|
BUKU INFORMASI
|
THP.OO03.084.01
|
MELAKUKAN
PROSES PRODUKSI ROTI
|
Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2018
|
Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2018
|
Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2018
|
Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2018
|
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------------------- 1
BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------- 4
A.
Tujuan Umum ------------------------------------------------------------------- 4
B.
Tujuan Khusus ------------------------------------------------------------------ 4
BAB II MEMILIH DAN MENANGANI BAHAN
UNTUK PROSES PRODUKSI ROTI ----- 6
A.
Pengetahuan yang Diperlukan dalam Memilih Dan
Menangani Bahan Untuk Proses Produksi Roti-------------------------------------------------------------------- 6
1.
Jenis
dan jumlah kebutuhan bahan baku dan jumlah bahan pembantu untuk satu periode
proses------------------------------------------------------------- 6
2.
Faktor
mutu untuk bahan baku dan bahan pembantu-----------------
11
3.
Bahan
baku dan bahan pembantu untuk memenuhi
persyaratan produksi 13
B.
Ketrampilan
yang Diperlukan dalam Memilih Dan Menangani Bahan Untuk Proses Produksi Roti--------------------------------------------------------------------
13
C.
Sikap Kerja dalam Memilih
Dan Menangani Bahan Untuk Proses Produksi Roti 14
BAB III MEMILIH
DAN MENYIAPKAN PERALATAN PRODUKSI ROTI------------------- 15
A.
Pengetahuan yang Diperlukan dalam Memilih Dan Menyiapkan
Peralatan Produksi Roti ----------------------------------------------------------------------------------- 15
1.
Peralatan
produksi roti---------------------------------------------------- 15
2. Persyaratan kebersihan dan status
peralatan-------------------------- 15
3. Jenis dan fungsi alat produksi-------------------------------------------- 16
4. Komponen peralatan
yang terkait disesuaikan dengan
kebutuhan proses produksi
21
5. Parameter proses dan operasi seperti yang diperlukan untuk memenuhi
persyaratan keselamatan dan produksi---------------------------------
23
6. Cara pemeriksaan pre-start
sebagaimana diperlukan oleh kebutuhan tempat kerja 23
7. Cara pengoperasian peralatan
pencampur pengaduk, pembagi,
pemipih, pemanggang dan alat bantu lain
sesuai SOP alat--------------------- 25
B. Keterampilan
yang Diperlukan dalam Memilih Dan Menyiapkan Peralatan Produksi Roti-----------------------------------------------------------------------------------
31
C. Sikap
Kerja yang Diperlukan dalam Memilih Dan Menyiapkan Peralatan Produksi Roti-----------------------------------------------------------------------------------
31
BAB IV MENGENDALIKAN PROSES DAN MENILAI MUTU HASIL----------------------- 33
A.
Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan
Proses Dan Menilai Mutu Hasil 33
1.
Cara
mengendalikan proses dan menilai mutu
hasil proses produksi sesuai dengan
persyaratan perusahaan dan kapasitas
yang diperlukan-------------
33
2.
Tiitik
pengendalian untuk memastikan bahwa kinerja proses berada pada kendali sesuai
dengan spesifikasi------------------------------------------------- 33
3.
Proses
pembuatan roti sesuai persyaratan produksi------------------- 34
4.
Cara
pengoperasian proses produksi------------------------------------ 38
5.
Proses
produksi sesuai kriteria mutu------------------------------------
44
6.
Kinerja
peralatan, proses dan produk serta penyimpangannya------ 45
7.
Cara
menghentikan proses produksi sesuai dengan tata cara (prosedur) perusahaan
47
8.
Limbah
hasil sesuai dengan tata cara, manajemen limbah yang diterapkan diperusahaan--------------------------------------------------------------- 49
9.
Penyimpanan
hasil produksi pada tempat higienis sebelum dikemas 49
10.
Informasi
proses pada borang yang sesuai-----------------------------
50
11.
Produk/hasil dari proses diluar spesifikasi untuk mempertahankan proses agar sesuai spesifikasi----------------------------------------------------------- 51
12.
Tempat
kerja sesuai dengan standar pemeliharaan tempat kerja-- 52
B.
Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengendalikan
Proses Dan Menilai Mutu Hasil----------------------------------------------------------------------------------- 53
C.
Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Mengendalikan
Proses Dan Menilai Mutu Hasil 53
BAB V
MENGEMAS HASIL PRODUKSI SESUAI SPESIFIKASI YANG DITENTUKAN--- 55
A.
Pengetahuan yang
Diperlukan dalam Mengemas Hasil Produksi
Sesuai Spesifikasi Yang Ditentukan----------------------------------------------------------------------- 55
1.
Tempat pengemasan sesuai yang dipersyaratkan--------------------- 56
2.
Pengemasan dengan tera yang diharapkan--------------------------- 56
3.
Standar hasil kemasan telah terpenuhi ------------------------------- 56
B.
Keterampilan yang
Diperlukan dalam Mengemas Hasil Produksi
Sesuai Spesifikasi Yang Ditentukan----------------------------------------------------------------------- 58
C.
Sikap Kerja yang
Diperlukan dalam Mengemas Hasil Produksi
Sesuai Spesifikasi Yang Ditentukan----------------------------------------------------------------------- 58
BAB VI MENGHITUNG BIAYA--------------------------------------------------------------- 59
A.
Pengetahuan yang
Diperlukan dalam Menghitung Biaya------------------- 59
1.
Komponen biaya pembuatan roti ---------------------------------------- 59
2.
Satuan harga bahan untuk pembuatan roti----------------------------- 59
3.
Cara menghitung biaya untuk pembuatan roti ------------------------- 60
B.
Keterampilan yang
Diperlukan dalam Menghitung Biaya------------------- 62
C.
Sikap Kerja yang
Diperlukan dalam Menghitung Biaya--------------------- 62
DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------------- 63
A.
Dasar Perundang-undangan -------------------------------------------------- 63
B.
Buku Referensi ----------------------------------------------------------------- 63
C.
Majalah atau Buletin------------------------------------------------------------ 63
D.
Referensi Lainnya--------------------------------------------------------------- 63
DAFTAR
PERALATAN/MESIN DAN BAHAN------------------------------------------------- 64
A.
Daftar
Peralatan/Mesin--------------------------------------------------------- 64
B.
Daftar
Bahan-------------------------------------------------------------------- 64
DAFTAR
PENYUSUN ------------------------------------------------------------------------- 65
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Tujuan
Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu Melakukan Proses Produksi Rotimanis sesuai standar minimal industri
roti.
B.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Melakukan Proses Produksi RotiManis ini guna
memfasilitasi peserta sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1.
Jenis dan jumlah kebutuhan bahan baku dan jumlah
bahan pembantu untuk satu periode proses disusunmeliputi: Menyusun
jenis dan jumlah kebutuhan bahan bakun dan jumlah bahan pembantu untuk satu
periode proses;Mengetahui
faktor mutu untuk bahan baku dan bahan pembantu;Mampu memastikan ketersedian
bahan baku dan bahan pembantu untukmemenuhi persyaratan produksi.
2. Memilih
dan menyiapkan peralatan produksi roti
meliputi: Menyiapkan peralatan produksi roti;Mengidentifikasi
persyaratan kebersihan dan status peralatan;Menguasai jenis dan fungsi alat
produksi;Mencocokan dan menyesuaikan komponen peralatan terkait kebutuhan
proses produksi;Memasukkan parameter proses dan operasi diperlukan untuk
memenuhi persyaratan keselamatan dan produksi;Melaksanakan pemeriksaan
pre-start sebagaimana diperlukan oleh kebutuhan tempat kerja;Mengoperasikan
peralatan pencampur, pengaduk, pembagi,
pemipih, pemanggang dan alat bantu lain
sesuai SOP alat;
3. Mengendalikan
proses dan menilai mutu hasil meliputi: Menjalankan
pengendalian proses dan menilai mutu hasil proses produksi sesuai dengan
persyaratan perusahaan dan kapasitas yang diperlukan;Memantau titik
pengendalian untuk memastikan bahwa kinerja proses berada pada kendali sesuai
dengan spesifikasi;Mempertahankan proses pembuatan roti sesuai persyaratan
produksi;Mengoperasikan proses
produksi;Melanjutkan proses produksi bila mutu hasil sesuai kriteria mutu;
Mengidentifikasi, memastikan, dan/atau melaporkan kinerja peralatan, proses dan
produk serta penyimpangannya;Menghentikan proses produksi sesuai dengan tata
cara (prosedur) perusahaan;Mengumpulkan, menangani atau mendaur ulang limbah
hasil sesuai dengan tata cara, manajemen limbah yang diterapkan diperusahan;Menyimpan
dan mengemas hasil produksi pada tempat higienis;Mencatat informasi proses pada
borang yang sesuai;Mengenali, memperbaiki dan atau melaporkan produk/hasil dari
proses di luar spesifikasi;Mengemas hasil produksi sesuai spesifikasi yang ditentukan Merawat
tempat kerja sesuai standar pemeliharaan tempat kerja;
4. Mengemas
hasil produksi sesuai spesifikasi yang ditentukan meliputi: Menyiapkan tempat pengemasan sesuai
yang dipersyaratkan;Menyesuaikan
pengemasan dengan tera yang diharapkan;Menerapkan standar hasil kemasan yang
telah dipenuhi;
5. Menghitung
biaya meliputi: Menyusun komponen biaya pembuatan roti;Menyiapkan harga satuan
bahan dan utilitas untuk pembuatan roti;Menghitung biaya untuk pembuatan roti.
BAB II
MEMILIH DAN
MENANGANI BAHAN UNTUK PROSES PRODUKSI ROTI
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Memilih dan Menangani Bahan untuk Proses Produksi Roti
1. Jenis dan jumlah kebutuhan bahan baku dan
jumlah bahan pembantu untuk satu periode proses.
a. Definisi – definisi
Roti
Menurut SNI 1995, definisi roti adalah
produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti
dan dipanggang, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan
tambahan makanan yang diijinkan. Dengan
kata lain Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu
dengan ragi atau bahan pengembang lainnya yang kemudian dipanggang.
Roti
manis
Roti manis adalah produk
makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi dan rasanya
manis karena banyak menggunakan gula. Biasanya roti manis dibentuk dan diberi
isian sesuai dengan selera. Roti manis mudah dalam pembentukan dan pengisian,
produk atau bentuk dari roti manis sangat banyak, isian roti manis bisa dari
selai buah, keju, meises, kelapa, kacang-kacangan, sosis, dan lain-lain. Roti
manis juga bisa diberi toping seperti abon sapi, keju tabur, dan lain-lain.
b. Jenis – jenis Bahan Baku
dan Bahan Pembantu dalam pembuatan Roti manis
Bahan untuk membuat roti terdiri atas
bahan baku yaitu terigu,
ragi, air, dan garam; bahan pembantu
yaitu gula, susu, telur, dan lemak; serta bahan tambahan yang dikenal sebagai bread improver.
1). Jenis
Bahan Baku
Terigu
Terigu merupakan hasil dari
penggilingan biji gandum. Dalam proses pembuatan roti, terigu merupakan bahan
yang harus ada, karena terigu mempunyai komponen yang disebut gluten. Gluten
adalah komponen protein pada terigu yang tidak larut dalam air. Gluten
merupakan bahan yang liat dan kenyal yang mempunyai sifat dapat menahan gas, sehingga
akan menyebabkan roti mengembang, dapat memanjang dan elastis.
Di pasaran, ada tiga jenis
terigu dilihat dari kandungan proteinnya, yaitu terigu protein tinggi, protein
sedang, dan protein rendah.
a) Terigu
protein tinggi (hard flour), mengandung protein minimal 12%, baik digunakan
untuk membuat roti dan mie. Contohnya adalah Cakra Kembar Emas, Kereta Kencana
Emas, Cakra Kembar, Kereta Kencana, Gerbang, Gunung.
b) Terigu
protein sedang (medium flour), mengandung protein 10-11%, baik digunakan untuk
membuat berbagai macam makanan, termasuk roti manis. Contohnya adalah segitiga
Biru/Gunung Bromo, Piramida, Angsa Kembar, dan lain-lain.
c) Terigu
protein rendah (soft flour), mengandung protein maksimal 10%, baik digunakan
untuk membuat cake, biskuit, makanan yang dikukus. Contohnya adalah Kunci Biru,
Roda Biru, Lencana Merah, Semar, Kunci Emas, Lokomotif atau Gatotkaca.
Air
Proses pembuatan roti
memerlukan air, baik yang sudah dimasak maupun yang belum dimasak. Fungsi dari air
dalam pembuatan roti adalah:
a) Melarutkan
bahan
b) Mengontrol
suhu adonan
c) Mengontrol
kepadatan adonan
d) Membentuk
gluten.
Air yang baik untuk membuat
roti adalah air yang kandungan mineralnya tidak terlalu banyak. Air yang
mengandung kapur akan menyebabkan roti keras, air yang mengandung besi akan menyebabkan
roti menjadi tidak menarik warnanya. Air yang digunakan untuk proses pembuatan
roti boleh air dingin atau air es, maupun air hangat kuku. Air panas tidak
boleh digunakan karena akan menyebabkan ragi tidak aktif atau mati.
Ragi/Yeast
Ragi/Yeast adalah kelompok
mikroorganisme yang dapat menghasilkan gas sehingga adonan dapatmengembang,
menghasilkan asam yang dapat melunakkan gluten, serta memberikan rasa dan aroma
khas pada roti. Mikroorganisme yang digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae. Ada beberapa jenis ragi, yaitu :
a) Ragi
segar/ragi basah (fresh yeast), yaitu berbentuk padat, penggunaannya dengan
cara diremas-remas dan dicampur dalam adonan.
b) Ragi
instan (instant yeast), berbentuk butiran halus, penggunaannya dicampur bersama
bahan kering, kecuali garam
c) Ragi
koral (active dry yeast), berbentuk butiran seperti merica, penggunaannya
dilarutkan terlebih dahulu dalam air hangat (suam-suam kuku)
Garam
Garam berfungsi untuk
menimbulkan rasa gurih dan lezat, mengendalikan waktu fermentasi, dan menambah
kekuatan gluten. Garam yang baik digunakan dalam pembuatan roti adalah garam
yang halus, kering, tidak menggumpal, bersih, dan mudah larut dalam air
2)Bahan Pembantu
Gula
Gula merupakan sumber
makanan dan energi bagi ragi. Selain sebagai sumber energi, gula juga
dapat memberi rasa manis, memberikan
warna kecoklatan, melembutkan gluten sehingga roti menjadi lebih empuk, dan
menahan keempukan lebih lama. Gula yang baik digunakan adalah gula yang bersih
dan mempunyai ukuran kristal tidak terlalu besar. Penggunaan gula yang terlalu
banyak akan menghambat proses fermentasi dan menyebabkan adonan menjadi
lengket. Oleh karena itu ada batasan penggunaan gula, yaitu setiap pemakaian
gula 8%, diperlukan ragi 1%.
Susu
Susu yang digunakan baik berupa susu
bubuk maupun susu cair. Untuk produsen roti, lebih baik menggunakan susu bubuk,
karena mempunyai daya simpan yang lebih lama dan tempat penyimpanan yang lebih
kecil. Susu bubuk dapat menambah daya absorbsi atau serap air. Susu yang
digunakan susu skim yang kadar lemak susunya berkisar 1% atau full cream yang
lemak susunya sekitar 29%.
Telur
Telur berfungsi sebagai pengembang,
pembentuk warna, perbaikan rasa, dan penambah nilai gizi. Pada umumnya
telur yang digunakan adalah telur ayam atau telur bebek. Jika dalam adonan
tidak ditambahkan telur, maka adonan harus ditambah cairan walaupun hasilnya
kurang memuaskan.
Roti
yang empuk dapat diperoleh dengan menambahkan kuning telur yang lebih banyak.
Kuning telur banyak mengandung lesitin yang berperan sebagai emulsifier.
Bentuknya padat tetapi kadar airnya sekitar 50%. Sementara putih telur kadar
airnya 86%. Putih telur mempunyai sifat creaming yang lebih baik
dibandingkan kuning telur.
Lemak
Lemak berfungsi sebagai
pelumas untuk pengembangan sel yang akan memperbaiki tekstur, memudahkan
pemotongan roti, dan melembutkan serat roti. Pilihlah lemak yang masih baik,
yang tidak berbau tengik.
Ada berbagai macam lemak,
yaitu:
a)
Margarin,
mengandung 80-90% lemak nabati, 16% air, 2-4% garam dan emulsifier.
b)
Shortening,
mengandung 99% lemak nabati atau hewani dan 1% air.
c)
Butter,
mengandung 83% lemak susu, 14% air, dan 3% garam atau mineral lain.
3) Improver dan bahan pengembang kimia
Tujuan penggunaan bahan tambahan
adalah untuk melambatkan pengerasan adonan selama pembakaran. Hal ini
memungkinkan adonan mengembang lebih besar dalam oven. Selain itu bertujuan
pula untuk menahan air dalam roti yang mengakibatkan roti menjadi lebih lembut.
Tidak semua proses pembuatan roti menggunakan bahan tambahan ini.
c. Jumlah bahan baku dan bahan
pembantu pembuatan Roti manis
Formula atau resep dasar pembuatan
roti dapat dilihat pada Tabel 2.1. Dari formula tersebut, dapat dikembangkan
formula roti sesuai dengan keinginan.
Tabel 2.1. Formula atau Resep Dasar
Pembuatan Roti
Jenis
Bahan
|
Roti
Tawar (%)
|
Roti
Manis (%)
|
Tepung terigu
|
100
|
100
|
Air
|
55-65
|
60-65
|
Ragi/yeast
|
1-1,5
|
2-4,5
|
Bread improofer
|
0-0,75
|
0-0,75
|
Garam
|
1,75-2,5
|
1,75-3
|
Gula
|
4-10
|
10-30
|
Lemak
|
2-4
|
8-30
|
Susu bubuk
|
0-8,2
|
8-10
|
Telur
|
-
|
8-30
|
2.
Faktor mutu untuk bahan
Bahan Baku
Jenis
Bahan Baku
|
Faktor Mutu
|
Tepung Terigu
|
Warna terigu putih
Tidak menggumpal
Tidak berbau apek
Tidak ada kutunya
Tidak berjamur
Tidak ada ulatnya
|
Ragi
|
Ragi masih aktif
Ragi tidak menggumpal
Apabila ditaburkan pada
air hangat, terbentuk gelembung udara
|
Air
|
Air harus jernih/tidak
keruh
Tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa/rasanya tawar
Derajat keasaman
atau pH nya netral antara 6,5 – 8,5
Tidak mengandung
zat kimia beracun
Tidak mengandung
kapur
Tidak mengandung bakteri
patogen
|
Garam
|
Halus
Kering
Tidak menggumpal
Bersih
Mudah larut dalam air
|
Bahan Pembantu
Jenis
Bahan Pembantu
|
Faktor Mutu
|
Gula pasir
|
·
Bersih
·
Ukuran kristal tidak
terlalu besar
·
Tidak menggumpal
|
Susu Bubuk
|
·
Tidak menggumpal
·
Tidak berubah warna
·
Tidak berbau tengik
|
Susu Cair
|
·
Warna putih susu dan
kental
·
Cairannya konstan dan
tidak menggumpal.
·
Aroma khas susu, tidak
bau asam, tengik atau bau amis.
·
Berat jenis lebih tinggi
dari air (diatas 1,0).
·
Kalau dituang dari gelas
masih menempel di dinding gelas.
·
Kalau dimasak akan
terbentuk lapisan busa lemak (foam).
·
Bebas dari kotorhan fisik seperti darah,
debu, bulu serangga dan lain-lain
|
Telur
|
·
Kulit telur tidak retak,
·
Bila diteropong dengan bantuan lampu, kuning telur
masih baik dan terletak di tengah, serta gelembung udara masih kecil,
·
Kekentalan/konsistensi putih telur masih baik,
·
Bila dipecahkan dan disimpan pada piring kecil, posisi
kuning telur berada di tengah.
·
Bila dimasukkan ke dalam segelas air, telur melayang
telur sudah disimpan lebih dari 20 hari, kalau tenggelam dengan posisi
berdiri telur sudah disimpan lebih lama lagi. Kualitas telur yang baik adalah
telur yang tenggelam dengan posisi tidur/mendatar
|
Lemak
|
·
Bersih
·
Segar
·
Memiliki aroma dan rasa
yang baik
·
Bebas dari ketengikan dan
memiliki konsistensi yang lunak
·
Tekstur plastis
·
Berwarna putih atau
kekuningan
|
Improver
|
·
Tidak menggumpal
·
Tidak berjamur
|
3.
Bahan baku dan bahan
pembantu tersedia untuk memenuhi persyaratan produksi.
a. Persyaratan
produksi
Ketersediaan dan kemudahaan mendapatkan
bahan baku secara kontinyu, murah, tidak memerlukan perlakuan lain, dan roti yang dihasilkan memenuhi standar pasar
b. Cek
list ketersediaan bahan
Untuk dapat berjalannya produksi maka bahan
baku dan bahan pembantu harus dapat memenuhi berbagai persayaratan produksi
baik dari segi kualitas dan kuantitas.
B.
Keterampilanyang
Diperlukan dalam Memilih Dan Menangani Bahan Untuk Proses Produksi Roti
1. Menyusun jenis dan jumlah kebutuhan
bahan baku dan jumlah bahan pembantu untuk satu periode proses.
2. Mengetahui
faktor mutu untuk bahan baku dan bahan pembantu.
3. Mampu
memastikan ketersedian bahan baku dan bahan pembantu untukmemenuhi persyaratan
produksi.
C.
Sikap kerjayang Diperlukan dalam Memilih Dan Menangani
Bahan Untuk Proses Produksi Roti
Harus bersikap secara:
1.
Cermat,
Tepat, Telitidalam menyusun
jenis dan jumlah kebutuhan bahan baku
dan jumlah bahan pembantu untuk satu periode proses.
2.
Cermat dan telitidalam mengetahui
faktor mutu untuk bahan baku dan bahan pembantu.
3.
Teliti dan tepat dalam memastikan ketersedian bahan baku
dan bahan pembantu untukmemenuhi persyaratan produksi.
BAB III
MEMILIH DAN
MENYIAPKAN PERALATAN PRODUKSI ROTI
A. Pengetahuanyang Diperlukan dalam Memilih Dan
Menyiapkan Peralatan Produksi Roti
1. Peralatan produksi roti
Peralatan
untuk memproduksi produk-produk bakery ada berbagai jenis dan ukuran tergantung
jumlah dan kapasitas produksi atau besar kecilnya usaha produk rerotian yang
akan dibuat.
Adapun
beberapa peralatan yang perlu dipersiapkan dalam proses produksi roti adalah
Timbangan, Gelas Ukur, Mixer, Divider,
Loyang/Baking Sheet, Proof
Box/Proover, Oven, Rak Pendingin, Roller, Pisau atau Alat Pemotong
2. Persyaratan kebersihan dan status peralatan
Untuk
mengawali proses produksi maka perlu dipastikan peralatan dalam keadaan bersih
dan siap pakai, begitu pula setelah melaksanakan proses produksi peralatan
tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan kotor. Adapun peralatan yang
diidentifikasi dalam proses pembuatan roti adalah :
Timbangan : Sebelum
digunakan, timbangan diperiksa dahulu apakah dalam keadaan bersih dan sudah
siap digunakan atau belum. Setelah
digunakan, timbangan dibersihkan dan disimpan lagi pada tempatnya. Untuk hasil
penimbangan yang baik, timbangan perlu ditera ulang secara berkala pada
dinas/lembaga yang terkait.
Mixer : Harus dalam keadaan bersih dari kotoran dan sisa-sisa yang
menempel, body mixer dibersihkan dengan kain basah, jangan merendam body mixer
dalam air, cuci bowl mixer dengan tangan menggunakan cairan pembersih dan
segera keringkan, serta cuci pengaduk mixer dengan tangan menggunakan cairan
pembersih dan segera keringkan.
Divider : Harus bersih dari segala kotoran/kerak roti (sisa-sisa) yang
menempel.
Roller : Harus bersih dari segala kotoran/kerak roti yang
menempel, tidak boleh berkarat.
Scapper : Harus bersih dari segala kotoran/kerak roti
yang menempel, tidak boleh berkarat. Dibersihkan menggunakan kain basah setelah
dan sebelum digunakan sehingga scapper tetap dalam keadaan bersih.
Proofer : Air yang ada di wadah bagian dalam harus bersih, tidak
berbau dan tidak berwarna. Bagian dalam proofer harus bersih dari kotoran agar
tidak mempengaruhi proses pengembangan akhir adonan.
Oven : Bagian dalam oven harus bersih dari segala kotoran/kerak roti
(sisa - sisa) yang menempel agar proses pemanggangan optimal.
Loyang : Harus bersih dari segala kotoran/kerak
roti (sisa-sisa) yang menempel, tidak boleh berkarat. Sebelum digunakan
loyang-loyang tersebut harus dalam keadaan bersih dengan cara dilap dengan lap
yang bersih, tidak perlu setiap saat dicuci karena akan membuat loyang tersebut
menjadi lengket atau produk roti sulit untuk dikeluarkan.
Rack Trailer : harus
bersih dari segala kotoran/kerak roti (sisa-sisa) yang menempel.
3. Jenis dan fungsi alat produksi
Berikut ini adalah beberapa jenis dan fungsi alat
produksi pembuatan roti:
a.
Timbangan
Timbangan yang digunakan
bermacam-macam tergantung seberapa banyak bahan yang akan ditimbang. Pemilihan
timbangan harus benar-benar diperhatikan, karena timbangan yang tidak tepat
tidak hanya menyebabkan kehilangan bahan, tapi juga akan menghasilkan produk
yang tidak seragam. Ada beberapa bahan yang ditimbang dalam kapasitas besar
seperti terigu, gula, lemak (mentega atau margarin), dan telur, memerlukan
timbangan dengan kapasitas penimbangan yang besar pula. Tetapi untuk
bahan-bahan seperti ragi, garam, bread improver, susu bubuk, dan penimbangan
adonan untuk roti yang kecil, memerlukan kapasitas timbagan kecil agar hasil
yang ditimbang benar-benar tepat. Ketepatan penimbangan sangat diperlukan untuk
menghasilkan produk dengan kualitas baik.
Sebelum
digunakan, timbangan diperiksa dahulu apakah dalam keadaan bersih dan sudah
siap digunakan atau belum. Setelah digunakan, timbangan dibersihkan dan
disimpan lagi pada tempatnya. Untuk hasil penimbangan yang baik, timbangan
perlu ditera ulang secara berkala pada dinas/lembaga yang terkait.
Timbangan bahan dengan kapasitas
Timbangan dengan kapasitas kecil
besar
b. Gelas
ukur
Seperti halnya dengan timbangan, gelas ukur digunakan
untuk mengukur cairan yang akan digunakan dalam pembuatan produk-produk bakery.
Gelas ukur yang dipilih juga harus sesuai dengan kebutuhan, besar kecilnya
bahan yang akan diukur.
Berbagai macam dan ukuran gelas ukur
c. Mixer
Mixer sebagai alat pengaduk adonan produk-produk bakery
berbeda dengan mixer untuk membuat cake. Perbedaannya terletak pada alat
pengaduknya. Biasanya pada mixer ada tiga alat pengaduk, yaitu :
1)
wisk
yang digunakan untuk mengaduk adonan yang ringan seperti dalam pembuatan cake,
2) padle,
digunakan untuk mengaduk bahan yang agak berat, seperti dalam pembuatan pie dan
cookies,
3)
hook,
digunakan untuk mengaduk bahan-bahan atau adonan yang berat seperti dalam pembuatan
adonan roti dan pastry.
Mixer roti memiliki berbagai kapasitas, mulai dari 1 kg
adonan, 5 kg, 10 kg, dan 15 kg adonan. Pemilihan mixer harus disesuaikan
dengan kapasitas produksi yang akan dibuat.
Sebelum digunakan harus diperiksa kebersihan alat,
kesiapan alat untuk operasi, dan harus mengetahui bagaimanan cara
mengoperasikan alat tersebut, serta diperhatikan keselamatan kerjanya.
|
d. Dough
Divider
Dough Divider
adalah alat yang dapat membagi adonan menjadi beberapa potong dengan berat
yang seragam sebelum adonan diisi dan dibentuk. Apabila alat ini tidak ada,
adonan dapat dibagi dengan cara penimbangan dengan berat yang sama.
|
e. Loyang/Baking
Sheet
Sebaiknya alat ini dipilih yang berbahan dasar aluminium
karena ringan, tidak mudah berkarat, penghantar panas yang baik, dan tidak
menyerap panas radiasi (sinar). Dalam pembuatan roti dibutuhkan tiga macam
loyang untuk membuat berbagai roti yang berbeda, yaitu loyang terbuka, loyang
tinggi dan terbuka, serta loyang tinggi dan tertutup. Pembuatan roti manis
memerlukan loyang terbuka dengan tinggi 2-3 cm, roti tawar memerlukan loyang
tinggi dan terbuka dengan ukuran yang biasa/umum digunakan 25 cm x 10 cm x 12,5
cm, sedangkan roti sandwich memerlukan loyang tinggi dan tertutup dengan ukuran
normal 30 cm x 10 cm x 15 cm.
Sebelum digunakan loyang-loyang tersebut harus dalam
keadaan bersih dengan cara dilap dengan lap yang bersih, tidak perlu setiap
saat dicuci karena akan membuat loyang tersebut menjadi lengket atau produk
roti sulit untuk dikeluarkan.
f. Proof
Box/Proover
Proof box/proover adalah ruangan/alat yang mempunyai suhu panas tetapi
lembab yang berfungsi untuk kegiatan fermentasi akhir adonan setelah diisi
dan dibentuk. Apabila alat tersebut tidak ada, dapat diganti dengan tray yang
ditutup plastik atau lap basah. Atau bila ingin memodifikasi alat ini, dapat
menggunakan lemari yang diberi uap air panas yang dihembuskan/dialirkan ke
dalam alat tersebut.
|
g. Oven
Oven untuk memanggang roti mempunyai ukuran dan jenis
yang bermacam-macam. Ada yang memakai listrik dan gas, dengan listrik, gas,
ataupun yang diletakkan di atas kompor. Kapasitas ovenpun bermacam-macam, ada
yang kapasitas kecil dengan loyang kecil, kapasitas sedang, dan kapasitas
besar. Pemilihan oven sangat tergantung dari seberapa besar produk yang akan
dibuat.
Sebelum digunakan, oven harus diperiksa kebersihannya,
dan kesiapan untuk operasional.
|
Pada saat mengambil loyang dari dalam oven, jangan lupa memakai alat bantu
agar tangan tidak luka, melepuh atau terbakar.
h. Rak
Pendingin
Rak pendingin yang digunakan adalah rak pendingin yang
berlubang. Fungsi alat ini adalah untuk mendinginkan roti yang baru keluar
dari oven, fungsi lubang pada rak pendingin untuk mempercepat proses
pendinginan dan tidak timbulnya uap air pada dasar roti sehingga roti yang
dihasilkan tidak mudah berjamur.
|
i. Roller
Roller adalah alat yang digunakan untuk mencetak atau
membentuk adonan. Alat ini ada yang terbuat dari kayu atau aluminium. Selain
itu, roller dapat menggantikan fungsi dough shitter dalam proses pelipatan
adonan.
j. Scaper
atau Alat Pemotong
Alat pemotong yang baik adalah yang terbuat dari bahan
stainless steel, karena bahan tersebut anti karat. Pisau atau alat pemotong ini
harus selalu diasah agar tetap tajam dan hasil potongan baik dan rata.
4. Komponen peralatan yang terkait dengan kebutuhan proses
produksi.
Dalam
menggunakan peralatan terkait dengan kebutuhan proses produksi haruslah sesuai,
untuk itu perlu diketahui kecocokan dan kesesuaian peralatan menurut fungsi dan
kapasitasnya.
a.
Pengukuran
atau penimbangan bahan
Dalam
pengukuran dan penimbangan bahan menggunakan timbangan dan wadah timbang
(baskom, mangkok, pisin) sebagai tempat bahan yang telah ditimbang. Untuk
timbangan juga disesuaikan dengan kapasitas bahan, bila sedikit menggunakan
timbangan halus/digital namun jika dalam jumlah banyak menggunakan timbangan
timbangan kasar. Begitu juga dengan wadah timbang yang digunakan sesuai dengan
kapasitas bahan yang akan digunakan.
b.
Pencampuran
Pada
saat pencampuran alat yang digunakan adalah mixer. Mixer ini juga memiliki
kapasitas yang bermacam – macam, mulai dari 1 kg sampai dengan 100 kg dalam
setiap pengadukan jadi tergantung seberapa banyak bahan yang akan dicampur.
Untuk membuat adonan roti, pengaduk yang digunakan adalah hook.
c.
Pembagianadonan
(deviding)
Pada pengukuran atau penimbangan adonan alat yang digunakan adalah
devider untuk memudahkkan pembagian adonan, tetapi apabila tidak ada devider
maka alat yang digunakan adalah timbangan dan alat pemotong/scaper. Setelah dilakukan pembagian adonan dilakukan
pembultan/rounding.
d.
Pembentukan
adonan (moulding)
Pembentukan
adonan roti manis dilakukan dengan menggunakan alat roller. Roller untuk
pembentukan roti bisa dari bahan kayu dan aluminium. Apabila alat tersebut
tidak ada bisa juga menggunakan pipa paralon air yang dimodifikasi sesuai
dengan ukuran atau botol yang sudah bersih.
e.
Pengembangan
akhir (Proofer)
Pengembangan
akhir dilakukan untuk mengembangkan adonan secara optimal sampai siap untuk
dipanggang. Alat yang digunakan adalah Proofer/Final Proofer.
Apabila alat tersebut tidak ada, dapat digunakan plastik lembaran atau
serbet/lap yang dibasahi.
f.
Pemanggangan
(Baking)
Pada proses pemanggangan
(baking) peralatan yang digunakan adalah oven. Oven yang sering
digunakan untuk industri adalah Deck Oven. Oven ini memiliki 3 pintu dan setiap
pintunya mampu menampung 2 loyang. Namun masih ada pula yang menggunakan oven
manual dalam proses produksinya.
g.
Pendinginan
Proses pendinginan
terjadi setelah roti keluar dari oven, rak trailler yang berfungsi pada proses
ini. Karena setelah keluar dari oven, roti dalam loyang ditempatkan pada rak
trailler yang kemudian diangin-anginkan agar cepat dingin dan dapat dikemas.
h.
Pengemasan
Setelah melalui
proses pendinginan, roti yang sudah dingin siap untuk dikemas. Pengemasan dapat
dilakukan dengan berbagai cara baik pengemasan dengan mesin atau dapat pula
dilakukan dengan pengemasan manual.
5. Parameter proses dan operasi seperti yang diperlukan
untuk memenuhi persyaratan keselamatan dan produksi.
Parameter
proses dan operasi dari berbagai peralatan yang digunakan dalam proses prosuksi
industri roti meliputi:
Timbangan :
Pastikan timbangan menunjukkan angka
“nol” (jika tidak perlu dikoreksi)
Divider :
Kapasitas 36 pcs/time dengan berat
30-100 gram.
Loyang :
Loyang disesuaikan dengan kebutuhan
karena terdapat dalam berbagai ukuran. Pada pengisian setiap loyang berisi 9 –
12 adonan roti agar satu adonan tidak saling menempel.
Mixer :
Adonan yang akan dicampur dalam mixer
jumlahnya sesuai kapasitas mixer sehingga pengaduk pada mixer akan bekerja
secara optimal
Proofer : Temperatur yang diperlukan sekitar 35–40°C
dan kelembaban relatif 80–85%.
Oven :
Suhu yang diperlukan untuk pemanggangan
roti adalah 170– 200°C.
6. Cara pemeriksaan pre-start
sebagaimana diperlukan oleh kebutuhan tempat kerja
Pemeriksaan pre-start adalah
pemeriksaan yang dilakukan sebelum peralatan digunakan untuk proses produksi,
hal ini harus dilaksanakan untuk memperkecil terjadinya bahaya di tempat kerja.
Adapun pemeriksaan pre-start yang
biasa dilakukan sebelum proses produksi adalah sebagai berikut :
Mixer
: Dalam kondisi baik. mixer jangan sampai bahan yang dimasukkan
melebihi kapasitas mixer sehingga adonan tidak teraduk dengan baik. Cek kabel
penghubung listrik apakah masih dalam kondisi baik. Pasang penganduk mixer dan
bowl mixer pada posisinya pastikan pas dan terkunci. Nyalakan mixer dan coba
masukkan ke gigi kecepatan 1 jika berputar normal berarti kondisi baik.
Timbangan : Pastikan timbangan dalam
kondisi baik, perhatikan tanda air harus
berada dalam lingkarannya. Tekan tombol ONjika timbangan sudah menyala dan muncul angka 0. Tekan tombol TARE, harus muncul angka 0. Timbang
salah satu sampel adonan dan pastikan berat adonan tertera pada layar
monitor.Apabila menggunakan timbangan manual, pastikan jarum penunjuk menunjuk
pada angka nol dan tempat untuk menimbang pada kondisi bersih. Jika sesuai kriteria
berarti timbangan dalam keadaan baik.
Dough divider : Pastikan loyang divider dalam keadaaan bersih.
Pastikan besi pada alat pembagi dalam keadaaan bersih dan tidak berkarat, jika
kondisi dough divider bersih berarti kondisi baik
Proofer : Isikan air pada wadah penampung yang berada
di bagian dasar alat. Pastikan air yang ada di wadah bagian dalam harus bersih,
tidak berbau dan tidak berwarna. Atur suhu dan kelembaban sesuai yang
diinginkan. Masukkan kabel listrik pada sumber listrik. Nyalakan proofer sampai
tercapai suhu dan kelembaban yang diinginkan. Proofer siap digunakan.
Oven : Pastikan gas elpigi tersedia dan pemasangan
regulator sudah tepat (tidak ada kebocoran gas). Atur suhu api atas dan api
bawah. Buka pintu oven, tekan tombol untuk menyalakan oven, biarkan api sampai
stabil baru pintu oven ditutup. Tunggu sampai suhu yang dikehendaki tercapai.
Oven siap digunakan.
7. Cara pengoperasikan peralatan pencampur, pengaduk,
pembagi, pemipih, pemanggang dan alat
bantu lain sesuai SOP alat.
Semua
peralatan produksi harus dapat dioperasikan sesuai dengan SOP alat. Berikut ini
adalah SOP pengoperasian alat – alat produksi :
a. Peralatan
Pencampur dan pengaduk (Mixer)
Prosedur pencampuran bahan adonan sebagai
berikut :
1) Letakkan
bowl yang berisi bahan yang sudah ditimbang sesuai resep di dekat mixer.
2) Pastikan
semua komponen mixer sudah terpasang dengan baik pada posisinya ( bowl dan
pengaduk mixer ).
3) Masukkan
bahan kering selain garam pada mowl mixer (tepung terigu, ragi, gula dan susu
bubuk).
4) Sambungan
kabel mixer ke sumber listrik.
5) Nyalakan
mixer pada posisi ON kemudian pindahkan gigi ke kecepatan 1, aduk bahan kering
hingga merata.
6) Pindahkan
gigi ke posisi OFF kemudian masukkan air, telur dan garam, kemudian pindahkan
gigi ke kecepatan 1 aduk adonan hingga merata (belum kalis).
7) Pindahkan
gigi ke posisi OFF kemudian masukkan margarin, pindahkan gigi ke kecepatan 2
aduk adonan hingga kalis.
8) Pindahkan
gigi ke posisi OFF kemudian matikan mixer dengan memindahkan ke tuas ke posisi
OFF.
9) Lepaskan
kabel mixer dari sumber listrik.
10) Lepaskan
pengaduk mixer dari posisinya.
11) Lepaskan
bowl mixer dari posisinya.
12) Ambil
adonan dalam bowl mixer.
13) Bersihkan
mixer setelah selesai digunakan.
b. Dough
Divider
Prosedur penggunaan dough divider
1) Tidak
diperkenankan menggunakan alat ini apabila belum terlatih mengoperasikan.
2) Pastikan
alat ini siap untuk digunakan. Laporkan kepada insruktur apabila terdapat
kondisi alat yang tidak sesuai.
3) Periksa
besi baja untuk pemotongnya. Apabila terdapat kotoran atau sisa kerak roti maka
bersihkan dahulu. Hati-hati pada saat membersihkannya, jangan sampai merusak
elemen pada besi yang ada.
4) Periksa
loyang tempat adonan, apabila dalam kondisi kotor maka bersihkan dahulu dengan
menggunakan lap bersih.
5) Olesi
loyang dengan menggunakan minyak supaya adonan tidak menempel pada loyang.
6) Masukkan
adonan ke dalam loyang, kemudian dipukul-pukul pelan supaya adonan rata.
7) Masukkan
loyang ke tempatnya, kemudian tarik tuas divider sampai adonan terpotong.
8) Keluarkan
adonan, apabila adonan tidak terpotong dengan baik, jangan dimasukkan lagi ke
dalam dough divider karena adonan akan terbagi dengan potongan yang berbeda,
sebaiknya gunakanlah scaper untuk membagi adonan tadi.
c. Final
Proofer
Final proofer dilakukan sebelum adonan dimasukkan
ke dalam oven. Temperatur yang diperlukan sekitar 35–40° C dan kelembapan
relatif 80– 85 %. Prooferbox dilengkapi dengan 1 atau 2 pintu untuk masuknya
adonan dengan jumlah kapasitas loyang antara 18 hingga 36 loyang. Untuk
pengembangan akhir roti manis, setiap Loyang mampu menampung 15 adonan dengan
berat 60 gr. Dengan demikian kapasitas produksi roti manis dengan berat 60 gr
adalah 540 roti/ proses produksi (15 adonan x 36 loyang = 540 roti). Cara
menyesuaikannya adalah dengan memutar/ menyetel panel temperatur dan panel
kelembaban sesuai dengan yang ditentukan. Berikut ini cara pengoperasian Final
Proofer:
1) Tidak
diperkenankan menggunakan alat ini apabila belum terlatih mengoperasikan.
2) Pastikan
alat ini siap untuk digunakan. Laporkan kepada instruktur apabila terdapat
kondisi alat yang tidak sesuai.
3) Periksa
wadah air yang ada dibagian dalam proofer dan pastikan airnya selalu terisi dan
bersih pada waktu menggunakan alat ini. Hati-hati dalam membersihkannya, jangan
sampai merusak elemen pemanas. Buang air yang ada diloyang dengan cara
menggunakan selang yang ada dibagian bawah proofer dan air buangan tersebut
ditampung dengan loyang plastik.
4) Aturlah
suhu dan kelembaban dengan cara memutar temperatur suhu dan kelembaban yang ada
dibagian bawah proofer (suhu yang digunakan 40° C dan kelembaban 80).
5) Alirkan
arus listrik dengan menekan tombol bergambar petir ke angka I.
6) Untuk
pembuangan udara/ ventilasi tekan tombol bergambar kipas angin Ke angka I.
7) Untuk
mengetahui pengembangan roti tekan tombol ON yang ada dibagian bawah alat,
sehingga lampu penunjuk (lampu neon) yang ada dibagian dalam alat menyala.
8) Apabila
suhu dan kelembaban sudah tercapai seperti yang telah ditentukan masukkan
adonan yang telah disiapkan.
9) Lama
fermentasi untuk roti manis 45 - 60 menit, roti tawar ± 30 menit atau
tergantung kebutuhan.
10) Jangan
selalu membuka tutup penyekat/ proofer karena akan berpengaruh
pada suhu dan kelembaban (temperatur akan
turun karena kondisi alat dan ruangan berbeda), dan apabila hal ini terjadi
maka adonan roti tidak akan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
11) Angkat
adonan yang sudah mengembang dan jangan dibiarkan terlalu lama difermentasi
karena berakibat roti akan menjadi kempes setelah dipanggang.
d. Oven
Dalam industri roti jenis oven yang paling
banyak digunakan adalah Deck Oven. Daya
listrik yang digunakan bisa mencapai 3000 Watt, per deck nya. Bila bahan bakar
utama yang dipakai gas elpigi tetap membutuhkan energi listrik sebagai kontrolnya,
tetapi hanya 100 Watt. Jadi apabila menginginkan suhu oven 200°C, maka api di
dalam burner akan mati bila mencapai suhu 200°C dan api akan menyala kembali
bila suhu telah turun 195°C. Cara menyesuaikannya adalah dengan memutar/menyetel
panel suhu sesuai dengan yang ditentukan.
1) Jangan
menggunakan alat ini apabila anda belum terlatih mengoperasikan.
2) Pastikan
alat ini siap dipakai. Laporkan kepada instruktur apabila terdapat kondisi alat
yang tidak beres.
3) Masukkan
steker oven ke Stabilizer pada tegangan 220 Volt, dan nyalakan Stabilizer
dengan cara menekan tombol ON .
4) Buka
saklar regulator gas, sebelumnya periksa terlebih dahulu apakah regulator sudah
terpasang dengan benar (tidak tercium bau gas).
5) Buka
pintu oven dan tarik handle. Langkah ini untuk menghindari kalau terjadi
akumulasi gas yang bocor. Hidupkan exhauster.
6) Putar
pengatur suhu atas dan bawah dengan hati-hati sesuai dengan suhu pembakaran
yang dikehendaki.
7) Tekan
tombol bertanda petir dalam posisi angka I .
8) Selanjutnya
terdengar bunyi pemantikan, dan lampu indikator paling atas menyala merah dan
diikuti lampu indikator bawah menyala. Pada saat pintu oven dibuka terlihat api
biru menyala dengan rata.
9) Pada
saat panel digital terbaca angka suhu yang semakin naik sesuai pengaturan suhu
yang dikehendaki. Tutup pintu oven.
10) Atur
timer pembakaran dengan memijit panel sesuai waktu yang dikendaki.
11) Tekan
panel disampingnya pada posisi I.
12) Setelah
mencapai suhu yang dikehendaki, masukkan loyang yang berisi adonan yang akan
dipanggang.
13) Akan
terdengar suara sirine apabila telah mencapai waktu yang diprogram,dan tekan
tombol pada posisi 0 sehingga suara sirene akan mati.
14) Untuk
mengecek kematangan roti yang dipanggang, tekan tombol bertanda lampu sehingga
lampu menyala dan kita dapat melihat kematangan roti.
15) Loyang
posisinya dapat dibalik untuk meratakan pemanggangan. Maksimal 2 loyang untuk
sekali pemanggangan.
16) Gunakan
sarung tangan anti panas untuk mengeluarkan loyang dari oven. Ingat suhu saat
itu sekitar 200 - 250° C dan tangan anda bisa melepuh dan terbakar.
e. Meja
kerja
1) Semprot
meja dengan air secara merata
2) Lap
meja kerja dengan menggunakan serbet yang bersih sampai semua air hilang dan
meja dalam keadaan yang bersih dan mengkilat
3) Meja
Kerja siap digunakan dalam pembulatan, pembentukan, finishing dll
4) Berisihkan
kembali meja kerja setelah selesai digunakan.
f. Loyang
Dalam pembuatan roti manis memerlukan loyang
terbuka dengan tinggi 2 - 3 cm, roti manis memerlukan terbuka dengan ukuran
yang biasa/ umum digunakan tingginya 2 – 3 cm. Kapasitas setiap loyang untuk
roti manis jumlahnya 15 piece setiap loyang dengan ukuran 50-60 gr. Hal yang
harus diperhatikan :
1) Pada
waktu penggunaan loyang alumunium sebelumnya diolesi dengan margarin.
2) Bersihkan
semua bagian loyang alumunium dengan air
sampai sudut– sudut loyang, terutama bagian dasar loyang yang terdapat serpihan – serpihan kue/roti yang menempel
(pembersihan jangan dikerik dengan pisau) karena akan merusak permukaan.
3) Angkat
loyang dan jangan dipindah dengan cara menggeser. Hal ini mengakibatkan gesekan
dasar loyang dan alas meja.
4) Loyang
Aluminium disimpan di rak dengan posisi terbalik/ tengkurap.
g. Gunting
1) Lap
gunting dengan menggunakan serbet yang basah sebelum digunakan
2) Gunakan
gunting sesuai dengan kebutuan
3) Setelah
selesai di gunakan gunting kembali di lap dengan serbet basah agar sisa kototan
ataupun sisa roti dapat hilang.
4) Simpan
kembali gunting pada tempatnya setelah selesai proses produksi.
h. Roll
1) Bersihkan
roll sebelum digunakan dengan menggunakan serbet makan.
2) Gunakan
roll sesuai dengan kebutuhan pembentukan adonan.
3) Bersihkan
kembali roll setelah selesai di pergunkan.
4) Letakkan
kembali roll pada tempat penyimpanan semula agar mudah dalam pencarian kembali.
i. Scaper
1) Bersihkan
scaper sebelum digunakan dengan menggunakan serbet makan.
2) Gunakan
scaper sesuai dengan kebutuhan
pembentukan adonan.
3) Bersihkan
kembali scaper setelah selesai di
pergunkan.
4)
Letakkan kembali roll pada
tempat penyimpanan semula agar mudah dalam pencarian kembali.
B. Keterampilanyang Diperlukan dalam Memilih dan menyiapkan peralatan produksi roti
1.
Menyiapkan peratalan produksi roti.
2.
Mengidentifikasi persyaratan kebersihan dan status
peralatan.
3.
Menguasai jenis dan fungsi alat produksi.
4.
Mencocokan dan menyesuaikan komponen peralatan terkait
kebutuhan proses produksi.
5. Memasukkan
parameter proses dan operasi diperlukan untuk memenuhi persyaratan keselamatan
dan produksi.
6.
Melaksanakan pemeriksaan pre-start sebagaimana diperlukan
oleh kebutuhan tempat kerja
7.
Mengoperasikan peralatan pencampur, pengaduk, pembagi,
pemipih, pemanggang dan alat bantu lain
sesuai SOP alat
C. Sikap kerjayang Diperlukan dalam Memilih
dan menyiapkan peralatan produksi roti
1. Harus
Cermat, Tepat dan Benar dalam menyiapkan peratalan produksi roti.
2. Harus
Cermat, Tepat dan Benar dalam mengidentifikasi persyaratan kebersihan dan
status peralatan.
3. Harus
Cermat, Tepat dan Benar dalam menguasai
jenis dan fungsi alat produksi.
4. Harus
Cermat, Tepat dan Benar dalam mencocokan dan menyesuaikan komponen peralatan
terkait kebutuhan proses produksi.
5. Harus
Taat Azas dan Tepat dalam memasukkan parameter proses dan operasi diperlukan
untuk memenuhi persyaratan keselamatan dan produksi.
6. Harus
Taat Azas dan benar dalam melaksanakan pemeriksaan pre-start sebagaimana
diperlukan oleh kebutuhan tempat kerja
7. Harus
Taat Azas dan cermat dalam mengoperasikan peralatan pencampur, pengaduk, pembagi, pemipih, pemanggang dan alat bantu lain sesuai SOP
alat.
BAB IV
MENGENDALIKAN
PROSES DAN MENILAI MUTU HASIL
A. Pengetahuanyang Diperlukan dalam Mengendalikan
proses dan menilai mutu hasil
1.
Cara
mengendalikanan proses dan menilai mutu hasil proses produksi sesuai dengan
persyaratan perusahaan dan kapasitas yang diperlukan.
Proses produksi agar dapat
berjalan dengan baik maka perlu pengendalian proses dan salah satunya dengan
penilaian mutu pada setiap tahap produksi terhadap hasilnya untuk dapat
melanjutkan pada proses selanjutnya. Pada tahap pengawasan mutu proses
produksi, pengawasan dilakukan secara menyeluruh oleh karyawan yang bertanggung
jawab pada penanganan masing-masing proses produksi. Proses pengawasan ini
dilakukan mulai dari proses penimbangan sampai diperoleh produk jadi dan
pengemasan.
Pengawasan
mutu untuk proses produksi antara lain :
a. Penimbangan
bahan baku harus tepat, teliti, dan cepat
b. Pencampuran
dilakukan sesuai prosedur.
c. Pembentukan
harus rapih, bentuknya seragam, dan cepat
d. Peletakkan
di atas loyang harus rapih dan tidak berdekatan supaya tidak lengket atau
menyatu dengan adonan lain
e. Olesan
untuk atas roti harus rata supaya didapatkan warna yang selaras dan menarik.
f. Pemanggangan
roti harus sesuai prosedur.
g. Untuk
pengisian cream atau vla roti dalam keadaan dingin.
h. Pada
saat pengemasan roti harus benar-benar sudah dingin supaya tidak cepat basi.
2.
Titik
pengendalian untuk memastikan bahwa kinerja proses berada pada kendali sesuai
dengan spesifikasi.
Cara memantau titik pengendalian dalam
proses produksi industri roti :
a.
|
Penimbangan
|
:
|
Proses penimbangan harus dilakukan dengan
teliti untuk menghindari kegagalan dalam membuat adonan.
|
b.
|
Pencampuran dan pengadukan
|
:
|
Pencampuran dan pengadukan dalam membuat
adonan dilakukan sesuai prosedur, dan proses pengadukan dihentikan apabila
adonan sudah kalis, dengan cara menarik adonan sampai tipis.
|
c.
|
Fermentasi
|
:
|
Fermentasi dilakukan sampai adonan
mengembang dua kali dari volume sebelum difermentasi. Pada fermentasi
terakhir pada proofer, adonan siap dipanggang apabila volume sudah dua
kalinya dan bagian bawah adonan sudah tidak lengket lagi.
|
d.
|
Pemanggangan
|
:
|
Proses pemangganggan dilakukan bila oven
sudah siap dan panas sesuai suhu yang diinginkan, baru loyang berisi adonan
dimasukkan ke dalam oven. Pemanggangan diakhiri apabila roti sudah berwarna
kecoklatan, tidak pucat dan tidak hangus.
|
3.
Proses
pembuatan roti sesuai persyaratan produksi.
Titik pengendalian
dalam proses produksi roti adalah :
a.
Pengukuran
atau penimbangan bahan
Pengukuran
dan penimbangan bahan harus tepat, teliti dan cepat agar sesuai dengan resep
yang telah tentukan. Proses penimbangan harus dilakukan
dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan jumlah bahan.
b.
Pencampuran
Titik kritis proses pencampuran bahan adonan
(Anonim, 2014):
1) Garam
pada proses pencampuran bahan adonan garam tidak boleh dicampur langsung
bersama dengan ragi karena akan menghambat aktivitas ragi dalam proses
fermentasi.
2) Lama
waktu pencampuran
Waktu pengadukan yang terlalu lama akan
merusak gluten sehingga kurang optimal dalam menahan gas dan pengembangan roti
tidak sempurna.
3) Suhu
air
Suhu air yang digunakan dalam proses
pencampuran akan mempengaruhi suhu adonan yang terbentuk. Suhu adonan yang
tinggi membuat proses fermentasi sulit dikendalikan.
Kesalahan dalam pencampuran dapat terjadi
karena:
1) Adonan
lembek karena terlalu banyak air, diperbaiki dengan menambah terigu
sedikit-sedikit sampai konsistensi adonan sesuai persyaratan.
2) Adonan
lengket karena terlalu banyak gula, diperbaiki dengan menambah sedikit ragi dan
terigu, sampai konsistensi adonan sesuai persyaratan.
c.
Pengembangan/Fermentasi
awal
Pada proses ini terjadi
reaksi antara gula dan ragi sehingga terbentuk gas CO2, alkohol, dan
asam-asam organik yang menimbulkan bau yang khas.
Gas CO2 akan
terlihat dengan tanda adonan yang mengembang; alkohol dan asam-asam organik
ditandai dengan bau yang khas.
Karbohidrat yang mengalami proses
peragian terdiri dari tepung, pati, dan gula pasir. Apabila dalam resep
digunakan gula biang, maka gula ini tidak akan mengalami proses peragian karena
gula biang tidak termasuk kelompok karbohidrat.
d.
Pembagiandan
penimbangan adonan (Deviding).
Untuk mendapatkan
bentuk roti yang besarnya seragam, perlu dilakukan proses pembagian dan
penimbangan adonan. Proses ini dapat dilakukan dengan alat dough devider, atau
secara manual dengan cara dipotong-potong dan ditimbang. Proses penimbangan
harus dilakukan dengan cepat karena proses fermentasi tetap berjalan (Anomim 3
, 2007).
e.
Pembulatan
adonan (Rounding).
Fungsinya adalah
1)
untuk membentuk lapisan film yang tipis pada permukaan
yang dapat menahan gas yang dihasilkan dari peragian
2)
memberi bentuk agar memudahkan dalam pengerjaan
selanjutnya.
f.
Pengembangan
singkat (Intermediate Proof).
Intermediate proof
adalah tahap pengistirahatan adonan untuk beberapa saat pada suhu 35-36°C
dengan kelembaban 80-83% selama 10-15 menit. Langkah tersebut dilakukan untuk
memepermudah adonan diroll dengan roll pin dan digulung.
g.
Pembentukan
Adonan (Moulding).
Memberi bentuk pada adonan sesuai dengan
jenis produk yang ingin dihasilkan. Roti manis dapat diisi dan dibentuk dengan
berbagai macam bentuk dan isi, sedangkan untuk donat dibentuk bundar dengan
lubang ditengahnya.
h.
Peletakan
adonan dalam cetakan (Panning)
Adonan yang sudah
digulung dimasukkan kedalam cetakan dengan cara bagian lipatan diletakkan di
bawah agar lipatan tidak lepas yang mengakibatkan bentuk roti tidak baik. Jarak
antar roti minimal 3 jari.
i.
Fermentasi
akhir
Pengembangan akhir/Final proofing merupakan
tahap fermentasi akhir sehingga terjadi pengembangan adonan yang mencapai
volume optimum.Sebelum dibakar atau digoreng, adonan dikembangkan sampai
maksimal agar didapatkan produk yang baik. Suhu yang dipakai adalah 35-44°C, kelembaban
80–85%, dan waktu sekitar 45-60 menit untuk roti manis dan roti tawar.
j.
Pemangganggan
Pemanggangan merupakan proses pematangan
adonan menjadi roti yang dapat dicerna oleh tubuh dan menimbulkan aroma yang
khas. Pemanggangan merupakan aspek yang kritis dari urutan proses untuk
menghasilkan roti yang berkualitas tinggi. Volume roti akan bertambah pada saat
masuk oven sampai 5 menit kemudian, sampai ragi dimatikan oleh panas pada suhu
65°C.
Karamelisasi mulai terbentuk secara perlahan-lahan. Suhu pembakaran tergantung
pada jenis roti atau produk yang diinginkan. Sebagai contoh, untuk roti tawar pembakaran
dilakukan pada suhu 200°C
selama 30 – 45 menit, sedangkan roti manis pada suhu 170 – 180°C selama ±15
menit.Pemanggangan terlalu lama dapat menyebabkan kekerasan dan penampakan yang
tidak baik.
k.
Pendinginan
Pendinginan ini secara normal memakan waktu
1 jam dan lebih singkat jika menggunakan alat bantu berupa fan atau alat
lainnya. Kalau roti (misal roti tawar) akan dipotong, sebaiknya suhu roti
antara 32 - 49°C,
agar remah roti tidak rusak.
l.
Pengemasan
Pengemasan memegang peranan
penting dalam pengawetan dan mempertahankan mutu bahan hasil pertanian. Adanya
wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan,
melindungi bahan pangan yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran
serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran).
4.
Cara
pengoperasian proses produksi.
a. Seleksi
bahan
Bahan baku merupakan faktor
yang menentukan dalam proses produksi atau pembuatan bahan makanan. Jika bahan
baku yang digunakan mutunya baik maka diharapkan produk yang dihasilkan juga berkualitas.
Evaluasi mutu dilakukan untuk menjaga agar bahan yang digunakan dapat sesuai
dengan syarat mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tepung terigu yang
dipergunakan tepung yang berprotein tinggi dan sedang, tepung terigu yang
digunakan tidak apek, tidak ada benda asing di dalamnya, warna terigu putih,
dan tidak menggumpal. Air yang digunakan yaitu air bersih dengan standar air
minum, yang sudah didinginkan dan harus bersih, tidak berbau dan tidak
berwarna. Telur yang digunakan harus yang masih bagus, untuk mengetahui telur
masih bagus atau tidak adalah dengan cara memasukkannya ke dalam air, apabila
telur masih terendam di dalam air maka telur masih dalam kondisi baik. Dan
apabila telur ternyata mengambang maka kondisi telur telah jelek. Margarine yang digunakan adalah margarine
yang masih layak konsumsi, tidak tengik dan tidak berjamur. Susu yang digunakan
harus yang masih segar dan belum masa expireddate.
Apabila susu bubuk yang digunakan, susu belum menggumpal dan tidak tengik.Gula
yang digunakan harus yang berwarna putih dan tidak ada benda asing. Ragi yang
digunakan harus yang masih aktif. Garam yang digunakan harus bersih dan kering.
b. Penimbangan
Bahan
Semua bahan ditimbang sesuai dengan formula
yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Proses penimbangan harus dilakukan
dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan jumlah bahan. Dalam
pemilihan timbangan juga harus disesuaikan dengan bahan yang akan ditimbang.
Untuk bahan seperti tepung, margarine, gula, dan telur menggunakan timbangan
besar, sedangkan untuk bahan seperti, garam, ragi, dan bahan pengembang
menggunakan timbangan kecil. Untuk mendapatkan kualitas yang baik maka
penimbangan dilakukan dengan teliti.
c. Pengadukan
atau Pencampuran (Mixing)
Mixing
berfungsi mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan hidrasi yang
sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan gluten, serta
menahan gas pada gluten (gas retention).
Pada proses pencampuran bahan adonan tahap pertama adalah mencampurkan semua
bahan kering kecuali garam yaitu tepung terigu, ragi, gula dan susu bubuk. Garam tidak dicampur berbarengan dengan ragi
karena akan menghambat aktivitas ragi dalam proses fermentasi. Pencampuran yang
kedua adalah air, garam dan telur. Pencampuran yang terakhir adalah penambahan
margarin.
Tahapan dalam proses pencampuran:
1) pick up
, bahan tercampur rata, belum kalis.
2) clean up
, bahan tercampur rata dan hampir kalis.
3) final
, bahan sudah kalis.
4) let down
, bahan terlalu lama diuleni, lepas air dari adonan.
5) break down
, air dan adonan terpisah.
Tujuan mixing
adalah untuk membuat dan mengembangkan daya rekat. Mixing harus berlangsung hingga tercapai perkembangan optimal dari
gluten dan penyerapan airnya. Dengan demikian, pengadukan adonan roti harus
sampai kalis. Pada kondisi tersebut gluten baru terbentuk secara maksimal.
Adapun yang dimaksud dengan kalis adalah pencapaian pengadukan maksimum
sehingga terbentuk permukaan film pada adonan. Tanda-tanda adonan roti telah
kalis adalah jika adonan tidak lagi menempel di wadah atau di tangan atau saat
adonan dilebarkan akan terbentuk lapisan tipis yang elastis. Kunci pokok dalam
pengadukan adalah waktu yang digunakan harus tepat karena jika pengadukkan
terlalu lama akan menghasilkan adonan yang keras dan tidak kompak, sedangkan
pengadukan yang sangat cepat mengakibatkan adonan tidak tercampur rata dan
lengket.
d. Peragian
(Fermentasi)
Fungsi ragi (yeast) dalam
pembuatan roti adalah untuk proses aerasi adonan dengan mengubah gula menjadi
gas karbondioksida, sehingga mematangkan dan mengempukkan gluten dalam adonan.
Kondisi dari gluten ini akan memungkinkan untuk mengembangkan gas secara merata
dan menahannya, membentuk cita rasa akibat terjadinya proses fermentasi. Suhu
ruangan 35°C dan kelembaban udara 75% merupakan kondisi yang ideal dalam proses
fermentasi adonan roti. Semakin panas suhu ruangan, semakin cepat proses
fermentasi dalam adonan roti. Sebaliknya, semakin rendah suhu ruangan semakin
lama proses fermentasi. Selama peragian, adonan menjadi lebih besar dan ringan.
Fermentasi dilakukan dengan
dua tahap yaitu yang pertama fermentasi I yaitu fermentasi yang setelah
pencampuran atau pengadukan diistirahatkan selama 20-30 menit supaya adonan
yaang belum dipotong tersebut mengembang. Yang kedua yaitu fermentasi II,
fermentasi yang dilakukan setelah proses pemotongan adonan yang difermentasi
pertama lalu ditimbang dan didiamkan kembali selama ± 5-10 menit supaya adonan
mengembang dua kali lipat dari sebelumnya.
e. Pemotongandan
Penimbangan Adonan (Deviding)
Untuk keseragaman ukuran,
perlu dilakukan pemotongan dan penimbangan adonan agar adonan yang akan
dibentuk mempunyai berat yang sama. Proses pemotongan dan penimbangan dapat
dilakukan dengan alat dough devider,
yang akan memotong adonan menjadi 36 potong dengan berat yang relatif sama;
atau secara manual dengan cara memotong dan menimbang dengan berat yang sama.
Proses pemotongan dan penimbangan harus dilakukan dengan cepat karena proses
fermentasi tetap berjalan.
f. Pembulatan
Adonan (Rounding)
Tujuan pembulatan adonan
adalah untuk mendapatkan permukaan yang halus dan membentuk kembali struktur
gluten. Setelah istirahat singkat lagi, adonan dibentuk sesuai dengan yang
dikehendaki atau diisi dengan selai atau isian sesuai dengan kebutuhan. Adonan
harus diambil dengan hati-hati, karena jika adonan terlalu ditekan maka
kulitnya akan menjadi tidak seragam dan pecah.
Pembulatan adonan dilakukan
dengan cara membulatkan adonan dengan tangan tetapi jangan terlalu lama karena
apabila terlalu lama adonan akan menjadi kecil dan rusak. Pembulatan adonan ±
5-6 detik. Dan sebelum melakukan pembulatan adonan sebaiknya tangan dan meja
diolesi dengan sedikit minyak supaya tidak lengket dan adonan tidak rusak.
g. Pengembangan
Singkat (IntermediateProof)
Intermediate
Proof adalah tahap pengistirahatan adonan untuk
beberapa saat pada suhu 35-36°C dengan kelembaban 80-83% selama 6-10 menit.
Langkah tersebut dilakukan untuk mempermudah adonan diroll dengan rollan dan
digulung. Proses final proofing
selesai dengan ditandai dengan adonan yang difermentasi mengembang dua kali
lipat dari sebelumnya, atau bisa dihitung ± 5-8 menit.
h. Pembentukan
adonan (Moulding)
Tahap pembentukan adonan
dilakukan dengan cara adonan yang telah diistirahatkan digiling menggunakan roll pin, kemudian diisi dengan isian
sesuai kebutuhan jenis roti dan digulung sampai isian tertutup oleh adonan.
Pada saat penggilingan, gas yang ada di dalam adonan akan keluar dan adonan
mencapai ketebalan yang diinginkan sehingga mudah untuk digulung dan dibentuk.
Dalam pembentukan adonan,
adonan yang telah dibulatkan tadi kemudian dibalik, bagian yang halus di bawah,
dan di roll supaya udara atau gas yang
ada di dalamnya hilang dan mudah dibentuk. Pembentukan untuk beberapa jenis
roti perlu di roll dulu, tapi ada juga beberapa roti yang tidak perlu diroll
tetapi adonan yang berbentuk bulat langsung diisi. Untuk jenis roti yang tidak
perlu di roll terlebih dahulu karena isiannya berbentuk cair sehingga
pengisiannya secara langsung dan adonan langsung ditutup lagi dan dikunci
bagian bawah.
i. Peletakkan
Adonan Dalam Loyang (Panning)
Adonan yang sudah dibentuk
selanjutnya disimpan pada loyang dan disusun dengan rapi dan jaraknya diatur
supaya tidak menempel dengan adonan yang lain saat diproofing. Dalam satu
loyang rata-rata ada 9 atau 12 adonan sesuai dengan jenis rotinya, atau lebih
bila adonan kecil-kecil. Setiap lipatan pada adonan yang sudah dibentuk
sebaiknya diletakkan di bawah supaya lipatan tersebut tidak terbuka dan akan
lebih terlihat rapih, beri jarak sekitar 2-3 jari. Selanjutnya, adonan
didiamkan dalam mesin proofer selama 30-45
menit atau apabila adonan sudah mengembang dua kali lipat dan bagian bawah
sudah tidak kengket lagi, itu tandanya sudah selesai. Sebelum dimasukkan ke
dalam oven adonan dioles dengan kuning telur supaya warnanya lebih mengkilat
dan didekor sesuai dengan kebutuhan untuk membedakan jenis isian roti tersebut.
j. Pembakaran
(Baking)
Setelah dibentuk sesuai
yang dibutuhkan dan dikembangkan secara optimal, adonan siap dipanggang di
dalam oven. Ada dua cara memanggang roti, yaitu dengan uap dan tanpa uap,
tergantung dari jenis roti yang dibuat. Untuk beberapa jenis roti, dilakukan
memanggang dengan uap karena akan lebih baik, atau memang perlu untuk
memberikan uap di dalam oven. Ini akan menghasilkan kelembaban yang tinggi
dalam oven yang akan menjaga kulit tetap basah, sehingga oven proof lebih baik
dan pengembangan volume roti tercapai. Pada proses pemanggangan roti memiliki
suhu dan waktu yang berbeda, seringkali dipanggang pada suhu 190°C selama 5-15
menit namun semua tetap tergantung jenisnya.
k. Pendinginan
Proses pendinginan roti
setelah keluar dari oven mempunyai titik kritikal, yang mana pada proses
pendinginan tersebut menentukan daya tahan roti pada rak – rak penjualan serta menentukan kualitas dari
irisan roti.
Roti harus didinginkan
dengan cara yang benar karena dua alasan yaitu saat diiris suhu bagian tengah
roti harus lebih rendah dari 35°C, jika tidak maka irisan akan menempel
kembali, dan untuk menghindari kontaminasi mikrobiologi karena roti yang
pendinginannya memakai angin dari udara terbuka akan mudah berjamur (Mita,
2011). Pendinginan dapat dilakukan dengan cara meletakkan roti pada tray/rak
yang kemudian disemburkan udara sejuk dengan kipas angin walaupun terdapat
resiko roti akan cepat berjamur karena ditumbuhi mikroba namun ini efektif
untuk menjadikan roti agar cepat dingin, atau dibiarkan dingin pada rak
pendinginan.
l. Pengemasan
Pengemasan merupakan suatu
cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan/bahan pangan, agara makanan
atau bahan pangan baik yang belum diolah maupun yang telah mengalami
pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik secara kualitas
maupun kuantitas. Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan dan
mempertahankan mutu bahan hasil pertanian. Adanya wadah atau pembungkus dapat
membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada
didalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan,
benturan, getaran).
Alur Proses Pembuatan Roti
BAHAN-BAHAN
|
SELEKSI BAHAN
|
PENIMBANGAN
|
PENGADUKAN
|
FERMENTASI AWAL
|
PEMOTONGAN & PENIMBANGAN
|
PEMBULATAN
|
PEMBENTUKAN DAN
PENGISIAN
|
FERMENTASI AKHIR
|
PEMANGGANGAN/PEMBAKARAN
|
PENDINGINAN
|
PENGEMASAN
|
ROTI MANIS
|
INTERMEDIATE
FERMENTASI
|
5.
Proses
produksi sesuai kriteria mutu.
Untuk dapat proses produksi maka harus dapat
dipastikan bahwa mutu dari setiap proses telah sesuai dengan kriteria mutu yang
telah ditetapkan. Adapun beberapa kriteria mutu sebagai pedoman untuk dapat
melanjutkan pada proses selanjutnya.
Penimbangan
: Proses penimbangan akan masuk kepada
proses selanjutnya setelah dapat dipastikan bahwa penimbangan sesuai dengan
ukuran.
Pencampuran
: Proses pencampuran akan dapat melanjutkan
pada proses selanjutnya setelah adonan tercampur secara homogen dan adonan
kalis. Adonan dikatakan kalis atau adonan yang sudah tidak menempel di tangan,
permukaannya licin dan tidak kasar.
Pembulatan : Adonan
roti akan melanjutkan pada proses selanjutnya ketika permukaan bulat dan
merata.
Pengembangan
singkat : Pada proses ini akan dapat berlanjut pada
proses selanjutnya ketika bulatan adonan sudah mengembang namun belum kering
untuk dibentuk.
Pembentukan
adonan : Pada proses pembentukan akan
berlanjut pada proses selanjutnya yaitu pengembangan ketika adonan roti sudah
dibentuk dengan rapi, sama besar dan bentuknya.
Pengembangan :
Setelah adonan dibentuk maka akan masuk pada tahapan pengembangan, dalam
tahap ini akan berakhir ketika adonan yang sudah dibentuk menggembang kurang
lebih 1 ½ kalinya dan biasanya dengan
alat proofer itu selama 30 – 45 menit.
Pemanggangan
: Adonan roti yang sudah menggembang
akan masuk pada proses pemanggangan, pada proses pemanggangan akan berakhir
ketika roti sudah matang, berwarna kecoklatan, dan tidak lagi adonan yang
menempel.
Pendinginan
:
Proses pendinginan akan berlanjut
kepada saat roti sudah dingin dan suhunya dibawah 35°C.
6.
Kinerja
peralatan, proses dan produk serta penyimpangannya.
a. Mengidentifikasi
Kinerja Peralatan, Proses dan Produk Serta Penyimpangannya
Peralatan yang berkaitan dengan
proses produksi seperti alat timbang, gelas ukur, mixer, devider,roller,loyang, proofer, oven, tray/rak,
scaper, penjepitdan peralatan pembantu
lainnya harus tersedia serta
telah didentifikasi keberadaannya.
Disamping itu fasilitas seperti ruangan yang memadai, penyediaan sarana
kebersihan, kenyamanan perlu mendapat perhatian. Serta segala
sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi telah tersedia.
b. Memastikan Kinerja Peralatan, Proses dan
Produk Serta Penyimpangannya
Salah satu
cara memastikan kinerja peralatan, proses dan penyimpangannya yaitu dengan
kualifikasi kinerja. Kualifikasi Kinerja (KK) merupakan dokumentasi yang memverifikasikan bahwa
fasilitas, sistem dan peralatan, yang telah terpasang dan difungsikan, dapat
bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang, berdasarkan
metode proses dan spesifikasi yang disetujui. Langkah memastikan kinerja mencakup pada hal berikut:
1) Pengujian
yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem dan
peralatan; dan
2) Pengujian
dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi spesifikasi atau
produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses,
fasilitas, sistem dan peralatan. Targetnya yaitu memastikan bahwa sistem atau
peralatan yang digunakan bekerja sesuai dengan yang diharapkan dan spesifikasi
yang telah ditetapkan.
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau kinerja peralatan dan proses yang telah
diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
c. Melaporkan
Kinerja Peralatan, Proses dan Produk Serta Penyimpangannya
Kinerja juga dapat digambarkan
sebagai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, visi perusahaan yang tertuang dalam perumusan strategi planning suatu
perusahaan. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan
kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses
penyusunan kebijakan/program/kegiatan yang dianggap penting dan berpengaruh
terhadap pencapaian sasaran dan tujuan
Pelaporan kinerja merupakan refleksi
kewajiban untuk melaporkan kinerja semua aktivitas dan sumber daya yang perlu
dipertanggung jawabkan. Berarti dalam hal ini merupakan refleksi kewajiban
untuk melaporkan semua aktifitas kinerja peralatan apakah alat produksi sudah
berfungsi dengan baik, proses produksi berjalan sesuai prosedur dan melaporkan
penyimpangan yang ada dalam proses produksi. Pelaporan ini ditujukan kepada
kepala produksi atau kepala industri dan memungkinkan adanya tindakan korektif
yang segera dan tepat waktu. Jadi setelah pelaporan, segera dilakukan perbaikan
jika ada hambatan pada peralatan produksi, proses produksi yang tidak sesuai
prosedur dan penyimpangannya agar mutu kualitas produk yang dihasilkan tetap
terjaga.
Perlu tindakan koreksi dilakukan jika
terjadi penyimpangan, sangat tergantung pada
tingkat risiko produk pangan. Pada produk pangan berisiko tinggi
misalnya, tindakan koreksi dapat berupa penghentian proses produksi sebelum
semua penyimpangan dikoreksi/diperbaiki, atau produk ditahan/tidak dipasarkan
dan diuji keamanannya. Tindakan koreksi yang dapat dilakuka selain menghentikan
proses produksi antara lain mengeliminasi produk dan kerja ulang produk, serta
tindakan pencegahan seperti memverifikasi setiap perubahan yang telah
diterapkan dalam proses dan memastikannya agar tetap efektif.
7.
Cara menghentikan proses produksi
sesuai dengan tata cara (prosedur) perusahaan
a. Proses
Pencampuran
Proses penghentian proses pencampuran bahan
adonan dilakukan pada saat adonan sudah kalis. Adonan roti yang sudah elastis
adalah adonan yang sudah tidak menempel di tangan, permukaannya licin dan tidak
kasar. Cara melihatnya yaitu dengan cara
mengambil sedikit bagian adonan, lalu dilebarkan dengan ujung-ujung jari sampai
membentuk selaput tipis yang lentur dan tidah mudah robek. Bila Anda mencobanya
dan selaputnya tidak robek, tandanya adonan Anda sudah elastis (Anonim,
2014).Prosedur penghentian proses pencampuran bahan adonan:
a. Pindahkan
gigi kecepatan mixer ke posisi OFF , cek adonan apakah sudah kalis.
b. Jika
sudah kalis matikan tombol power mixer OFF .
c. Lepaskan
kabel mixer dari sumber listrik.
d. Lepaskan
pengaduk mixer dari posisinya.
e. Lepaskan
bowl mixer dari posisinya.
f. Ambil
adonan dari bowl mixer.
g. Bersihkan
mixer setelah digunakan.
b. Proses
Fermentasi
Proses penghentian yang tepat saat lama fermentasi
akhir dalam proofer untuk roti manis 45 - 60 menit, roti tawar ± 30 menit atau
tergantung kebutuhan. Angkat adonan yang sudah mengembang dan jangan dibiarkan
terlalu lama difermentasi karena berakibat roti akan menjadi kempes setelah
dipanggang. Setelah mengangkat adonan,proofer
dimatikan. Matikan alat dengan cara menekan semua tombol ke posisi OFF / angka
0 kecuali bagian ventilasi (dibiarkan sebentar untuk menghilangkan udara/ bau
setelah pemakaian yang lama).
c.
Proses pemanggangan
Penghentian yang tepat saat waktu
yang digunakan untuk pemanggangan adalah 15 – 20 menit dengan suhu 180 – 200°C
atau tergantung kebutuhan. Angkat roti yang sudah matang (sesuai karakteristik/
spesifikasi produk) dan jangan dibiarkan terlalu lama karena roti akan hangus. Setelah mengangkat roti oven
dimatikan. Untuk mematikan oven tekan
tombol bertanda petir pada posisi 0, dan putar pelan-pelan tombol pengatur suhu
pada angka 0. Matikan stabilizer dengan menekan tombol OFF. Buka pintu oven
untuk menurunkan suhu.
8.
Limbah hasil sesuai dengan tata
cara, manajemen limbah yang diterapkan diperusahaan
Limbah
yang ada di Perusahaan Roti berasal dari kegiatan produksi maupun dari rumah
tangga. Limbah ini dapat berupa limbah padat, cair, dan gas.
Limbah padat umumnya dapat berupa karton, plastik pembungkus margarin, plastik
pembungkus tepung terigu, dan kulit telur. Karton dan kain pembungkus tepung
biasanya dijual kepada penadah, sedangkan plastik, kertas pembungkus bahan dan
kulit telur langsung dibuang ke tempat sampah.
Limbah cair dapat berasal dari hasil pembersihan mesin dan peralatan produksi. Limbah
cair ini langsung ke saluran pembuangan tanpa mengalami proses pengolahan
selanjutnya.
Limbah gas dapat
berasal dari asap hasil pemanggangan dengan oven yang dikeluarkan lewat
cerobong asap. Cerobong asap yang digunakan oleh Perusahaan Roti harus memenuhi
anjuran pemerintah tentang tinggi cerobong asap untuk industri yaitu 5 meter
dan cerobong ini dibersihkan secara berkala.
Penanganan
limbah dengan cara mengumpulkan limbah sesuai jenisnya pada wadah yang sesuai.
9.
Penyimpanan
hasil produksi pada tempat higienis sebelum dikemas.
Setelah
roti dikeluarkan dari oven, roti segera dipindahkan dari loyang panas ke loyang
dingin atau tempat yang ventilasinya baik, berlubang. Ini dilakukan agar roti
tidak basah di bagian bawah yang akan menyebabkan roti menjadi mudah rusak.
Selanjutnya disusun pada rak pendingin, biarkan sampai benar-benar dingin.
Rak
pendingin diletakkan pada ruang yang bersih, tidak menjadi tempat lalu lalang
pekerja, sehingga kebersihannya dapat dijaga.
10.
Informasi
proses pada borang yang sesuai.
Pengertian
Pencatatan
Pencatatan data adalah
proses memasukkan data ke dalam media sistem pencatatan data. Jika media sistem
pencatatan data tersebut berupa buku, pencatatan data dilakukan dengan menulis
pada lembar-lembar buku. Jika sistem pencatatan data berupa perangkat komputer,
pencatatan dilakukan dengan mengetik melalui keyboard, penggunaan pointer
mouse, alat scanner (pembaca gambar), atau kamera video. Yang termasuk dalam
pencatatan data adalah aktivitas penulisan ke buku atau kertas, pemasukan data
ke dalam komputer (Witarto, 2008).
Adapun beberapa borang yang
biasa digunakan dalam indrustri roti:
a. Borang
Bahan
Borang bahan ini merupakan
borang yang berisikan pencatatan – pencatatan bahan baik dari pesanan bahan,
pembelian bahan, pemakaian bahan, hingga stok bahan yang berada di perusahaan.
Borang Pesanan bahan
berisikan jumlah dan jenis pesanan bahan yang akan dipesan kepada
distributor/suplayer untuk memenuhi standart stok yang ada diperusahaan.
Borang Pembelian bahan
berisikan jenis beserta jumlah bahan yang telah dibeli perusahaan dari
suplayer.
Borang Pemakain bahan
berisikan jenis dan jumlah bahan yang dipergunakan dalam proses produksi roti.
Borang Stok bahan berisikan
jenis dan jumlah barang yang berada di perusahaan sebagai stok ( Sisa bahan +
pembelian – pemakaian = Stok Akhir).
b. Borang
Alat / Peralatan
Borang peralatan ini hampir
mirip dengan borang bahan namun perbedaannya terletak pada subyek yang di
catat, dalam borang peralatan ini berisikan pencatatan pemakaian peralatan,
jumlah peralatan beserta keadaan peralatan.
Semua hal yang menyangkut keadaan peralatan yang digunakaan proses produksi
dicatat.
11.
Produk/hasil
dari proses di luar Spesifikasi untuk
mempertahankan proses agar sesuai spesifikasi.
Dalam proses produksi roti biasanya terjadi kesalahan-kesalahan
yang menyebabkan produk yang dihasilkan diluar spesifikasi yang diharapkan.
Berikut pengelompokan hasil/produk di luar spesifikasi beserta penyebab dan
tindakan perbaikan yang harus dilakukan :
Hasil/ Produk
diluar Spesifikasi
|
Sebab dan
Tindakan Perbaikan
|
Adonan
terlalu keras
|
Biasanya
disebabkan karena kurangnya air atau tepung terigu yang terlalu banyak. Cek
adonan setelah kira-kira 10 menit pengadukan.
Perbaikan : maka
tambahkan air sedikit demi sedikit secukupnya hingga adonan kalis
|
Adonan
terlalu lembek
|
Disebabkan terlalu
banyak air. Cek adonan setelah kira-kira 10 menit
Perbaikan : tambahkan tepung
terigu sedikit demi sedikit secukupnya hingga adonan kalis.
|
Adonan terlalu mengembang
|
Biasanya disebabkan karena terlalu lama dalam
masa fermentasi awal, pembentukan adonan untuk satu jenis roti manis terlalu
lama, sehingga adonan menjadi mengembang
|
Adonan tidak mengembang
|
Biasanya disebabkan karena ragi yang digunakan
kurang bagus atau ragi sudah mati.
|
Adonan susah dibentuk
|
Biasanya disebabkan karena adonan terlalu
mengembang sehingga pada saat proses pembentukan adonan sudah terlalu banyak
gas yang terperangkap di dalam adonan
|
Volume roti berkurang
|
Karena
bahan tepung terigu berkadar protein rendah, bahan lemak sedikit, bahan
cairan ragi panas, under mixing, over mixing, tekanan uap air adonan roti
berlebihan, panas oven berlebih.
Perbaikan:
menggunakan resep roti standar, mengatur temperatur panas pembakaran.
|
Dasar kerak roti berpori kasar dan tebal
|
Karena proofbox
beruap berlebihan, proof lama, bahan lemak dan gula sedikit, overbaking
.
Perbaikan:
menggunakan resep roti standar,
mengatur
temperatur panas pembakaran.
|
Permukaan roti terlepas
|
Karena bahan
tepung terigu berkadar protein rendah, kesalahan dough making, proof
berlebihan, bahan ragi dan lemak sedikit, bahan gula berlebihan, over mixing
.
Perbaikan:
menggunakan resep roti standar, mengatur temperatur panas pembakaran.
|
Tekstur roti Kasar
|
Karena bahan
tepung terigu berkadar protein rendah, kesalahan doughmaking, proof
berlebihan, bahan ragi dan lemak sedikit, bahan gula berlebihan,
overmixing.
Perbaikan:
menggunakan resep roti standar, mengatur temperatur panas pembakaran.
|
Warna remah roti gelap
|
Karena bahan
tepung terigu berkadar rendah, proofing berlebihan, pembakaran lama. Perbaikan: menggunakan resep roti standar,
mengatur temperatur panas pembakaran
|
12.
Tempat kerja sesuai dengan
standar pemeliharaan tempat kerja
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
persyaratan perawatan tempat kerja:
a. Harus Taat aturan dan disiplin dalam
segala hal.
b. Menerapkan K3 dalam setiap tahapan
proses.
c. Melakukan sanitasi sebelum dan sesudah
proses.
Sanitasi dalam industri
pangan harus diperhatikan dengan baik karena sangat penting dalam proses
produksi. Kebersihan proses produksi tidak hanya meliputi tempat kerja tetapi
juga kebersihan karyawan. Kebersihan ruang produksi harus diperhatikan untuk mencegah
kontaminasi dan untuk kenyamanan para pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Standar
pemeliharaan tempat kerja disesuaikan dengan standar GMP.
B. Keterampilan yang Diperlukan
dalam Mengendalikan proses dan menilai mutu hasil
1.
Menjalankan pengendalian proses dan menilai mutu hasil
proses produksi sesuai dengan persyaratan perusahaan dan kapasitas yang
diperlukan.
2.
Memantau titik pengendalian untuk memastikan bahwa
kinerja proses berada pada kendali sesuai dengan spesifikasi.
3.
Mempertahankan proses pembuatan roti sesuai persyaratan
produksi.
4.
Mengoperasikan
proses produksi.
5.
Melanjutkan proses produksi bila mutu hasil sesuai
kriteria mutu.
6.
Mengidentifikasi, memastikan, dan/atau melaporkan kinerja
peralatan, proses dan produk serta penyimpangannya.
7.
Menghentikan proses produksi sesuai dengan tata cara
(prosedur) perusahaan.
8. Mengumpulkan,
menangani atau mendaur ulang limbah hasil sesuai dengan tata cara, manajemen
limbah yang diterapkan diperusahaan.
9.
Menyimpan dan mengemas hasil produksi pada tempat
higienis.
10. Mencatat
informasi proses pada borang yang sesuai.
11.
Mengenali, memperbaiki dan atau melaporkan produk/hasil
dari proses di luar spesifikasi.
12.
Merawat tempat kerja sesuai standar pemeliharaan tempat
kerja.
C. Sikap kerja
1.
Harus cermat, tepat dan benar dalam menjalankan
pengendalian proses dan menilai mutu hasil proses produksi sesuai dengan
persyaratan perusahaan dan kapasitas yang diperlukan.
2.
Harus cermat, tepat dan benar dalam memantau titik
pengendalian untuk memastikan bahwa kinerja proses berada pada kendali sesuai
dengan spesifikasi.
3.
Harus cermat, tepat dan benar dalam mempertahankan proses
pembuatan roti sesuai persyaratan produksi.
4.
Harus cermat, tepat dan benar dalam mengoperasikan proses produksi.
5.
Harus cermat, tepat dan benar dalam melanjutkan proses
produksi bila mutu hasil sesuai kriteria mutu.
6.
Harus cermat, tepat dan benar dalam mengidentifikasi,
memastikan, dan/atau melaporkan kinerja peralatan, proses dan produk serta
penyimpangannya.
7.
Harus cermat, tepat dan benar dalam menghentikan proses
produksi sesuai dengan tata cara (prosedur) perusahaan.
8. Harus
cermat, tepat dan benar dalam mengumpulkan, menangani atau mendaur ulang limbah
hasil sesuai dengan tata cara, manajemen limbah yang diterapkan diperusahaan.
9.
Harus cermat, tepat dan benar dalam menyimpan dan
mengemas hasil produksi pada tempat higienis.
10.
Harus
cermat, tepat dan benar dalam mencatat informasi proses pada borang yang
sesuai.
11. Harus
cermat, tepat dan benar dalam mengenali, memperbaiki dan atau melaporkan
produk/hasil dari proses di luar spesifikasi.
12. Harus
cermat, tepat dan benar dalam merawat tempat kerja sesuai standar pemeliharaan
tempat kerja.
BAB V
MENGEMAS
HASIL PRODUKSI SESUAI SPESIFIKASI YANG DITENTUKAN
A. Pengetahuan yang
Diperlukan dalam Mengemas hasil produksi sesuai spesifikasi yang ditentukan.
1. Tempat pengemasan sesuai
yang dipersyaratkan.
Pengemasan adalah teknologi dalam mewadahi
atau melindungi produk agar siap untuk distribusikan, disimpan, dijual, dan
digunakan oleh konsumen akhir. Menurut Undang-undang No 18 Tahun 2012 tentang
Pangan yang dimaksud dengan Kemasan Pangan adalah bahan yang digunakan untuk
mewadahi dan/ atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan
pangan maupun tidak.
Berdasarkan peraturan Kepala Badan POM No.
HK 00.05.55.6497, yang dimaksud dengan bahan kemasan pangan adalah bahan yang
digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan baik yang bersentuhan
langsung dengan pangan maupun tidak, yang dapat berupa plastik, selofan,
kertas, karton, karet, elastomer, logam, paduan logam, keramik dan/atau gelas.
Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu
dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk yang akan dilindungi. Mutu produk
ketika mencapaikonsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metoda pengolahan
dan kondisi penyimpanan. Dengan demikian fungsi kemasan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a.
Kemampuan/daya membungkus
yang baik untuk memudahkan dalam penanganan, pengangkutan, distribusi,
penyimpanan dan penyusunan/ penumpukan.
b.
Kemampuan melindungi isinya
dari berbagai risiko dari luar, misalnya perlindungan dari udara panas/dingin,
sinar/cahaya matahari, bau asing, benturan/tekanan mekanis, kontaminasi
mikroorganisme.
c.
Kemampuan sebagai daya
tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini identifikasi, informasi dan penampilan
seperti bentuk, warna dan keindahan bahan kemasan harus mendapatkan perhatian.
d.
Persyaratan ekonomi,
artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan pasar, sasaran masyarakat dan tempat
tujuan pemesan.
e.
Mempunyai ukuran, bentuk
dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang, dan
mudah dibentuk atau dicetak (Jaswin, 2008)
Menurut Jaswin (2008) dengan adanya
persyaratan yang harus dipenuhi kemasan tersebut maka kesalahan dalam hal
memilih bahan baku kemasan, kesalahan memilih desain kemasan dan kesalahan
dalam memilih jenis kemasan, dapat diminimalisasi. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan
tersebut maka kemasan harus memiliki sifat-sifat :
a.
Non permeabel terhadap
udara (oksigen dan gas lainnya).
b.
Bersifat non-toksik dan
inert (tidak bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia) sehingga dapat
mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk yang dikemas.
c.
Kedap air (mampu menahan
air atau kelembaban udara sekitarnya).
d.
Kuat dan tidak mudah bocor.
e.
Relatif tahan terhadap
panas.
f.
Mudah dikerjakan secara
massal dan harganya relatif murah (Jaswin, 2008)
2. Pengemasan dengan tera yang
diharapkan.
Sebelum mengemas perlu diperhatikan
pemilihan jenis kemasan. Hal yang paling penting dalam memilih jenis kemasan
adalah harus mempertimbangkan karakteristik produk. Kemasan harus mampu
memenuhi syarat kemasan yang baik, sehingga ketika produk sampai di tangan
konsumen produk tetap sesuai kondisi awal. Masing-masing jenis bahan kemasan
ini mempunyai karakteristik tersendiri, dan inimenjadi dasar untuk pemilihan
jenis kemasan yang sesuai untuk produk pangan.
Karakteristik dari berbagai jenis bahan
kemasan adalah sebagai berikut :
a.
Kemasan kertas
Tidak mudah robek, Tidak dapat untuk produk
cair, Tidak dapat dipanaskan,Fleksibel.
b.
Kemasan gelas
Berat, Mudah pecah, Mahal, Non
biodegradable, Dapat dipanaskan, Transparan/ translusid, Bentuk tetap (rigid),
Proses massal (padat/ cair), Dapat didaur ulang.
d.
Kemasan logam (kaleng)
Bentuk tetap, Ringan, Dapat dipanaskan,
Proses massal (bahan padat atau cair), Tidak transparan, Dapat bermigrasi ke
dalam makanan yang dikemas, Non biodegradable, Tidak dapat didaur ulang.
e.
Kemasan plastik
Bentuk fleksibel, Transparan, Mudah pecah, Non
biodegradable, Ada yang tahan panas, Monomernya dapat mengkontaminasi produk.
f.
Komposit (kertas/ plastik)
Lebih kuat, Tidak transparan, Proses massal,
Pengisian aseptis, Khusus cairan, Non biodegradable.
Untuk produk roti, kemasan yang digunakan
plastik untuk produk satuan, dan karton atau dus untuk kemasan yang lebih
banyak.
3.
Standar
hasil kemasan yang diterapkan telah
dipenuhi.
Fungsi dari pengemasan untuk melindungi dan
mempertahankan produk agar sifat dan bentuk produk tetap sama mulai dari hasil
produksi hingga sampai ditangan konsumen. Dari fungsi pengemasan ini berarti
bahan pengemas dan hasil kemasan harus mampu melindungi dan mempertahankan
produk. Jika bahan pengemas dan hasil kemasan tidak dapat melindungi dan
mempertahankan produk, bisa dikatakan bahwa bahan pengemas dan hasil kemasan
tersebut tidak cocok atau rusak.
Untuk mengemas roti, dilakukan dengan
plastik yang berperekat, atau plastik direkat dengan selotape. Untuk jumlah
yang lebih banyak, digunakan dus atau karton.
B. Keterampilanyang
Diperlukan dalamMengemas hasil produksi sesuai spesifikasi yang ditentukan
1. Menyiapkan
tempat pengemasan sesuai yang dipersyaratkan.
2. Menyesuaikan
pengemasan dengan tera yang diharapkan.
3. Menerapkan
standar hasil kemasan yang telah dipenuhi.
C. Sikap
kerjaDiperlukan dalamMengemas hasil produksi sesuai
spesifikasi yang ditentukan
1. Harus
cermat, tepat dan benardalam
menyiapkan
tempat pengemasan sesuai yang
dipersyaratkan.
2. Harus
cermat, tepat dan benar dalam menyesuaikan pengemasan dengan tera yang
diharapkan.
3. Harus
cermat, tepat dan benar dalam menerapkan standar hasil kemasan yang telah
dipenuhi.
BAB VI
MENGHITUNG BIAYA
A. Pengetahuan yang
Diperlukan dalamMenghitung biaya.
1. Komponen biaya pembuatan
roti.
Biaya
produksi adalah biaya-biaya yang digunakan dalam
proses produksi meliputi biayatetapdan biaya tidak tetap.
Biaya
tetap adalah biaya yang dikeluarkan saat produksi
dilakukan yang tidak berpengaruh pada berapa banyak produk yang akan dibuat,
tetapi berpengaruh pada berapa lama (hari atau bulan) produksi dilakukan. Yang
termasuk biaya tetap diantaranya: biaya penyusutan alat, tenaga kerja, listrik,
ruangan.
Biaya
tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan saat produksi
yang berpengaruh pada berapa banyak produk yang akan
dibuat dan harga bahan di pasaran. Yang termasuk biaya tidak tetap adalah:
harga bahan, bahan bakar, dan harga pengemas.
2.
Satuan
harga bahan untuk pembuatan roti.
Untuk dapat menghitung biaya pembuatan roti
maka diperlukan informasi yang tepat mengenai harga – harga bahan yang
mendukung proses pembuatan roti. Diantaranya harga – harga bahan baku, harga
peralatan dan perlangkapan, biaya sewa gedung, biaya tenaga kerjanya, dll.
Dengan mengetahui harga – harga bahan maka
dapat mengetahui harga pokok untuk produksi pembuatan roti dan juga dapat
menghitung perkiraan laba – rugi guna membuat analisis usaha.
Bahan
|
Harga Satuan per kg (Rp)
|
Terigu protein tinggi
|
10.000,00
|
Terigu protein sedang
|
8.500,00
|
Ragi roti
|
70.000,00
|
Garam
|
|
Susu bubuk
|
70.000,00
|
Gula pasir
|
16.000,00
|
Telur ayam
|
26.250,00
|
Margarin
|
25.000,00
|
Bahan isi
|
35.000,00
|
Gas per tabung 3 kg
|
10.000,00
|
Plastik kemasan
|
5.000,00
|
Uraian
|
Harga
|
Keterangan
|
Planetary mixer
|
8.500.000,00
|
5 tahun
|
Oven gas 2 dek
|
19.000.000,00
|
5 tahun
|
Proofer
|
11.500.000,00
|
5 tahun
|
Dough devider manual
|
20.000.000,00
|
5 tahun
|
Timbangan digital
|
1.300.000,00
|
2 tahun
|
Meja kerja stainless
|
5.000.000,00
|
4 tahun
|
Bakery trolley
|
2.500.000,00
|
3 tahun
|
Loyang roti
|
70.000,00
|
1 tahun
|
Ruangan
|
150.000.000,00
|
25 tahun
|
Listrik per hari
|
16,000.00
|
|
Air per hari
|
10.000,00
|
|
Tenaga kerja per hari
|
45.000,00
|
3.
Menghitung
biaya untuk pembuatan roti.
Untuk menghitung biaya produksi diperlukan
data harga untk biaya tetap dan biaya tidak tetap. Apabila dalam satu hari
diproduksi 2000 potong roti, dan dalam satu bulan dihitung 25 hari kerja, maka
perhitungan biaya produksi sebagai berikut:
a.
Biaya tetap
Uraian
|
Harga
|
Keterangan
|
Planetary mixer
|
6.000,00
|
per hari
|
Oven gas 2 dek
|
13.000,00
|
per hari
|
Proofer
|
8.000,00
|
per hari
|
Dough devider manual
|
13.500,00
|
per hari
|
Timbangan digital
|
2.500,00
|
per hari
|
Meja kerja stainless
|
21.250,00
|
per hari, 5 buah
|
Bakery trolley
|
3.000,00
|
per hari
|
Loyang roti
|
4.000,00
|
per hari, 16 buah
|
Ruangan
|
20.000,00
|
|
Listrik per hari
|
16.000,00
|
|
Air per hari
|
10.000,00
|
|
Tenaga kerja per hari
|
225.000,00
|
5 orang
|
Total
|
342.250,00
|
b.
Biaya tidak tetap
Bahan
|
Jumlah
|
Harga Satuan per kg (Rp)
|
Harga Total (Rp)
|
Terigu protein tinggi
|
45 kg
|
10.000,00
|
450.000,00
|
Terigu protein sedang
|
5 kg
|
8.500,00
|
42.500,00
|
Ragi roti
|
1,5 kg
|
70.000,00
|
105.000,00
|
Garam
|
0,75 kg
|
30.000,00
|
22.500,00
|
Susu bubuk
|
2,5 kg
|
70.000,00
|
175.000,00
|
Gula pasir
|
11 kg
|
16.000,00
|
176.000,00
|
Telur ayam
|
13 kg
|
26.250,00
|
286.000,00
|
Margarin
|
10 kg
|
25.000,00
|
250.000,00
|
Bahan isi
|
12,5 kg
|
35.000,00
|
437.500,00
|
Gas
|
2 tabung
|
25.000
|
50.000,00
|
Plastik kemasan
|
20 kg
|
5.000,00
|
100.000,00
|
Total
|
2.0945.500,00
|
c.
Biaya Produksi
Biaya tetap
+ biaya tidak tetap = 342.250 + 2.094.500 = 2.436.750
d.
Keuntungan yang diinginkan 30 % = 2.436.750 x 30% =
731.025
e.
Harga jual
per produk dengan perkiraan produk yang dihasilkan 2000 buah
HPP =
(biaya produksi + keuntungan) : jumlah produk
= (2.436.750 + 731.025) : 2000 = 1.585,
dibulatkan
Rp. 2000,00
f.
R/C ratio = harga jual : biaya produksi = 4.000.000
: 2.436.750 = 1,64
Catatan :
Harga/biaya
disesuaikan dengan kondisi pasar
B.
Keterampilan yang Diperlukan dalam Menghitung
biaya.
1. Menyusun
komponen biaya pembuatan roti.
2. Menyiapkan
satuan harga bahan dan utilitas untuk
pembuatan roti.
3. Menghitung
biaya untuk pembuatan roti.
C.
Sikap
kerjayang Diperlukan dalam Menghitung
biaya.
1. Harus
cermat, tepat dan benar
dalam Menyusun komponen biaya pembuatan roti.
2. Harus
cermat, tepat dan benar dalam menyiapkan satuan harga bahan dan utilitas
untuk pembuatan roti.
3. Harus
cermat, tepat dan benar dalam menghitung biaya untuk pembuatan roti.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Dasar
Perundang-undangan
1. Kep.MENAKERTRANS
RI Nomor Kep. 45/MEN/II/2009
B.
Buku
Referensi
Anonim.
2000. Cara-cara Membuat Roti yang Baik
dan Benar. Pusat Pelatihan
Pengolahan Terigu Bogasari. Jakarta.
Anonim
(US Wheat Associate). 1981. Pedoman Pembuatan
Roti dan Kue. Penerbit Djambatan.
Jakarta.
EIRI
Board Of Consultants & Engineers. 2003. Hand
Book of Modern BakeryProducts. Engineers India Research Institute. New Delhi,
India.
Norman
W. Desrosier, Ph.D. 1988. Teknologi
Pengawetan Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Marwan, Joni.
2001. Formulasi Dalam Pengembangan Produk
Roti Manis di PT FITS MANDIRI. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Salman, LM.,
2017. Produksi Hasil Nabati. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
C. Majalah atau Buletin
1.
–
D. Referensi Lainnya
1.
-
Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan
A. Daftar Peralatan/Mesin
No.
|
Nama Peralatan
|
Keterangan
|
1.
|
Mixer
|
Untuk pencampuran adonan
|
2.
|
Timbangan
|
Untuk mengukur berat
adonan
|
3.
|
Dough divider
|
Untuk membagi adonan
|
4.
|
Final proofer
|
Untuk fermentasi akhir
|
5.
|
Oven
|
Untuk pemanggangan
|
6.
|
Meja kerja
|
Untuk melakukan kegiatan proses
produksi
|
7.
|
Alat penunjang
|
Alat penunjang lain seperti
gunting, roll, scaper, pisau dan lain-lain
|
B. Daftar Bahan
No.
|
Nama Bahan
|
Keterangan
|
1.
|
Tepung terigu protein tinggi
|
Sesuai kebutuhan
|
2.
|
Tepung terigu protein sedang
|
Sesuai kebutuhan
|
3.
|
Air
|
Sesuai kebutuhan
|
4.
|
Ragi/Yeast
|
Sesuai kebutuhan
|
5.
|
Garam
|
Sesuai kebutuhan
|
6.
|
Gula
|
Sesuai kebutuhan
|
7.
|
Susu
|
Sesuai kebutuhan
|
8.
|
Telur
|
Sesuai kebutuhan
|
9.
|
Lemak
|
Sesuai kebutuhan
|
10.
|
Bahan tambahan
|
Sesuai kebutuhan
|
11.
|
Bahan isi
|
Sesuai kebutuhan
|
12.
|
Kantong plastik/pengemas
|
Sesuai kebutuhan
|
13.
|
Selotape
|
Sesuai kebutuhan
|
DAFTAR PENYUSUN
MODUL
NO.
|
NAMA
|
PROFESI
|
1.
|
Ir. Lily Mariana Salman, M.Si.
|
· WI/Instruktur
Pelatihan Pengolahan Hasil Pertanian
|