11)
Tersedia toilet bersih
12)
Dilakukan pembersihan lantai
13)
Dilakukan pembersihan saluran pembuangan
14)
Dilakukan pembersihan dinding dan langit-langit
15)
Tidak ada kontaminasi produk dari hasil samping dan hasil
samping dibuang tiap hari
16)
Dilakukan program secara efektif dan kontinyu untuk
membasmi hama sehingga tidak mengkontaminasi
17)
Ruang dinding memnpunyai sudut lengkung sehingga tidak
mengkontaminasi produk
18)
Dinding ruangan terbuat dari bahan mudah dibersihkan
(Porselin)
19)
Lantai dari ubin tertutup rapat tidak bercelah
20)
Tersedia jadwal sanitasi tertulis
21)
Tersedia peralatan dan bahan sanitasi
22) Tersedia
rak khusus untuk bahan dan alat penyanitasi
(Satrio Widodo, 2014)
B. Keterampilan yang diperlukan dalammemilihdanmenyiapkanperalatanproduksiselai buah
1
Mengidentifikasi jenis, fungsi dan komponen peralatan
yang dibutuhkan dalam pembuatan selai/jam sesuai kapasitas produksi
2
Mengecek kebersihan, kesiapan dan kinerja alat sehingga
siap digunakan
3
Melakukan pre startBlender
sesuai dengan manual (untuk yang ada manualnya).
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam memilihdanmenyiapkanperalatanproduksiselai buah
Harus bersikap secara:
1.
Teliti dalam menentukan peralatan yang akan digunakan
dalam proses produksi selai/jam buah;
2.
Hati-hati dalam menggunakan peralatan;
3.
Cermat dalam mengoperasikan peralatan;
4.
Taat asas dalam menerapkan manual alat.
BAB IV
MENGENDALIKANPROSESDANMENILAIMUTUHASIL
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam mengendalikanprosesdanmenilaimutuhasil
Kualitas didefinisikan sebagai tidak adanya cacat atau tingkat keunggulan
dan mencakup penampilan, warna, bentuk, luka, rasa, rasa, aroma, nilai gizi dan
aman bagi konsumen (Abbott, 1999).Sedangkan mutu adalah gabungan dari sejumlah
atribut yang dimiliki oleh bahan atau produk pangan yang dapat dinilai secara
organoleptik. Atribut tersebut meliputi parameter kenampakan,warna, tekstur,
rasa dan bau (Kramer dan Twigg, 1983. Faktor yang mempengaruhi mutu, yaitufaktor
internal adalah faktor yang berasal dari bahan pangan itu sendiri danfaktor
eksternal berasal dari lingkungannya.
Pengendalian proses adalah disiplin rekayasa yang melibatkan mekanisme dan algoritme untuk mengendalikan
keluaran dari suatu proses dengan hasil
yang diinginkan. Pengendalian proses banyak sekali digunakan pada industri dan
menjaga konsistensi produk produksi massal. Pengendalian proses mengutamakan otomasi sehingga hanya
diperlukan sedikit personel untuk mengoperasikan proses yang kompleks. (https://id.wikipedia.org)/
Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan
pangan, kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan
dan minuman (UU RI No. 7 Tahun 1996) https://www.slideshare.net/AgnesciaSera/penilaian-mutu-makanan.
Mutu suatu pangan dapat ditetapkan menggunakan standar pertanian, standar
perdagangan, standar nasional indonesia. Berdasarkan pengertian tersebut, maka penilaian
mutu hasil adalah menilai hasil (produk) secara subyektif (organoleptis/inderawi/sensoris)
dan secara obyektif (pengujian fisik, kimiawi dan mikrobiologi) untuk
mengetahui grade (kelas) mutu suatu produk.
1. Prinsip Pengendalian ProsesProduksi Selai/jam Nanas
Guna mendapatkan keluaran proses dalam bentuk selai/jam
buah, maka pengendalian proses dilakukan mulai dari pengendalian bahan baku,
bahan bantu, selama proses dan produk, serta pengemasan.
a. Pengendalian
Bahan
Bahan baku, bahan
tambahan dan bahan penolong yang digunakan untuk memproduksi makanan tidak
boleh merugikan atau membahayakan kesehatan dan harus memenuhi standar mutu
atau pesyaratan yang ditetapkan. Persyaratan bahan yang digunakan dalam proses
produksi makanan adalah sebagai berikut:
1)
Bahan Mentah atau bahan baku dan
Bahan Tambahan Makanan
a)
Bahan mentah dan bahan tambahan yang dibeli dari pasar atau yang diterima dari pemasok ada kemungkinan mengandung
bahan-bahan berbahaya seperti bakteri, pestisida dan bahan-bahan beracun
lainnya yang tidak dapat dihilangkan dengan proses pengolahan. Oleh karena itu, bahan yang sudah terdeteksi mengandung
bahan berbahaya harus ditolak.
b)
Bahan mentah dan bahan tambahan harus
diperiksa dan dipilih terlebih dahulu sebelum diolah. Pemeriksaan dilakukan
secara organoleptik dan fisik, jika memungkinkan secara kimia, mikrobiologi dan
atau biologi.
c) Stok
bahan mentah dan bahan tambahan harus diatur sedemikian rupa sehingga yang
masuk ke gudang terlebih dahulu juga harus diolah terlebih dahulu atau dengan sistem FIFO
(First in-First out).
Pengendalian bahan baku nanas pada pembuatan selai/jam
dilakukan melalui penilaian terhadap kondisi buah nanas yang akan diolah. Buah
nanas yang ada dinilai/dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan.
Apabila buah mengalami penyimpangan maka sebaiknya dipisahkan dan tidak ikut
diolah.
Bahan
mentah/bahan baku
|
Kriteria
buah segar (faktor internal dan eksternal)
|
Pengendalian
|
Buah Nanas
|
Internal:
|
Pengukuran
secara obyektif berdasarkan hal-hal fisik dan kimiawi menggunakan instrumen
terkalibrasi untuk menjamin keakuratan dan kecermatan pengujian.
|
· Kandungan
gula
|
Sesuai
hasil pengujian
|
|
· Kandungan
pektin
|
Sesuai
hasil pengujian
|
|
· Kandungan
asam
|
Sesuai
hasil pengujian
|
|
· Komponen
lain: vitamin, mineral dll
|
Sesuai
hasil pengujian
|
|
Eksternal
|
Pengecekan
dilakukan secara organoleptik / sensorik / inderawi
|
|
· Bentuk
|
Normal
|
|
· Ukuran
|
Normal
|
|
· Warna
|
Spesifik
nanas
|
|
· Tingkat
kematangan
|
Matang
optimal
|
|
· Tingkat
kesegaran
|
Segar
|
|
· Keutuhan
|
Utuh
|
|
· Ada/tidaknya
kerusakan
|
Tidak
rusak
|
|
· Luka
pada buah
|
Tidak
luka
|
|
· Bau
|
Spesifik
nanas segar
|
Pengendalian
bahan bantu dalam pembuatan selai/jam, terutama dilakukan terhadap air, gula,
pektin, dan keasaman atau pH.
Bahan bantu
yang digunakan harus memenuhi kriteria atau persyaratan produksi yang telah
ditentukan. Bila terjadi penyimpangan dari kriteria maka bahan bantu tersebut
sebaiknya tidak digunakan
Bahan Bantu
|
Kriteria bahan
bantu
|
Pengendalian
|
Gula pasir
|
Berwarna putih bersih
|
Dikendalikan
secara organoleptik / sensorik / inderawi
|
Halus
|
||
Tidak berair/basah
|
||
Mudah larut
|
||
Tidak menggumpal
|
||
Pektin
|
Kemampuannya
membentuk gel (jendalan) pada saat direhidrasi
|
Untuk melihat
kemampuan pektin dalam membentuk jendalam dapat dilakukan dengan uji alkohol.
Bila kemampuan jendalnya rendah sebaiknya pektin tersebut tidak digunakan.
|
Keasaman
|
pH 3-4
|
Pengecekan keasman
dilakukan dengan kertas pH atau pH meter.
Apabila pH nya
tinggi maka cara pengendaliannya dengan menambahkan
jus lemon atau
asam sitrat sesuai kebutuhan (hingga pH yang ditentukan.
|
Air merupakan
bagian dari makanan (ingredient)
|
Memenuhi persyaratan air minum atau
air bersih
|
Menggunakan Water
test kid
|
d) Bahan
tambahan yang digunakan harus yang diijinkan penggunaannya sesuai dengan
peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan
Makanan.
Dalam pembuatan selai/jam buah, bahan tambahan yang
digunakan biasanya pewarna, esense dan bahan pengawet Natrium Benzoat.
Pengendalian dilakukan terhadap jumlah pemakaian, sebagai
bahan tambahan makanan (food grade)
dan tanggal kadaluarsa bahan tambahan. Apabila tidak memenuhi ketentuan
tersebut sebaiknya tidak digunakan.
2) Bahan Kemasan
Bahan
kemasan yang digunakan dalam pengemasan:
a)
Tidak boleh beracun atau menimbulkan
penyimpangan pada produk selama penyimpanan pada kondisi normal, sehingga tidak
menimbulkan bahaya bagi konsumen.
b)
Dapat melindungi produk terhadap
pengaruh luar.
c) Tahan terhadap
perlakuan selama pengolahan, pengangkutan dan peredaran.
Proses pengemasan selai/jam
Pengemasan jam/selai bila dilakukan dengan hot fillingmaka selai/jam harus benar-benar dalam kondisi panas,
yaitu: begitu selesai pemasakan, selai/jam langsung dimasukkan ke dalam botolsteril dan langsung ditutup rapat) suhu
pengemasan harus terkendali.
Bila pengemasan
dengan cara cold filling, pengemasan dilakukan setelah jam benar-benar
dingin (suhu berkisar 40°C)
dimasukkan ke dalam botol steril dan langsung ditutup. Suhu pengemasan
harus terkendali.
3)
Wadah
Wadah yang digunakan harus :
a) Dibersihkan
dan disanitasi sebelum digunakan.
b)
Bersifat steril bagi jenis produk
yang tidak mengalami pengolahan lebih lanjut.
4)
Air
Persyaratan air yang digunakan dalam
proses produksi makanan adalah:
a) Air yang
digunakan dalam proses pengolahan dan mengalami kontak langsung dengan makanan
seharusnya memenuhi persyaratan air bersih sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air.
b) Air yang
merupakan bagian dari makanan (ingredient)
harus memenuhi persyaratan air minum atau air bersih sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
c) Air yang
tidak dikonsumsi dan tidak mengalami kontak langsung dengan makanan misalnya
air untuk boiler, harus mempunyai sistem
yang terpisah (dan diberi tanda) dengan air untuk dikonsumsi atau air minum.
d) Air yang
digunakan untuk pembuatan es yang langsung kontak dengan makanan harus memenuhi
persyaratan sebagai air minum.
b. Pengendalian
proses
Proses pembuatan selai/jam nanas dilakukan mengikuti
tahapan tertentu. Bila tersedia SOP, maka proses pembuatannya harus mengikuti
SOP. Secara umum tahapan proses pembuatan selai/jam nanas terdiri atas:
pencucian, pengupasan, pemarutan/pengahancuran, penambahan bahan bantu,
pencampuran dan pengadukan pada suhu ruang, pemasakan dan pengadukan selama 1
jam pada suhu 120 0C hingga diperoleh bubur buah. Jeni bahan bantu
(gula, pektin, dan asam) selain untuk membetuk jel yang baik juga bisa
ditambahkan bahan-bahan bantu lain untuk memberikan cita rasa spesifik. Bahan
bantu tersebut yaitu katu manis, cengkeh dan garam dapur secukupnya.
Pengendalian proses dilakukan terhadap:
Tabel. Pengendalian Proses Pembutan Selai/Jam Nanas
Tahapan Proses
pembuatan selai/jam nenas
|
Kriteria
|
Pengendalian
|
1. Pencucian buah
|
·
Bersih
·
Tidak
ada kotoran atau benda asing yang menempel
|
Bila tidak
memenuhi kriteria, maka pencucian diulang
|
2. Pengupasan
|
·
Mahkota
nanas terlepas
·
Kulit
terlepas
·
Biji
terlepas
|
Bila tidak
memenuhi kriteria, maka pengupasan diualang
|
3. Penghancuras/pemarutan
|
·
Bubur
buah dengan ukuran relatif seragam
·
Bila
mnggunakanblender, digunakan kecepatan putaran rendah.
|
Pengecekan
terhadap alat menghancur Blender atau pemarut manual.
Pengendalian
pada penggunaan pisau blender dan kecepatan putaran.
|
4. Penambahan bahan bantu
|
·
Dilakukan
sesuai dengan kebutuhan
·
Dihitung
menggunakan formula yang ditentukan
·
Dilakukan
pada suhu ruang
|
Bila terjadi
penyimpangan perlu diperbaiki.
|
5. Pemasakan selama 1 jam pada suhu 120 0C
|
·
Bubur
buah tidak gosong
·
Bubur
buah mengental
|
Suhu dan
kekentalan harus dikendalikan
|
6. Pengadukan Bubur buah mendidih untuk meratakan hasil
|
·
Bubur
buah mendidih
|
Proses selesai
dan siap dikemas
|
Suhu
dalam proses pengolahan makanan harus dikontrol dengan baik untuk menjamin
makanan aman dikonsumsi dan tidak menyebabkan timbulnya keracunan makanan,
terutama suhu pada proses yang dianggap kritis. Suhu yang perlu dikontrol
meliputi suhu dan waktu pemasakan/pemanasan, suhu dan waktu pendinginan, suhu
dan waktu penyimpanan dingin.
c.
Pengendalian Proses Spesifik
Proses-proses
atau tahap lainnya yang dapat mengendalikan timbulnya bahaya pada makanan harus
dipantau dengan baik. Proses atau tahap tersebut misalnya tahap pengemasandan
tahap penutupan hermetis saat pembotolan.
d.
Pengendalian Kontaminasi Silang
Kontaminasi
pada makanan dapat terjadi dari satu makanan ke makanan yang lain melalui kontak langsung atau melalui
karyawan pengolah makanan dan kontak permukaan atau melalui air dan udara.
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang baik bahan fisik, kimia maupun
mikrobiologi diperlukan tindakan sebagai berikut:
1) Proses
pengolahan makanan harus diatur sedemikian rupa sehingga mencegah masuknya
bahan-bahan kimia berbahaya dan bahan asing masuk ke dalam makanan, misalnya
bahan pembersih, pecahan kaca, potongan logam, kerikil dan lain-lain.
2) Bahan-bahan
beracun harus disimpan jauh dari tempat penyimpanan makanan dan diberi label
yang jelas.
3) Bahan
mentah harus disimpan terpisah dari bahan yang telah diolah atau siap
dikonsumsi.
4) Ruang
pengolahan harus dikontrol dengan baik.
5) Karyawan
harus memakai alat-alat pelindung seperti baju kerja, topi, sepatu, sarung
tangan dan mencuci tangan sebelum masuk ruangan poengolahan.
6)
Permukaan meja kerja, peralatan dan
di lantai di ruang pengolahan harus selalu dalam keadaan bersih dan disinfeksi
setelah digunakan untuk mengolah/menangani bahan mentah daging, ayam dan hasil-hasil
perikanan.
e.
Pengendalian
Produk Akhir
Produk
akhir yang dihasilkan dari proses produksi makanan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
1) Produk
industri makanan harus memenuhi spesifikasi atau persyaratan yang ditetapkan
berdasarkan mutu mikrobiologi, kimia dan fisik. Jika mungkin spesifikasi produk
diuji melalui analisis laboratorium.
2) Spesifikasi
produk dicantumkan pada label seperti nama produk, nama dan alamat produsen,
komposisi atau nilai gizi produk, nomor pendaftaran dan tanggal kadaluarsa.
http://mahyasimply.blogspot.co.id/2011/06/pengendalian-proses-pengolahan-bahan.html
2. Menilai Mutu hasil (Produk)
Faktor yang mempengaruhi mutu produk dapat bersifat sensoris dan sifat yang
tersembunyi. Sifat sensoris adalah semua sifat yang dapat dinilai sengan
indera. Penilaian dengan indera penglihatan, misalnya: bentuk, ukuran, warna,
kilap. Penilaian dengan indera peraba, misalnya tekstur; dengan indera pebau,
misalnya bau, aroma. Sedangkan dengan indera pencicip, misalnya rasa. Sifat
yang tersembunyi merupakan sifat-sifat yang penilaiannya dilakukan menggunakan
peralatan/instrumen serta bahan-bahan tertentu, misalnya komposisi kimia, niali
gizi dan toksisitas. Faktor lain yang juga dinilai oleh konsumen adalah yang
berkaitan dengan batas kadaluarsa, kebersihan (estetika), berdasarkan
agama/kepercayaan (ke-halal-an) dan etika.
Kualitas produk dapat dinilai secara subyektif dengan iderawi, organoleptik
atau sensoris. Penilaian secara obyektif dilakukan berasarkan kandungan kimia
yang ada pada produk. Dalam penilaian secara kimiawi membutuhkan ketelitian dan
kehati-hatian dalam pengerjaannya karena menggunakan reagen-reagen kimia. Cara
menilai mutu produk secara obyektif dijelaskan pada modul terpisah.
Tabel. Analisis proksimat selai nanas organik
Sumber: Rima Aprilila
Wijaya (Skripsi, 2010)
Pada konteks produksi selai/jam nanas ini penilaian mutu hasil (produk)
hanya akan dilakukan secara subyektif, meliputi rasa dan bau/aroma (flavor),
warna, kekentalan (konsistensi), tekstur, distribusi materi, ada/tidaknya
sineresis (kristalisasi). Penilaian mutu dilakukan secara organoleptis/inderawi
untuk mengetahui sejauhmana produk dapat diterima secara normal oleh konsumen.Menururt
Suryani et al. (2004), selai yang bermutu baik mempunyai tandaspesifik yaitu:
1. konsistensi
kokoh,
2. warna
cemerlang,
3. distribusi
buah merata,
4. tekstur
lembut,
5. flavor
buah alami,
6. tidak mengalami sineresis dan kristalisasi selama
penyimpanan
Penilaian mutu selai/jam nanas sebagai berikut.
Faktor yang
dinilai/diamati
|
Hasil Penilaian
organoleptis/inderawi
|
|
Selai/jam
nanas
|
1. konsistensi
kokoh,
|
|
2. warna
cemerlang,
|
||
3. distribusi
buah merata,
|
||
4. tekstur
lembut,
|
||
5. flavor
buah alami,
|
||
6.
tidak mengalami sineresis
dan kristalisasi selama penyimpanan
|
3. Proses
pembuatan selai/jam nanas
Selai merupakan produk awetan yang dibuat dengan memasak hancuran buah yang
dicampur gula atau campuran gula dengan dekstrosa atau glukosa, dengan atau
tanpa penambahan air dan memiliki tekstur yang lunak dan plastis (Suryani et
al., 2004) dalam Rima Aprilila Wijaya (Skripsi, 2010). Menurut SNI-01-3746-1995, selai buah adalah produk
pangan semi basah yang merupakan pengolahan bubur buah dan gula yang dibuat
dari campuran tidak kurang dari 45% berat sari buah dan 55% berat gula.
Campuran tersebut kemudian dipekatkan sampai diperoleh hasil akhir berupa
padatan terlarut lebih dari 65% yang diukur menggunakan refraktometer.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dalam modul ini pengertian selai/jam
buah adalah produk awetan yang terbuat dari bubur buah yang dicampur dengan
gula, pektin dan asam dengan konsentrasi tertentu kemudian dimasak hingga
diperoleh gel (jendalan) yang apabila dioleskan berpenampakan lembut. Menurut
Saripah Hudaya dan Setiasih Darajat (1980) jumlah gula yang ditambahkan dalam
pembuatan selai/jam tergantung dari jenis buah, tingkat kematangan buah dan
keasaman.
Tingkat kematangan buah akan menunjukkan tingkat kandungan pektin pada
buah.
Tahapan pembuatan selai/jam buah dapat dilihat pada diagram alir berikut
ini.
Gambar. Diagram alir pembuatan selai/jam nanas
a.
Pencucian
Buah nanas dari pemasok atau yang dibeli dari pasar biasanya dalam keadaan
kotor dan bahkan kadang-kadang dijumpai buah yang tidak segar dan beberapa
bagian buah rusak. Langkah awal sebelum nanas diolah adalah memilih nanas yang
baik dan kemudian dicuci bersih. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan
kotoran yang terbawa saat panen dan selama di tempat pengumpulan.
Pencician dilakukan dengan air bersih. Pencucian dengan air mengalir akan
lebih baik.
b.
Pengupasan
Tujuan dari pengupasan yaitu untuk menghilangkan mahkota buah, kulit dan
matanya. Pengupasan dilakukan menggunakan pisau tajam karena kulit nanas cukup
keras. Bila dimungkinkan ada pisau khusus pengupas kulit dan mata nanas akan
lebih baik dan lebih mudah dikerjakan. Pengupasan kulit dan mata nanas harus
dilakukan sampai bersih, bila tidak bersih maka dapat menimbulkan warna yang
tidak baik dan bercak-bercak hitam pada selai/jam yang dihasilkan. Nanas yang
telah dikupas ditempatkan pada wadah yang bersih.
c.
Penghancuran
Penghancuran buah nanas dapat dilakukan menggunakan alat pemarut atau
blender. Penghancuran dilakukan untuk menghasilkan bubur buah. Untuk memudahkan
dalam proses penghancuran, nanas dipotong-potong lebih dahulu, kemudian sedikit
demi sedikit dimasukkan kedalam blender. Bila menggunakan pemarut, pemotongan
dapat dilakukan dengan ukuran lebih besar sehingga mudah dipegang tangan. Bubur
buah yang diperoleh ditampung pada wadah bersih kemudian di timbang beratnya
dan dicatatat. Berat bubur nanas penting diketahui karena sebagai dasar untuk
menghitung kebutuhan bahan bantu yang akan ditambahkan.
Menghitung kebutuhan gula, pektin dan asam dengan formula penghitungan yang
sudah dijelaskan di awal pada penyiapan bahan baku dan bahan bantu. Penghitungan
dilakukan dengan teliti dan cermat agar tidak terjadi kesalahan hitung. Untuk
keasaman, bisa diukur dengan pH meter atau kerta pH. Setelah itu, menimbang semua
bahan bantu dengan berat sesuai dengan hasil penghitungan. Semua bahan bantu
dimasukkan kedalam bubur buah pada suhu kamar.
Apabila pH nya > 4 maka dapat ditambahkan jus lemon hingga ph 3-4 atau
3.10-3.48 pH optimum Selai/jam (Rima Aprilila Wijaya, 2010).
Penambahan Bahan lain. Bila menginginkan rasa selai yang harum, bisa
ditambahkan kayu manis dan cengkeh secukupnya. Sedangkan penambahan garam dalam
jumlah sedikit berfungsi untuk memantapkan rasa. Penambahan BTM berupa bahan
pengawet dilakukan sesuai aturan penggunaannya. Untukpenggunaank Natrium
benzoat yang diijinkan 0,05-0,1%..
d.
Pencampuran dan pengadukan
Bubur buah, bahan bantu dan bahan lain yang telah disiapkan dicampur dan
diaduk menggunakan pengaduk yang telah disiapkan. Untuk tahap ini, dapat
digunakan panci atau wajan sebagai wadah yang sekaligus digunakan sebagai
tempat memasak selai/jam. Pencampuran dilakukan pada suhu ruang hingga semua
bahan tercampur rata.
e.
Pemasakan dan pengadukan
Pemasakan campuran bubur buah (butir d) dilakukan selama ± 1 jam pada suhu
120 0C. Proses pemasakan dilakukan sambil diaduk-aduk untuk
menghindari gosong. Titik akhir proses pemasakan apabila kekentalan selai/jam
nanastelah mencapai 62-65%. Sebagai perkiraan untuk mengetahui tercapainya
kekentalan dapat digunakan refraktometer. Selama proses pemasakan harus dijaga
jangan sampai terjadi sineresis dan kristalisasi.
f.
Pengemasan
Selai/jam yang dihasilkan, dalam keadaan panas langsung dimasukkan kedalam
botol jam dengan memberikan “head space” untuk tempat pengembangan produk saat
dipanaskan. Botol jam sebelum digunakan harus dicuci bersih menggunakan
detergen dan dilakukan sterilisasi sebagaimana telah dijelaskan di halaman
sebelumnya.
Setelah semua selai/jam dibotolkan, selanjutnya dilakukan proses exkausting
pada suhu 900C selama 15 menit untuk membuang udara yang ada di
botol dan mematikan mikroba anaerob. Exhauting dilakukan menggunakan panci yang
diberi alas kain dan air secukupnya. Setelah proses exhausting selesai, botol
segera ditutup rapat, kemudian dilakukan sterilisasi pada suhu 800C
selama 15 menit. Selesai sterilisasi, segera dilakukan pendinginan.
4. Penyimpangan produk (produk di luar spesifikasi)
Dalam proses pengolahan yang tidak terkontrol dan tidak terkendali dengan baik,
produk yang dihasilkan dapat berpotensi mengalami penyimpangan atau produk yang
dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Pada
pembuatan selai/jam buah jenis-jenis penyimpangan produk diantaranya yaitu:
1)
Hidrolisa pektin, penguapan asam, kehilangan flavor dan
aroma disebabkan oleh pemasakan yang terlalu lama.
2)
Penggelapan warna, karena buah terlalu matang atau
pemanasan yang terlalu lama.
3)
Terjadinya kristalisasi gula, diakibatkan oleh air yang
digunakan terlalu sedikit, gula yang digunakan terlalu banyak, terlalu lama
dilakukan proses pendidihan, terlalu lama disimpan dalam panci pemasakan
setelah proses pemasakan berlangsung.
4)
Pemucatan warna, hal ini terjadi karena pemasakan terlalu
lama, pendinginan yang kurang cukup pada saat pengisian ke dalam botol,
menggunakan bubur buah yang terlalu pucat, adanya kontaminasi dengan logam.
5)
Pertumbuhan kapang dan khamir, disebabkan oleh
penyimpanan selai/jam pada kelembaban yang terlalu tinggi, terjadinya
kontaminasi oleh mikroba pada saat sebelum dilakukan penutupan, kandungan zat
padat yang terlarut dalam produk rendah.
Penyimpangan
produk perlu dikenali sehingga dapat diantisipasi agar tidak terjadi. Apabila
penyimpangan terjadi, maka segera melakukan perbaikan-perbaikan pada proses
produksi berikutnya. Untuk itu pengendalian proses selama pengolahan perlu
dilakukan dengan baik.
5. Pengumpulan dan Penanganan Limbah
Limbah hasil pengolahan bila tidak segera ditangani dapat menimbulkan
masalah. Limbah merupakan sumber pencemaran utama dalam proses produksi karena
paling dekat jaraknya dengan produk. Oleh karena itu, limbah tidak
diperbolehkan tertalu lama berada di dekat tempat produksi. Secara periodik
limbah harus diambil dan dibuang ke tempat yang jauh dari area produksi.Limbah
yang dihasilkan dari proses produksi selai/jam nanas dapat dikelompokkan ke
dalam limbah padat dan limbah cair. Limbah padat terdiri atas kulit nanas, bagian
mata nanas, hasil pengeprisan bagian nanas yang tidak digunakan, dan plastik
bekas wadah bahan bantu. Limbah cair terdiri atas air buangan bekas pencucian
bahan, peralatan dan pembersihan tempat kerja. Limbah padat dikumpulkan sesuai
jenisnya, yaitu limbah organik dan limbah an organik. Limbah padat selanjutnya
dibawa ke tempat pembuangan akhir untuk dilakukan penanganan selanjutnya oleh
pekerja khusus yang menangani limbah. Limbah cair, karena limbah ini termasuk
limbah yang tidak berbahaya, maka pembuangannya dilakukan pada saluran
pembuangan air yang tersedia di tempat kerja.
Proses produksi yang dimulai dari pemilihan bahan sampai dengan pengemasan
dan penyimpanan produk apabila pengendalian mutu selama proses dikendalikan
dengan baik, maka kemungkinan terjadinya gagal produksi sangat kecil. Dengan
demikian apabila mutu produk sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan maka
proses produksi dapat dilanjutkan. Sebaliknya bila ditemui terjadi penyimpangan
mutu, maka perlu dilakukan koreksi dan perbaikan sehingga proses produksi dapat
dihentikan bila sudah melebihi batas toleransi penerimaan konsumen.
6. Penyimpanan produk
Sebelum didistribusikan ke tempat pemasaran atau sebelum dikonsumsi, produk
hasil olahan umumnya dikumpulkan pada suatu tempat atau ruang khusus penyimpanan
produk. Ruangan atau tempat menyimpan selai/jam harus dalam kondisi bersih dan
higienis. Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan sebaiknya diusahakan rendah.Selai/jamnanas akan
lebih tahan lama bila disimpan dalam refrigerator (lemari es), apalagi bila segel dan tutupnyatelah dibuka. Sebenarnya selai boleh disimpan di ruangan dalam suhu ruang (250C). Hal ini
dikarenakan selai/jam buah mengandung keasaman alami yang
dapat membantu
menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan. Sekalipun dianggap bebas dari
bakteri, namun keasaman tidak bisa menghambat pertumbuhan jamur. Oleh karena
itu, selai /jam buah bisa disimpan antara 3-6 bulan agar jamur tak tumbuh. Jika lebih dari
itu, sebaiknya disimpan dengan
cara pendinginan. (Barrat)
B.
Keterampilan
yang diperlukan dalam mengendalikanprosesdanmenilaimutuhasil
1
Melakukan produksi selai/jam nanas untuk satu kali
periode proses.
2
Mengendalikan proses dan menilai mutu produk selai/jam
nanas yang dihasilkan
3
Mencatat kegiatan proses produksi selai/jam menggunakan
borang yang telah disediakan.
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam mengendalikanprosesdanmenilaimutuhasil
Harus bersikap secara:
1.
Teliti dalam menggunakan bahan dan bahan batu produksi
selai/jam buah;
2.
Hati-hati dalam dalam melakukan proses pengolahan agar
tidak terjadi penyimpangan produk;
3.
Cermat dalam mengoperasikan peralatan yang digunakan
dalam proses pengolahan;
Taat asas dalam menerapkan SOP proses pengolahan (bila ada).
BAB V
MENGEMASHASILPRODUKSI
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam mengemashasilproduksisesuaispesifikasiyang ditentukan
1. Tempatpengemasansesuaiyangdipersyaratkan
Botol jar (botol bermulut lebar) dari kaca merupakan
kemasan/wadah yang umumnya dipakai untuk mengemas makanan. Botol jar memiliki
kelebihan, yaitu stabilitas kimia yang baik, mudah disegel, kedap udara,
transparan (dapat dilihat dari luar); sifat penyimpanan baik, permukaan halus,
nyaman untuk disinfeksi dan sterilisasi; indah, dekoratif warna-warn, memiliki
kekuatan mekanik tertentu, mampu menahan tekanan dalam botol dan kekuatan
selama transportasi, dan harga relatif rendah. Kekurangannya adalah membutuhkan
ruang yang besar (massa dan volume besar), rapuh, dan mudah pecah. Botol kaca
banyak dipilih sebagai wadah produksi selai/jam buah, karena memiliki
kelebihan, yaitu: produk dapat dilihat dari luar, sehingga memiliki daya tarik
tersendiri bagi konsumen. Selain itu, apabila produk mengalami kontaminasi
mikroba atau mengalami kerusakan akan cepat terdeteksi.
Dari proses pengolahan selai/jam buah, dapat dipahami
bahwa selai/jam nanas merupakan produk yang kadar asamnya tinggi, oleh karena
itu dalam pengemasan digunakan kemasan logam atau kemasan gelas. Untuk mengemas
selai/jam nanas sangat baik jika kemasan yang digunakan adalah kemasan gelas.
Kemasan ini bersifat inert (tidak bereaksi dengan bahan) sehingga dapat
mempertahankan kualitas produk. Pengemasan selai/jam nanas dengan kaleng logam kurang
tepat karena dapat menimbulkan korosi pada kaleng. Penggunaan botol jar akan
memudahkan dalam pengambilan produk serta penyimpanan produk dengan menutup
kembali kemasan tersebut lebih mudah dilakukan. https://ziboxinjiang.wordpress.com/2015/03/24/selai-nenas-dan-pengemasannya/
Penutup wadah harus digunakan bahan yang dapat menyumbat
botol sehingga memberi perlindungan terhadap kontaminasi dari luar. Dalam
penutupan wadah dapat digunakan tutup yang kaku ataupun tutup yang fleksibel
karena yang terpenting adalah kemampuan tutup mengatasi kontak langsung antara
selai dengan udara dalam jangka waktu yang lama. Sistem penutupannya adalah sistem
pry off yang dilakukan dengan sistem
tekanan uap air. Pembukaan kemasan dilakukan dengan memutar tutup botol. Penutupan
yang dilakukan dengan sumbat mahkota seperti pada kemasan minuman bir tidak
tepat, karena apabila ditutup kembali pada kemasan setelah dibuka, tidak akan
menjamin perlindungan produk. (Juliandosagar, 2015).
2. Pengemasan
harus disesuaikan dengan tera
Dalam pengemasan produk, antara jumlah isi dengan yang
tertulis dalam label harus sesuai. “jangan mengurangi takaran”. Takaran disini
tidak hanya beratselainya saja, melainkan juga komposisi bahan lain yang
terkandung dalam produk. Untuk itu pengemasan produk selain memperhatikan
faktor teknis agar bahan tidak mudah rusak dan aman dalam penyimpanan serta
pengangkutan juga diperlukan adanya “kejujuran” informasi tentang produk yang
disampaikan ke konsumen.
3. Standar
hasil kemasan yang diterapkan
Standar hasi kemasan, meliputi wadah (kemasan) dan
pelabelan. Wadah harus mengikuti ketentuan teknis dalam pengemasan, diantaranya
ketahanan botol terhadap pemanasan suhu tinggi, tutup botol yang terbuat dari
bahan yang tidak korosif, dan bentuk tutup yang bila botol telah dibuka bisa
ditutup kembali dengan rapat.Mengenai label, karena pengemasan dan pemberian
label kemasan merupakan salah satu sarana promosi produk, maka label yang
digunakan harus memenehui ketentuan, yaitu:sebaiknya tidak menutupi
produk, dalam label dituliskan nama produk, komposisi
produk, massa produk netto, batas pemakaian yang ditulis di bagian atas tutup
botol sehingga mudah dilihat, nama perusahaan yang memproduksi, cara penggunaan
produk, gambar nenas sebagai bahan baku, sertifikat halal jika telah lolos
pengujian standar halal, dan pesan ramah lingkungan. Dalam label harus
dicantumkan alamat yang mengeluarkan produk, sehingga apabila adakritik atau
saran dari masyarakat dapat digunakan sebagai masukan dalam peningkatan mutu
produk selanjutnya.
B.
Keterampilan
yang diperlukan dalam mengendalikanprosesdanmenilaimutuhasil
1.
Melakukan pengemasan produk selai/jam nanas yang
dihasilkan dari proses produksi.
2.
Memberikan label dalam kemasan.
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam mengendalikanprosesdanmenilaimutuhasil
Harus bersikap secara:
1.
Teliti dalam memilih dan menggunakan bahan pengemas;
2.
Hati-hati dalam melakukan pengemasan produk selai/jam
nanas;
3.
Cermat dan taat asas dalam memberikan label pada produk
yang telah dikemas.
BAB VI
MENGHITUNGBIAYAPRODUKSI
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam menghitungbiayaproduksi
1. Komponenbiayaprosespembuatanselai/jambuah
Pengertian biaya menurut Ciputra (2015) adalah
pengeluaran ekonomis yang diperlukan untuk perhitungan proses produksi. Biaya
ini didasarkan pada harga pasar yang berlaku dan pada saat proses ini sudah
terjadi maupun belum terjadi. Menurut ilmu ekonomi, biaya terbagi menjadi dua
yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya-biaya
yang terlihat secara fisik seperti uang. Sedangkan biaya implisit adalah
biaya-biaya yang tidak terlihat secara langsung yaitu misalnya penyusutan
barang modal.
Dalam suatu proses produksi akan dibutuhkan biaya
yang disebut dengan biaya produksi. Pengertian biaya produksi adalah adalah
akumulasi dari semua biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi dengan
tujuan untuk menghasilkan suatu produk atau barang. Biaya-biaya
ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya operasional barang /
pabrik, dan lain sebagainya. Biaya produksi ini harus diakumulasi secara cermat
untuk kemudian dihitung dan dibandingkan dengan laba kotor perusahaan. Selisih
pendapatan dikurangi dengan biaya produksi akan menjadi laba bersih perusahaan
atau total keuntungan yang diperoleh. Biaya produksi ini diperlukan untuk
mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang siap dipasarkan
kepada konsumen.
Komponen biaya produksi terdiri dari Biaya Tetap
/ Fixed Cost (FC) dan Biaya Tidak Tetap / Variable Cost(VC). Biaya tetaptotal (TFC) adalah
keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli semua keperluan baik
barang dan jasa yang akan digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan
suatu produk (barang).
Total fixed cost dihitung untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah
jumlahnya.Biaya Variabel Total /
Total Variable
Cost (TVC) adalah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi variabel.http://ciputrauceo.net/blog/2015/9/21/biaya-produksi-dan-cara-menghitung-biaya-produksi
2.
Satuanhargabahandanutilitasuntuk pembuatanselai/jamnanas
Di dalam modul ini, biaya yang tertulis sifatnya hanya
asumsi perkiraan. Apabila akan digunakan untuk menghitung biaya produksi yang
sebenarnya, maka perlu dilakukan survei harga terkini pada saat perhitungan
biaya produksi dilakukan.
Berikut ini adalah contoh harga bahan dan
utilitas.
Contoh perhitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap produksi selai/jam
nanas untuk jumlah 18.800 gram atau 18,8 kg nanas kupas per hari untuk
menghasilkan 50 botol selai/jam nanas.
a. Biaya tetap per
bulan
Uraian
|
Biaya
|
∑ dalam ribu rupiah
|
Sewa
alat
|
||
1.
Pisau
|
5
|
20
|
2.
Talenan
|
5
|
15
|
3.
Baskom
|
5
|
300
|
4.
Panci stainless Steel
|
2
|
300
|
5.
Kompor
|
2
|
600
|
6.
Literan
|
2
|
20
|
7.
Timbangan
|
2
|
200
|
8.
Autoclave
|
1
|
200
|
9.
pH Meter
|
1
|
400
|
Uraian
|
Biaya
|
∑ dalam ribu rupiah
|
10. Hand Refraktometer
|
1
|
1000
|
11. Alat lainnya
|
1 paket
|
200
|
Sewa ruang + listrik
|
3000
|
|
Tenaga kerja
|
1 kali proses
butuh 2 orang TK
|
2.400
|
Jumlah
|
8.655
|
|
Per hari
|
8.655 : 25= 346.2
|
b. Biaya tidak tetap per
hari
Bahan
|
Jumlah
|
Harga Satuan per kg dalam ribuan (Rp)
|
Harga Total dalam
ribuan (Rp)
|
Nanas
segar
|
50
|
5
|
250
|
Gula
pasir
|
18.375
|
12
|
220.5
|
Pure
Pektin
|
138.5
gr
|
1
|
138.5
|
Jeruk
lemon
|
25 biji
|
1
|
25
|
Bahan
tambahan lain
|
1 paket
|
10
|
10
|
Total
|
653
|
3. Menghitung
biayauntukpembuatanselaibuah
Berikut
akan diberikan contoh biaya produksi
selai/jam nanas.
a. Total Biaya Produksi
Untuk
menghitung Biaya Total / Total Fixed Cost (TFC) adalah dengan cara
menambah Biaya Tetap / Fixed Cost (FC) dengan Biaya Variable / Variable
Cost (VC).
Biaya
total (TFC) adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli semua
keperluan baik bahan dan jasa
yang akan digunakan dalam proses produksi demi menghasilkan / produksi suatu
barang. Total fixed cost dihitung untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah
jumlahnya.
1) Biaya Variabel Total / Total Variable Cost (TVC)
adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi
variabel.
2) Cara menghitung Biaya Tetap Rata-rata
/ Average Fixed Cost
(AFC) adalah dengan cara biaya total dibagi dengan jumlah produksi.
3) Cara menghitung Variabel Rata-Rata / Average Variable Cost (AVC)
adalah dengan cara membagi Biaya Variabel Total (TVC) dengan jumlah produksi.
4) Cara menghitung Biaya Total Rata-Rata
/ Average Total Cost
(AC) adalah dengan cara Biaya Total dibagi dengan jumlah produksi.
5) Biaya Marginal / Marginal Cost (MC)
diperoleh melalui hasil penambahan Biaya Produksi yang digunakan untuk menambah
produksi satu unit barang / produk.
Contoh perhitungan biaya produksi selai/jam nanas untuk jumlah 18.800 gram atau 18,8 kg nanas kupas/hari
untuk menghasilkan 50 botol jar selai/jam nanas.
a.
Biaya Produksi
Biaya tetap
+ biaya tidak tetap = 346.2 + 653= 999.2
b.
Keuntungan yang diinginkan 30 % = 999.2 x 30% = 299.76
c.
Harga jual per produk dengan perkiraan produk yang
dihasilkan 50 botol selai/jam nanas.
HPP =
(biaya produksi + keuntungan) : jumlah
produk
= (999.2+ 299.764) : 50 = 25.98 dibulatkan
Rp. 26
d. B/C ratio =
harga jual : biaya produksi = 26 : 999.2= 0.26
B.
Keterampilan
yang diperlukan dalam menghitung biaya produksi
1
Mencari/mendapatkan data harga satuan bahan dan sewa
utilitas.
2
Menghitung B/C ratio.
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam mengendalikanprosesdanmenilaimutuhasil
Harus bersikap secara:
1.
Teliti dalam mencari/mendapatkan data harga satuan bahan
dan sewa utilitas.
2.
Cermat dalam Mencari/mendapatkan data harga satuan bahan
dan sewa utilitas.
e.
DAFTAR PUSTAKA
A. BukuReferensi
Bastin, Sandra. 2004. The
Science Of Jam And Jelly. MakingEducational programs. Kentucky:
Cooperative Extension
Hudaya, Saripah dkk. 1980. Dasar-dasar
Pengawetan. Jakarta: Dit. PMK, Dekdikbud.
Jurnal
Internasional Teknik Kimia dan Aplikasi, Vol. 1, No. 1, Juni 2010
ISSN: 2010-0221
ISSN: 2010-0221
......... 2012. Modul PelatihanPembuatan
JamPusat Studi Ketahanan Pangan
Bali: Universitas Udayana1/1/2012
Salman, Mariana Lily. 2017. Materi Pembelajaran, Diklat Keahlian
Ganda: Paket
Keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian, Kelompok
KompetensiProduksi Hasil Nabati. PPPPTK Pertanian : 2007.
Wedhaningsih, Hendriana dkk. 2016. Prakarya Kewirausahaan.
Widodo, Satrio, 2004. Sanitasi Ruang dan Peralatan
Pengolahan Pangan. Cianjur: PPPG Pertanian
Wijaya, Aprilila Rima. 2010. Proses Pengolahan Selai
Nanas OrganikDan Pendugaan Umur Simpannya, Fakultas Teknologi Pertanian
(Skripsi). Bogor: IPB
B. Referensi Lainnya
https://andyafood.wordpress.
com/2012/12/24/persyaratan-bangunan-industri-pengolahan-pangan/
https://www.slideshare.net/AgnesciaSera/ penilaian-mutu-makanan
https://ziboxinjiang.wordpress.com
/2015/03/24/selai-nenas-dan-pengemasannya/
http://ciputrauceo.net/blog/
2015/9/21/biaya-produksi-dan-cara-menghitung-biaya-produksi
Daftar Alat Dan Bahan
A. Daftar Peralatan
No.
|
Nama Peralatan/Mesin
|
Keterangan
|
1.
|
Laptop, infocus, laserpointer
|
Untuk di ruang teori
|
2.
|
Laptop
|
Untuk setiap peserta
|
3.
|
ATK
|
Untuk setiap peserta dan setiap
ruang teori
|
4.
|
Kertas koran
|
Untuk setiap kelompok
|
5.
|
Modul
|
Untuk setiap peserta
|
6.
|
Alat sanitasi
|
Untuk setiap ruang praktik
|
B. Daftar Bahan
No.
|
Nama Bahan
|
Keterangan
|
1.
|
Bahan praktik
|
Setiap peserta
|
2.
|
Pakaian praktik
|
Setiap peserta
|
3.
|
Alat/bahan keamanan kerja
|
Setiap peserta
|
4.
|
Bahan sanitasi
|
Setiap laboratorium
|
DAFTAR PENYUSUN
No.
|
Nama
|
Profesi
|
1.
|
Endang Prabandari
|
1.
Instruktur/Widyaiswara
PPPPTK Pertanian
2.
Asesor
Metodologi No. Reg. MET.000.005527.2017
3.
Anggota
…
|
No comments:
Post a Comment
Komentar